1. Ohana

12 2 0
                                    

"Kehilangan kasih sayang seorang ayah ketika kita sedang benar-benar membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya itu sakit, bahkan jatuh cinta tidak pernah sesakit itu." -Kiandra Atmaji 

*** 


Bagaimana rasanya, ketika memergoki ayah kandungmu tengah menggendong seorang bayi bersama wanita lain? Oh, dengan wajah berseri-seri tepatnya.

Khalisah Labibah bersama Pradigta Mahesa juga Kiandra Azalea, kakak laki-laki Labib dan adik perempuan Labib itu merasakannya.

Awalnya Labib bungkam, memilih untuk menyembunyikan rahasia ayahnya, bermaksud untuk tidak mengurangi rasa sayang dan cinta keluarganya.

Nihil, semuanya terbongkar.

Kamu tahu, bagaimana rasanya ditinggalkan?

Hendra, ayah kandung dari Labib itu meninggalkan ketiga anaknya dan lebih memilih untuk tinggal bersama istri baru juga kedua anaknya.

Katanya, Hendra sudah tidak mencintai Tania, ibunda dari Labib.

Katakanlah sudah tidak ada cinta, tetapi haruskah ayahnya berkhianat? Meninggalkan ketiga anaknya yang masih membutuhkan perhatian dari kedua orang tua.

Pradigta yang baru menginjak umur 17 tahun justru mendapatkan kado ulang tahun paling pahit disepanjang hidupnya, pengkhianatan Hendra terhadap Kiara.

Labib yang sedang asyik belajar untuk persiapan masuk SMA favoritnya, juga Kiandra yang sedang fokus ingin masuk ke SMP impiannya.

Semuanya hancur. Baik ibundanya, Digta, Labib, juga Kiandra.

Tania mengabaikan anak-anaknya, memilih untuk fokus merintis usahanya.

Digta nakal luar biasa, jarang pulang dan selalu bermain kartu hingga pukul dua dini hari di setiap harinya.

Labib? Labib mendapatkan nilai NEM yang rendah, tertekan dengan semuanya.

Kiandra harus merombak mimpinya mati-matian. Masuk ke SMP impiannya gagal karena salah fokus, begitupun program akselerasi yang harus ikut lenyap.

Itu semua karena Tania, Digta, Labib, juga Kiandra yang terlalu menyayangi Hendra.

Selama 18 tahun berjalan, ternyata Hendra sudah mengkhianati Tania sejak 13 tahun usia pernikahan mereka.

Awalnya, Hendra sering berpergian keluar kota, tetapi semakin sering pergi selama 5 tahun ini.

Tidak ada yang menaruh rasa curiga pada Hendra, Tania yang benar-benar mencintai dan mempercayai suami kesayangannya itu sepenuh hati, juga ketiga anaknya yang selalu kagum dan menganggap bahwa Hendra adalah pahlawan dihati mereka.

Labib bingung. Dia marah, benci, juga sedih saat mengetahui ayahnya seperti itu.

Beberapa bulan kemudian, Tania menaruh rasa curiga pada Labib, memaksa anak tengahnya itu untuk bercerita.

Sulit, Labib bingung ingin memulai cerita darimana. Juga karena Labib tidak ingin menyakiti bundanya.

Ketika Labib bercerita, Tania kaget luar biasa. Tania sangat mempercayai anak-anaknya, sangat. Digta tah, entah bagaimana caranya Digta adalah orang yang pertama kali tahu.

Menjaga Kiandra. Mereka bertiga memegang prinsip bahwa 'Kiandra nggak boleh tau, harus.' 

Mereka bertiga menjaga rahasia ini baik-baik dari Kiandra. Sangat baik dan rapih.

Sayangnya, Kiandra bertemu dengan Hendra dan wanita ular itu pada saat Kiandra menemani Tania memilih sepatu disebuah toko.

Luar biasa hancurnya hati keempat orang itu. Menangis bersama, terutama Tania, Labib, juga Kiandra.

Seminggu setelah Kiandra mengetahui semuanya, Hendra pulang.

Beralasan bahwa dia baru saja pulang dari Singapura dan membawa banyak oleh-oleh, Kiandra berlari untuk menampar Hendra dengan tangan sucinya.

Hendra terkejut, jelas. Kiandra adalah si bungsu yang sangat manis, amat sangat manis. Selalu menyambut kepulangan Hendra dengan riang gembira.

