THREE

124 8 0
                                    

Aku melewati koridor kelas sepuluh dan menuju tangga yang merupakan jalan menuju kelas sebelas.

Dari arah berlawanan saat aku menaiki tangga menuju atas, ada seorang laki-laki. Dia mantanku yang bernama Dylant Carter.

Aku reflek menghentikan langkahku karena dia menghalangiku. "Kenapa kamu diam saja!" Ucapnya.

Aku tak menjawabnya dan akan berlalu meninggalkannya tetapi dia berhasil mencekal pergelangan tanganku, dan menarikku melalui koridor kelas sepuluh dan menuju taman belakang sekolah.

Sesampainya disana, dia mengedarkan pandanganya. Setelah dirasa tidak ada siapapun disana, dia mendudukannku di sebuah kursi panjang yang ada disana. Dia berdiri didepanku.

Dylant mendongakkan kepalaku agar menatapnya. "Raline! Kamu tahu kan aku masih sayang sama kamu!" Ucap Dylant.

Dia kini duduk pas disamping kananku, dia menarik lengan sisi kiriku dan membawa tubuhku ke pelukannya.

"Ini disekolah!" Jawabku dingin.

"Jadi kalau diluar sekolah kamu mau aku peluk?" Godanya. Lalu aku bangkit dari pundaknya dan berdiri meninggalkannya tanpa berkata apapun.

Aku memasuki kelas. Disana belum ada satupun personil geng Hannyers. Mungkin mereka sedang berada di kelas sepuluh. Untuk apalagi mereka kesana, pastinya mereka membuat onar dengan melabrak adkel yang berani berbuat masalah kepada mereka.

'Teeet! Teeet!"  Bel panjang tanda masuk pelajaran jam pertama pun sudah terdengar.

Kini kami tengah mempelajari pelajaran ekonomi, rasanya ingin tidur selamanya karena rasa kantuk yang tak bisa kutahan.

Memang seperti ini rasanya jika pelajaran ekonomi tengah berlangsung, aku tak sengaja menaruh kepalaku diatas meja karena rasa kantuk yang tak bisa kutahan.

Samar-samar aku mendengar bel tanda pelajaran ekonomi sudah berakhir tetapi aku sudah terlanjur pw, jadi aku lanjutkan saja tidurku. Toh habis ini jam pelajaran sejarah yang dipastikan kosong karena gurunya tengah asyik berbulan madu.

Kepalaku berkunang-kunang, ternyata ada seorang wanita yang menarik rambutku sampai aku bangkit dari tempat dudukku.

"Aku sudah sabar dengan tingkah kalian!" Ucap laki-laki yang kukenal. Dylant.

Dia masuk ke kelasku dan menyuruh geng Hannyers melepaskan tangannya dari rambutku. Dia seharusnya sedang pelajaran Bahasa Inggris yang gurunya sangat sangat sadis jika ada muridnya telat di jamnya.

Lalu Agata yang menarik rambutku melepasnya karena sedikit takut melihat Dylant.

Setelah keributan ini berakhir dengan geng Hannyers yang meninggalkanku. Kini Dylant membawaku ke atap sekolah.

Disini, di atap sekolah ini tempat favorit aku dan Dylant saat masih berpacaran dulu.
Disini kami saling terbuka mengenai masalah yang menimpa kita.

"Aku ingin kamu balikan sama aku Ra!" Ucapnya menatap manik mataku.
"Aku ingin melindungimu lagi seperti dulu Ra!"
"Aku kangen masa-masa kita yang saling pengertian, saling suport." Lanjutnya.

Aku hanya diam, disaat itulah air mataku menetes perlahan-lahan.

Dylant memegang tanganku lembut membawanya ke dadanya yang bidang.

"Hatiku masih milikkmu Ra!" Ucapnya lalu meninggalkanku sendiri di atap.

Aku terduduk lemas, kupegang lututku dan memelukknya sambil menangis tersedu-sedu.
"Aku juga sayang sama kamu Lant!" Ucapku dengan suara serak.

"Hatikku juga masih milikmu!" Ucapku lagi dan bertambah deras air mata yang keluar dari pelupuk mataku.

Tak kusadari seseorang tengah berdiri tepat didepanku sehingga menghalangi terik matahari mengenaiku.

Dia! Dylant?! Ternyata dia tidak meninggalkanku sendiri? Apakah dia mendengar suaraku?
Bagaimana ini!

Mohon dukungannya yak dengan vote n commen!

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang