Chapter 01

1K 111 18
                                    

"Apa ini?"

Tanyaku kepada ayah setelah melihat sebuah boneka porselen besar seukuran manusia.
Ayah yang sedang duduk di kursi kerjanya, bangkit dan menghampiriku.

"Itu hadiah untuk ulang tahunmu, Hajime-kun" jawab beliau.

Aku sedikit terkejut mendengarnya. Di hari ulang tahunku yang ke tujuh belas, ayahku memberiku sebuah boneka porselen raksasa. Aku bahkan tidak tahu apa gunanya memiliki boneka ini.

"Ayah, tapi aku kan sudah be-" belum selesai aku berkata, ayah menyela,
"Boneka ini ayah buat untuk menemanimu nak. Ayah tahu selama ini kau pasti kesepian."

Kali ini aku lebih terkejut mendengar perkataan ayah. Aku sedikit menundukkan kepala.
"Ayah.. Aku.. " karena sudah tidak dapat berkata-kata lagi, aku segera meninggalkan ruang kerja ayah.

Di kamar aku hanya bisa merenung melihat keluar jendela. Yang dikatakan oleh ayahku memang benar. Selama ini aku kesepian.
Ayahku seorang pembuat boneka porselen dan sebagian besar waktunya ia gunakan membuat boneka dan pergi ke luar negeri untuk urusan bisnis.
Sedangkan ibuku sudah meninggal sejak aku lahir.

Aku merasa tidak dibutuhkan oleh siapapun.

Setiap hari aku hanya merenung di dalam kamar. Membaca buku, berolahraga, atau hanya sekedar berjalan-jalan di sore hari.

Jam menunjukan pukul 1 siang. Namun rasa kantuk mulai melanda. Perlahan mataku terpejam dan mulai tertidur.

-----------------------------------------------------

Cahaya temaram masuk melalui sela-sela gorden. Aku terbangun namun masih memejamkan mata. Sesekali aku menguap dan merenggangkan tubuhku.

Akan tetapi aku sedikit merasa janggal saat tanganku tidak sengaja mengenai sesuatu. Langsung saja kubuka mataku.

Aku yang sedang berada di posisi tidur menyamping, dikejutkan oleh sesosok laki-laki berparas tampan tertidur di depanku.

Sontak saja aku bangun dan memandang laki-laki itu. Tapi akhirnya selang beberapa detik, aku menghela nafasnya karena baru sadar bahwa laki-laki itu adalah boneka pemberian ayahnya.

"Oh.. Ternyata cuma boneka.." gumamku lega. Namun kelegaanku sirna ketika terlintas suatu pikiran bahwa, bagaimana boneka porselen itu dapat berada di kamarku?!

'B-bagaimana bisa?!' tanyaku dalam hati. 'Pasti ayah yang memindahkannya! Iya, pasti ayah!'
Aku mencoba menenangkan diri. Saat aku hendak bangkit dari kasur, ayah muncul di ambang pintu.

"Wah, sepertinya kau menyukai boneka itu, sampai-sampai dibawa tidur segala," ucapnya sambil terkekeh.

"Ayah, apakah ayah yang membawa boneka ini ke kamarku?" tanyaku.

"Eh? Ayah baru saja kembali sehabis dari belanja di supermarket."
Aku tercekat setengah tidak percaya. "Kalau begitu siapa yang membawanya kemari?!"

Ayah memegang dagunya lalu tersenyum. "Sepertinya boneka itu menyukaimu." jawab beliau.

"Hah?" Aku memasang wajah bingung.

"Uhm.. Jadi, ayah pernah mendengar dongeng boneka penjaga." ujar ayah. "Jadi boneka penjaga itu sebenarnya hanyalah boneka biasa yang menyukai sang pemiliknya."

"Boneka penjaga menjadi hidup berkat suatu dorongan tertentu. Dan katanya ia dapat mengabulkan satu permintaan majikannya," jelas ayah.

Aku tidak mengerti apa yang dikatakan ayah. Ayahku memang suka sekali dengan cerita-cerita takhayul seperti tadi. Dan aku tidak percaya bahwa boneka ini adalah boneka penjaga atau apalah itu.

a Wish [Oikawa Tooru x Iwaizumi Hajime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang