Chapter 02 - [Sang Boneka]

847 113 32
                                    


Aku nyaris tidak percaya apa yang kulihat sekarang. Sebuah wajah yang tak asing bagiku. Benda yang awalnya mati, menjadi hidup.
Oikawa Tooru, boneka porselen milikku, kini sedang berdiri membawa senapan kue-dan telanjang-seperti layaknya manusia!

Dia hidup. Matanya berkedip, ia bersuara, dan bergerak.
Oh Tuhan, apakah aku sedang bermimpi?

"Tuan, mengapa kau terkejut seperti itu?" tanya Oikawa. "Apa karena aku telanjang?"

"Huwaa.. Kau berbicara kepadaku!! Dan juga bukan karena kau telanjang!" pekikku disusul semburat merah ketika mendengar kata 'telanjang'.

"Eh? Memangnya kenapa jika aku berbicara?" Oikawa memiringkan kepalanya.

Aku mengalihkan pandanganku darinya. Lama-lama wajahku bisa benar-benar semerah kepiting rebus ketika melihatnya yang hanya memakai celemek.

"Tuan?" Oikawa mendekat san berjongkok di depanku. Dia benar-benar membuatku tidak dapat berpikir.

Oikawa mendekatkan lagi wajahnya ke wajahku. "Tuan? Kau baik-baik saja? Mengapa wajahmu memerah seperti itu? Apakah kau demam, tuan?"

'Sial,' umpatku dalam hati. Dengan seluruh tenaga aku bangkit dan berjalan cepat menuju kamarku.

Kuambil kaos dan celanaku lalu kulempar ke arah Oikawa. "Pakailah!" seruku tanpa melihat wajahnya.

Memang terdengar aneh jika laki-laki malu melihat laki-laki lain telanjang. Tapi entah mengapa aku selalu tidak terbiasa dengan hal itu.

Oikawa melepas celemeknya dan mulai memakai baju yang kuberikan. "Apakah pas untukmu?" tanyaku.

"Iya! Pas sekali!" jawabnya girang.
Aku menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.

'Bagaimana jika ayah tahu tentang hal ini? Tidak. Jika ayah tahu, beliau akan heboh.. Lebih baik beliau tidak tahu... Tapi harus bagaimana...' pikirku dalam hati.

"Tuan?" panggil Oikawa yang sukses membuyarkan lamunanku. "Kau tidak apa-apa?"

Aku terdiam sebentar lalu menjawab, "Ayo ke kamarku!"

Memang lebih baik membicarakannya langsung dengan Oikawa mengenai dirinya.
Aku berjalan mendahuluinya menuju kamar dan Oikawa mengikutiku.

------------------------------------------------------

Aku menatap heran Oikawa yang selalu tersenyum aneh. "Kenapa kau tersenyum begitu?" tanyaku.

"Ah, tidak. Hanya saja aku senang bisa menghabiskan waktu bersama tuan." jawabnya. Aku hanya bisa mengerutkan keningku.

"Jadi, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu." ujarku. "Kau itu makhluk macam apa?"

"Aku boneka." jawab Oikawa.

"Apakah kau makan dan minum?"

"Uhm... Sepertinya tidak."

"Bagaimana kau bisa hidup? Apa kau dirasuki setan atau semacamnya? Atau jangan-jangan kau hanya halusinasiku? Apakah kau bernapas? Bagaimana caranya kau dapat memasak?"

"Uhm... Tuan, aku tidak dapat menjawabnya jika kau bertanya seperti itu." jawab Oikawa.

Aku menghela napas panjang. Nafasku terhenti sejenak ketika menanyai Oikawa tadi.
"Jadi, jawablah." seruku dengan sedikit nada mengancam.

"A-ah, baiklah.." Oikawa menggaruk pipinya. "Aku memang boneka. Aku hidup karena rasa kesepian tuan yang besar."

Oikawa melanjutkan sembari menatapku, "Aku bernapas dan bergerak layaknya manusia hanya untuk menemani tuan!"

Ia tersenyum lebar. Senyuman yang cerah.

DEG.

A-apa ini? Apa yang barusan kurasakan. Hatiku terasa sesak mendengarnya.

"Menemani? Huh, Omong kosong macam apa itu?" kataku pelan. Aku tidak boleh percaya hal-hal yang fana bagiku. Toh, nantinya dia akan meninggalkanku.

Sama seperti yang lain.

"Tuan tidak percaya denganku ya? Aku hidup benar-benar untuk menemani tuan!"

"Menemani?! Hentikan omong kosong itu! Kau hanyalah seonggok boneka porselen bodoh dan tak berguna!" aku berdiri dari dudukku dan menarik tangannya.

Kudorong Oikawa keluar kamar dan kututup pintu kamarku dengan keras.

Aku memeluk lututku. Rasa takut untuk ditinggalkan semakin membesar di dalam hatiku.

'Dasar pecundang.'

Hanya itu yang dapat kukatakan kepada diriku sendiri.

***

Sudah 3 hari berlalu sejak Oikawa hidup. Aku selalu menghindarinya. Mengenai kontak mata maupun berbicara dengannya.

Libur musim panasku sebentar lagi selesai dan aku mulai mendekam di kamarku untuk mengerjakan tugas yang lupa kukerjakan.
Oikawa ternyata tipe yang cerewet dan berisik. Setiap kali menjelang waktu makan, ia tak henti-hentinya memanggilku jika aku mengabaikannya.

Ketika Oikawa mengomel kepadaku, aku hanya menjawab "berisik!" dengan nada penekanan seperti membentak.

Siang ini, aku memasuki rumah setelah membeli jus di supermarket.
Guntur mulai bersahut-sahutan. Namun hujan tak kunjung datang. Hening. Dikamarku hanya terdengar detik jarum jam.

Isi kepalaku hanyalah cara untuk menyingkirkan Oikawa. Boneka itu tidak boleh terus menerus ada disini. Jika ayah mengetahui hal ini, yang ada hanyalah Oikawa menjadi perbincangan dunia.

Reporter dimana-mana, wartawan, dan undangan dari acara televisi. Tidak ada kebahagiaan sama sekali.

'Ya, aku harus menyelesaikannya..' kataku dalam hati lalu bangkit dan mengambil jaketku.

Kulihat luar jendela. Langit semakin gelap. Kulangkahkan kakiku keluar kamar.

"Oikawa, dimana kau?" panggilku.

Selang beberapa menit, Oikawa muncul dari dapur. "Ada apa tuan?"

"Ikut aku," tanpa menatapnya aku langsung berjalan keluar rumah.

[TBC]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

a Wish [Oikawa Tooru x Iwaizumi Hajime]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang