#37th

25 3 0
                                    

Bagian tiga puluh tujuh

"Aku suka sama kamu Res"

Deg

Jantung Resa berdetak dua kali lebih cepat sekarang. Pernyataan yang ia dengar dari Dalvin membuatnya bingung harus menjawab apa. Lagi pula mereka berbeda negara.

"Halo, Res?"

Suara Dalvin memecah keheningan yang dibuat oleh Resa. Resa terkesiap.

"Iya, Vin?" Jawab Resa agak canggung.

"Kamu mau ngga jadi pacar aku?"

"Kita beda negara, Vin"

"Ngga papa, kita coba hubungan jarak jauh"

Resa tampak berpikir sebentar. Tidak apa-apa mungkin mencoba hubungan ini? Lagi pula ia ingin berdamai dengan masa lalunya.

"Iya" Resa menjawab dengan malu-malu.

"Apa?  Aku ngga denger tadi,"

Kwdua pipi Resa menampilkan semburat merah yang lucu.

"Ngg ada pengulangan" gugup Resa.

"Hahahaha, iya. Aku denger kok, jadi sekarang kita pacaran? Gimana kalo obrolan kita ganti video call?"

Tanpa menunggu jawaban dari Resa, Dalvin memutuskan sambungan telpon dan layar handphone Resa berubah menjadi panggilan video call.

"Hai, sayang"

Hati Resa bergetar mendengar panggilan 'sayang' dari Dalvin. Seperti ada sengatan yang mengalir, tetapi baru beberapa saat sesuatu yang amat sakit datang tanpa diduga.

Dengan menahan sakit itu Resa mencoba terlihat baik-baik saja di depan Dalvin. Dan Resa harus mengakhiri segera panggilan ini.

"Vin, aku dipanggil sama mamah. Udahan dulu ya?"

"Gitu ya, nanti aku telpon kamu lagi ya" jawab Dalvin disertai senyuman yang terlihat di layar.

Sambungan pun terputus. Resa langsung melemparkan handphonenya ke kasur. Lalu berjalan tertatih ke arah meja belajar. Membuka laci mengambil botol yang di dalamnya terdapat beberapa tablet. Resa mengambil satu dan segera menelannya dengan air mineral.

Keringat dingin mengucur di dahinya. Degup jantungnya memompa cepat. Wajah Resa berubah menjadi pusat pasi. Efek ketika meminum tablet itu memang keras. Degup jantungnya menjadi dua kali lebih cepat dari biasanya.

Setelah beberapa saat akhirnya rasa sakit itu bisa menghilang. Resa menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.

Ada apa ini? Kenapa sakitnya berbeda? Aku harus segera menghubungi dokter Sia. Batin Resa.

<>-<>-<>

Jakarta, Indonesia

"Hei, Vin! Lagi ngapain lo, senyum-senyum sendiri." Rama menatap horor temannya yang terlihat gila -sepertinya-.

Terlihat Dalvin sedang senyum-senyum dengan tangan memeluk handphonenya. Rama menggelengkan kepalanya sambil berdecak. Dengan kesal ia memukul kepala Dalvin agar sadar.

"Ahss... Apa-apa sih, Ram." Decak Dalvin sambil mengusap kepalanya yang terasa sakit. Benar-benar tuh Rama kalo lagi mukul orang kekuatannya dikeluarin semua.

"Lo yang apa-apaan, dipanggil dari tadi bukannya nyaut malah senyum-senyum kaya orang gila. Untung gue sadari dulu pake jurus gue," ucapnya mencari tempat untuk duduk dengan nyaman dan berakhir di atas kasur Dalvin sambil memeluk bantal.

"Mau ngapain emang? Mau numpang makan ya, Lo?" tanya Dalvin skiptis yang dituju malah memberikan seringainya sampai giginya terlihat.

"Sana Lo, gue lagi pengen sendiri." Usir Dalvin halus.

"Dih, temen sendiri digituin. Gue tau yah, Lo pasti lagi jatuh cinta tuh. Terus ntar gue keluar dari sini, Lo natep-natep muka doi Lo tuh yang baru. Cih, gue udah hapal." jelas Rama panjang lebar yang membuat Dalvin menatapnya dengan cengo. Yang sebenarnya memang benar dengan perkataan Rama.

"Halah, kaya Lo tau aja." Kilah Dalvin.

"Kita tuh sahabatan dari zigot, ya jelaslah gue tahu apa aja tentang Dalvin dalam berbagai perasaan."

"Bacot."

Gelak tawa Rama memenuhi kamar Dalvin. Sedangkan Dalvin menahan malu karena perkataan Rama.

<>-<>-<>

Riza dan Maya sedang memasuki toko buku di area Mall Center. Mencari bahan referensi untuk tugas bahasa Indonesia. Biasanya jika seperti ini, Resa lah yang selalu mengomandoi mereka. Sekarang mereka sudah tidak bisa bergantung padanya.

Sebenarnya Riza yang selalu bergantung, Maya hanya hal beberapa saja yang bergantung pada Resa. Dan kali ini Maya lah sasaran Riza sebagai simbiosis Komensalisme.

Dimana Riza mendapatkan keuntungan karena melihat tugas Maya. Sedangkan Maya tidak merasa dirugikan oleh Riza.

Lihatlah mereka berdua, Maya yang berada di rak buku bagian biografis sedangkan Riza di rak bagian novel. Berbeda sekali bukan? Meskipun begitu mereka tetap saling melengkapi.

Karena persahabatan bukan dilihat dari kebersamaannya. Tetapi dilihat dari seberapa bisa mereka saling melengkapi tanpa memandang satu sama lain. Ya, cukup itu.

"May, udah apa belom?" Riza menghampiri Maya yang sedang fokus membuka-buka halaman buku.

"Udahan yuk, May. Gue laper nih.." rajukan Riza berhasil mengalihkan fokus Maya.

"Tinggal makan, lah."

Raut wajah Riza berubah cemberut. Dirinya sudah tidak tahan berada di sini. Ketahuilah, toko buku bukan salah satu tempat favoritnya melainkan tempat yang paling ia jarang kunjungi kecuali bersama sahabatnya.

Terlalu malah untuk sekedar membaca buku. Apalagi membelinya. Pikir Riza yang membuat kedua sahabatnya tidak tahu lagi apa kelebihan yang Riza miliki.

Maya yang menatap raut wajah Riza berubah menjadi menggemaskan tersenyum tanpa disadari Riza.

"Ya udah, nih. Sana bayar dulu, gue mau keliling bentar."

Dengan cepat Riza mengambil buku yang semula di tangan Maya dan langsung membawanya ke meja kasir. Maya hanya menggelengkan kepalanya seraya terkekeh.

"Eh, May, kira-kira gimana ya Resa di sana? Kan ngga ada temen,"

Sekarang mereka sedang menikmati makan siang di KFC  di dalam Mall Center. Setelah dari toko buku Riza meminta mampir dahulu ke toko aksesoris. Katanya ikat rambutnya sudah putus. Alhasil, pukul satu baru makan siang.

"Kan di sana ana Revano," jawab Maya.

"Kan Revano udah kerja, gimana sih."

"Ya ngga tahu, kok Lo tanya gue sih?" Dan akhirnya keributan kecil pun muncul. Hanya masalah sepele dari Riza berakibat heboh untuk Maya.

------------------------------------

Hai^^

Comeback, maaf ya lama wkwk
Lagi ujian semester nih, doain yak semoga lancar aamiin

Beberapa part lagi menuju ending, emang masih absurd ngga ada konflik" nya malah yaa

Ngga papa deh, nanti di story aku yg baru aku perbaiki lagi>.<

Mksh yg udah mau nunggu

Salam
Terin❤️






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

This FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang