chapter 3

38 2 0
                                    


       Kerajaan Egnimore memang tidak perlu di ragukan dengan penuh pasukan yang haus darah dan beringas membuatnya tidak terkalahkan. Kerajaan yang dirajai Alexander Egnimore dan diratui Lily Egnimore dan lima pangeran serta satu putri.

   Anak pertama Daniel Exston Egnimore yang sekarang memimpin wilayah halfest yang mana penghasil pasukan terbaik dan penghasil teknologi penghancur.

   Anak kedua Armond Deind Egnimore yang sekarang memimpin seluruh daerah rakyat sebagai penjaga dari klan vampir lain.

   Anak ketiga Stevan Erneind Egnimore yang sekarang pengawas seluruh wilayah dan menerima pendataan seluruh vampir.

   Anak keempat Louis Dorst Egnimore yang sekarang mengawasi seluruh produksi darah yang masuk dalam wilayah kerajaan dan sebagai profesor bidang manusia untuk dirisetkan.

   Anak kelima Reon hittler Egnimore yang saat ini tidak diketahui keberadaanya.

   Anak terakhir seorang putri Louisya Lady Egnimore dalam status bebas tidak ditugaskan dalam hal apapun.

    Bisa dikatakan kerajaan Egnimore mempunyai banyak musuh karena keluasaan wilayah membuat klan vampir iri dan berusaha merebut wilayah Egnimore. Banyaknya penguasa yang tumbang karena kekuasaan Egnimore membuat semua penguasa bekerja sama untuk menjatuhkan kerajaan Egnimore namun semua sudah tau jika kerajaan itu susah untuk ditaklukan dan hingga kini kerajaan Egnimore masih dalam masa jayanya.

                                        ***

    Louisya berjalan melewati koridor istananya yang cukup panjang dan seperti labirin yang dapat membuat tersesat. Sebenarnya Louisya ingin menuju ruangan Louis dan meminta Louis untuk membantunya mencari makanan manusia apalagi Louis termasuk salah satu vampir yang sangat mengerti manusia.

   "Lady" suara itu mengagetkan Louisya dan tentu saja Louisya sudah tau biangnya siapa, siapa lagi kalau bukan Louis.

    "Louis! Bisakah kau memberi tanda jika hadir?" kesal Louisya dan memukul brutal Louis.

    "Aw,aw sudahlah, itu memang sifat utamaku, mengejutkan dan tampan" Louis membanggakan dirinnya pada akhir kalimatnya membuat Louisya mendelik jijik padanya.

   "Ahhh, kau ini tampan dari mana? Bahkan kau yang terjelek dari semua saudara yang lain" ejek Louisya dan memeletkan lidahnya.

   "Lady kau..kau.." ujar Louis dramatis dengan wajah tersakiti sembari menunjuk Louisya dengan telunjuknya.

  "Kau... Kenapa kau jujur sekali" lanjut Louis dan mendapat gelak tawa Louisya.

   "Ayolah, aku tidak bisa bohong dengan keburukan rupamu"

   "Ah, kau selalu begitu Lady... Eh, apakah kau tau jika Stevan menanya---"

   "Aku tau" potong Louisya.

   "Oh ya? Bagaimana bisa?" tanya Louis bingung.

  Louisya menjawab, "kau tidak perlu tau. Ayo, aku ingin meminta bantuanmu" lalu Louisya menarik tangan Louis.

  "Kita kemana?" tanya Louis yang pasrah digiring Louisya.

Louisya memberhentikan jalannya dan mengernyit lalu membalikkan badannya ke arah Louis. "Keee... Kemana ya? Aku lupa"

   "Oh tidak" Louis mengusap mukanya bingung dengan tingkah adik kesayangannya.

   "Ah iya, aku ingat" ujar Louisya dan menepuk jidatnya pelan.

   "Bantu aku mencari makanan manusia, please!" mohon Louisya dan menunjukkan muka imutnya.

   Louis membuang mukanya. "jangan memberiku wajah seperti itu, itu tidak mempan padaku" Louis bangga pada dirinya sendiri pasalnya baru kali ini ia bisa menolak permintaan Louisya.

   Louisya tidak menyerah, dikerahkannya wajah imut serta puppy eyesnya. "Tolong aku Louis" mohonnya kembali.

  Louis melihat Louisya dan tangannya mulai mencubit pipi Louisya, sepertinya ia kalah dan bagaimanapun ia tidak bisa menolak permintaan adik manisnya ini.

   "Baiklah, kau menang" ujar Louis.

   "Yeay, jadi kita harus mencari bahannya dimana?"

   "Di kandang sordez*"

   Louisya terkejut, ia tidak ingin bertemu dengan mahluk mengerikan dan brutal dalam membunuh orang itu dan mengingat bentuknya saja sudah membuat Louisya mual.

   "Apakah tidak ada ditempat yang lain?" tanya Louisya dengan wajah pucat.

   "Tidak ada, kau tau sendiri Lady jika ayah tidak ingin ada yang menyentuh barang manusia" jelas Louis dan sebenarnya menyeringai sedikit.

  "Kalau kau tidak berani juga tidak apa-apa, kalau manusia itu mati itu bukan salahmu" Lalu Louis berjalan meninggalkan Louisya.

  "Tunggu! Aku berani" seru Louisya kencang hingga membuat Louis memberhentikan jalannya.

   "Jangan bercanda Lady!" ketus Louis.

  "Aku serius Louis!"

   "Baiklah, konsekuensinya ditanggung sendiri"

    "Oke, tenang saja" ujar Louisya dengan badan bergetar. Semua akan dilakukannya demi peliharaannya, manusia.

***

"Ikuti aku, jangan sampai tersesat" ucap Louis pelan.

   Mereka kini berada di istana sordez* yang mana istananya memiliki seribu pintu yang bisa menuju sordez atau mahluk lainnya dan jika salah satu mereka salah masuk maka bisa-bisa mereka menjadi santapan yang berada di dalam disetiap pintu.

   Mereka harus menuju pintu sordez dan menyelinap ke dalam tanpa diketahui sordez dan itu cukup sulit untuk dilalui karena hidung sordez terlalu peka terhadap sesuatu.

   "Louis apakah kau benar-benar tau tempatnya? jangan buat kita mati konyol di sini" ucap Louisya dengan berbisik dan berjalan mengendap mengikuti Louis

  "Tenang saja, aku tau semua bagian istana sordez" jawab Louis meyakinkan.

   "Oke, aku berusaha percaya padamu".

   Crekkkkkkk

  Sebuah pintu diantara seribu pintu terbuka dan itu berjarak 20 meter dari mereka. Louisya dan Louis tercekat, bagaimana jika nanti yang keluar adalah sordez karena mencium bau mereka?.

   Daripada bergelut pada pemikiran yang belum diketahui kebenarannya, mereka memilih bersembunyi.

  Namun yang terlihat bukanlah seperti pikiran mereka. Yang mereka lihat adalah Stevan yang berada diluar pintu dan sedang berbicara dengan seseorang tetapi lawan bicaranya tidak terlihat karena berada didalam pintu dan ruangan dalam pintu itu sangat gelap.

    "Louis, kenapa Stevan di sini?" tanya Louisya gelisah dan mereka mengintip untuk melihat Stevan.

  "Aku tidak percaya Stevan melakukan itu" ucap Louis seraya menggelengkan kepalanya.

   "Melakukan apa?" tanya louisya penasaran.

   "Aku harus memberi tahu ayah" setelah berkata seperti itu Louis hilang layaknya ditelan bumi meninggalkan Louisya sendirian.

   "Louis bodoh!" umpatnya dan tanpa sengaja ia memijak gaubnya membuatnya terjatuh.

   "Aww" ringisnya.

   "Siapa itu?" suara Stevan terdengar.

    "Sial" umpat Louisya lagi.

   Stevan berjalan menuju asal suara dan menemukan Louisya yang sedang terduduk sembari memijit kakinya.

   "Lady sedang apa kau disini?" tanya Stevan, ia bingung bagaimananbisa adiknya yang membenci sordez malahan datang ke istana sordez.

   Sial, apa yang harus Louisya katakan? Dasar Louis sialaaann.




***





Vote and comment please ❤

 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Savor Bites ||vampire|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang