Bagian dua puluh lima
Resa berjalan menuju parkiran. Entah perasaannya atau memang benar seperti ada yang mengikutinya. Tapi ia tak memikirkan itu.
Setelah masuk ke dalam mobilnya. Resa menyalakan mesinnya lalu segera pergi dari area sekolah.
Mobil sudah terparkir di depan garasi. Resa belum memasukannya ke garasi. Karena ia akan menggunakannya untuk ke rumah sakit. Mengontrol apa yang ada di dirinya.
Namun perasaannya sama. Sepertinya memang ada yang mengikuti. Dan ia mulai was-was kalu terjadi sesuatu. Resa egera menepisnya. Segera mengganti pakaian seragamnya dengan baju biasa.
Sementara itu, dari kejauhan Revan melihat Resa sedang masuk ke dalam rumah. Ia tersenyum. Akhirnya Revan tau rumah Resa.
Revan kembali memutar arah. Kembali ke rumahnya. Besok dia akan pulang ke Sydney. Karena momynya sudah menyuruhnya pulang.
-<>-<>-<>-
"Gimana keadaan saya dok? Apa ada yang serius?" tanya Resa khawatir dengan keadaanya.
Dokter tersenyum. Menyuruh Resa duduk di depannya. Wajahnya terlihat cantik dan masih muda. Ya, memang usianya juga masih 25 tahun.
"Keadaanmu lumayan serius Res, tapi kmu tenang saja. Tidak usah terlalu terbebani ya." ujar Dokter Pricilla.
"Ah ya, satu lagi. Apa kamu sudah bilang ke orang tua mu?" tanya dokter Cilla dengan alis terangkat satu.
Resa terdiam. Ini memang rahasia, hanya dia dan dokter Cilla yang tau. Doker Cilla menunggu jawaban Resa namun melihat wajah Resa yang terlihat gusar ia tau maksudnya.
"Ahh baiklah. Mungkin lain waktu kamu harus bicara dengan orang tuamu Resa." ucap dokter Cilla dengan senyuman.
"Hm, iya dok, terimakasih." kata Resa bangkit dari tempat duduknya keluar dari ruangan.
Resa berjalan dengan lemas di koridor rumah sakit. Beberapa kali ia membuang nafas dengan kasar. Pikirannya penuh dengan semua yang menyangkut dirinya. Dan ia takut membuat orang-orang terdekatnya kecewa.
Ya Tuhan, berikanlah Resa kekuatan agar Resa bisa menghadapi ini semua.
-<>-<>-<>-
Resa pulang ke rumah pukul 19.02. Ia langsung menaikki tangga menuju kamarnya. Resa langsung membanting tubuhnya di kasur kesayangannya yang bernuansa elegant.
Resa ingin melupakan semua beban hari ini dengan tidurnya. Ia terlelap kemudian. Begitu damai, pikirannya seakan lepas dari masalah yang ia pendam sendiri.
-<>-<>-<>-
Matahari telah muncul di pagi yang cerah ini. Melewati celah jendela kamar Resa. Ia terbangun, berusaha menyamakan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya.
Ia lalu melihat jam di tangannya. Menunjukkan pukul 6 lebih 7 menit. Resa segera bangun dan merapikan tempat tidurnya. Masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya dan pikirannya.
Setelah selesai Resa turun kebawah. Tidak untuk sarapan bersama tapi langsung berjalan keluar rumah mengambil mobilnya. Orang tua Resa sedang tidak di rumah. Jadi ia malas untuk menyiapkan sarapannya sendiri hari ini.
"Res, lo ko lemes banget hari ini kenape?" tanya Maya yang berpapasan di depan pintu kelasnya.
"Gue belum sarapan aja," balas Resa datar.
"Ya udah ntar gue anterin ke kantin, gue mau ke toilet dulu." pamit Maya berlalu.
-<>-<>-<>-
Resa makan dalan diam. Menunduk ke arah makannanya yang sedang ia lahap. Maya dan Riza hanya memesan minuman saja. Toh mereka sudah makan di rumah.
Bel masuk berbunyi. Tepat dengan Resa menyelesaikan kegiatan sarapannya. Lalu mereka kembali ke kelas.
"Res, lo udah punya ide buat nabokin si Revan?" tanya Riza di sela-sela perjalanannya ke kelas.
Resa menggeleng. Ia sedang tidak mood hari ini.
"Oke lah, nanti kita bahas aja akhiran."
-<>-<>-<>-
Revan duduk di rumah keluarga Vinsen. Ia duduk di depan momynya. Yap, Revan sudah sampai di Sydney tadi pagi. Dan Revan tau apa yang akan dibicarakan.
"Revan, kamu sudah punya tanggung jawab atas perusahaan dady tapi kenapa kamu malah pergi ke sana kemari ga jelas. Apa kamu mau dady pecat?" tegas Mr. Vinsen seraya menatap anak semata wayangnya.
Revan hanya diam. Ia juga bingung harus menjawab apa. Lebih baik ia mendengarkan saja.
"Dady harap, kamu akan mengurus perusahaan dengan baik. Jangan buang-buang uang dady hanya untuk menyekolahkanmu tinggi-tinggi tapi kamu malah seenaknya saja." tegas Mr. Vinsen lagi.
"Iya dad, Revan akan berusaha untuk mengatur semua dan memimpin perusahaan dengan baik." ucap Revan dengan sedikit canggung.
"Baiklah, sekarang dady ke kantor dulu." Mr. Vinsen beranjak dari tempat duduknya dan berlalu.
Revan menarik napasnya kasar. Sungguh ia tak menyangka menjadi CEO memang berat. Tapi ia juga sedang berpikir bagaimana caranya untuk meminta maaf kepada Resa. Sungguh memusingkan.
Revan beda 2 tahun dengan Resa. Tapi karena waktu SMP dan SMA ia dinaikkan satu kelas. Karena kejeniusannya dalam bidang apa saja. Dan itulah alasan ia sudah menjadi CEO di perusahaan dady nya.
"Kamu harus sabar son, mom akan membantumu." ucap Mrs. Vinsen dengan senyuman yang menghangatkan bagi seorang ibu kepada anaknya.
"Thanks mom." balas Revan dan juga ikut tersenyum.
-<>-<>-<>-
Dalvin's point of view
Waktu jam pelajaran pun berlangsung. Seluruh siswa mengikuti mata pelajaran mereka. Terkecuali aku. Aku sedang nongkrong di belakang sekolah sendirian. Kebiasaanku saat jam pelajaran berlangsung.
Aku bukanlah anak badboy yang suka membuat onar di sekolah. Tapi aku hanya orang yang berperilaku seenaknya karena kurang perhatian dari kedua orangtuaku. Ya, aku sering sekali di tinggal kedua orang tuaku yang pergi ke luar negeri. Entah urusan apa aku tidak mengerti. Itulah yang membuatku merasa kurang sempurna.
Sesekali aku memikirkan sesuatu yang ada di kepalaku. Aku memikirkan gadisku yang entah mengapa ketika aku mengingatnya aku merasa sakit mengingat itu.
Ngomong-ngomong tentang Resa. Dia agak berbeda sekarang. Entah kenapa aku melihat dia yang slalu menjauh jika bertemu aku. Sikap dingin dan hangat yang berubah-ubah.
Tapi aku tak memikirkan itu. Hanya saja, aku ingin dia tau mengenai perasaan yang aku rasakan untuknya.
Kembali ke tempatku berada. Hanya ada aku di belakang sekolah. Di temani angin semilir yang melewati wajahku. Seakan pikiranku ikut terbang bersama angin.
Aku mendengar suara sepatu seseorang berjalan menuju ke sini. Aku segera menyiapkan diri kalau-kalau itu guru.
"Dalviiinnnnnn..."
-----------------------------------------------------------
Tambah gaje😅 bodo amat lah:v
Vote dan koment di butuhkan^^
Jarang update, sibuk ehe :vTrisyaP

KAMU SEDANG MEMBACA
This Feeling
Teen Fiction[Diharapkan follow terlebih dahulu sebelum membaca] "Kenapa lo berpikir seperti itu? Ngga, gue ga mau!" teriak Dalvin frustasi mendengar keinginan Resa. Resa menahan air matanya agar tidak tumpah. Ini memang yang tebaik buat dia sendiri dan orang...