"APA-APAAN KAMU, KIANDRA!?!" Dengan berani, Kiandra kecil justru berkacak pinggang, menatap ayahnya dengan tatapan bengis.

"Ini yang diajarin sama bunda kamu?!" Digta datang, berdiri didepan tubuh mungil adik bungsunya. "Jangan bawa-bawa bunda saya, bajingan!"

Hendra berjalan setengah berlari kearah Tania, "Apa yang kamu ajarin sama anak-anak saya!?!" Tania hanya bisa diam, meminta anak-anaknya untuk masuk kekamar masing-masing melalui tatapan matanya.

Sayangnya, ketiga anaknya begitu tegar diusianya yang masih sangat belia.

"K-kamu selingkuh." Air mata Tania langsung berlomba-lomba menjalar di pipi, "K-kamu pengkhianat." Tania mulai terisak, tubuhnya merosot ke lantai beriringan dengan tangisnya.

Digta dan Kiandra menghampiri Tania, mengelus punggung bundanya penuh kelembutan. Sedangkan Labib hanya bisa berdiam diri dipojok ruang keluarga.

Pengkhianatan ayahnya ini berat bagi Labib. Sangat. Labib sangat-sangat sayang kepada ayahnya, Hendra adalah yang paling utama bagi Labib.

Katanya, 'Setidaknya aku tahu, bahwa ada satu laki-laki yang tidak akan menyakitiku. Ayahku.' Semuanya salah, kata-kata itu tidak benar.

Hendra yang selalu mengajarkan kepada Labib untuk menghormati dan menyayangi Digta sebagai kakaknya, Hendra juga yang mengajarkan untuk selalu melindungi Kiandra.

Bagi Labib, Hendra adalah lampu penerangnya. Lenteranya ditengah kegelapan.

Ketika Digta dan Kiandra sedih, Labib selalu memeluk saudara-saudaranya dengan erat. Membisikkan kata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Jika semuanya hancur seperti ini, siapa yang akan menguatkan?

"Demi Tuhan, Tania, aku nggak seling-" Tania memotong ucapan Hendra lalu menatapnya tajam. "Nggak usah bawa-bawa nama Tuhan!"

"Kamu juga nggak bisa nuduh aku sembarangan!" Hendra hendak menampar Tania, jika saja Labib tidak berteriak kencang dengan suara serak.

"AKU LIAT AYAH!" Labib maju menantang Hendra, mengambil tangan ayahnya lalu meletakkan di pipinya sendiri. "Tampar aku kalau ayah memang benar."

Hendra merasa tubuhnya membeku, lidahnya kelu, dan keringat mulai bercucuran di dahinya. "Tampar, yah, aku ikhlas." Tangis Tania makin menjadi-jadi.

"Aku liat ayah kandungku sedang menggendong bayi dengan wajah berseri-seri, pakai mata kepalaku sendiri." Labib menunjuk matanya yang mulai berair, sekuat tenaga Labib tahan air matanya.

Kata Hendra biarpun Labib dan Kiandra adalah seorang perempuan, mereka tidak boleh menunjukkan tangisnya dihadapan lawan.

Sekarang, Hendra melihat Labib menahan tangisnya itu berarti dia adalah lawan bagi anak kandungnya sendiri. Ya tuhan, mendadak hati Hendra terasa nyeri sekali.

"Bunda tahu, bayi siapa yang ayah gendong?" Tania menggeleng dengan berurai air mata. "Anak ayah sama tante Uke, sahabat bunda."

Labib ingat selanjutnya adalah pekikan keras yang saling berkoar di ruang keluarganya yang dulu sangat hangat. Sangat

Bahkan Digta, Labib, juga Kiandra rela melepas nama belakang yang diberikan oleh ayahnya. Tidak ada lagi Pradigta Mahesa Atmaji, Khalisah Labibah Atmaji, juga Kiandra Azalea Atmaji.

Labib mengusap air matanya ketika berada di Changi Airport, kembali ia teringat liburan keluarganya di Singapura sebelum kejadian itu datang.

Kejadian yang membuat keluarganya hancur berantakan, termasuk hatinya.

Demi Tuhan, Labib tidak akan mengundang ayahnya keacara pernikahannya kelak, bahkan menjadikan ayahnya seorang walipun ia enggan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tokyo, Here I'am!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang