'Kamu tau, Sore? Tentang seseorang yang begitu mendambakan soal mentari yang hanya ingin pulang?Hanya untuk menunggu kamu tiba.' - 2017
Namanya, Sore Langit Jingga.
Matahari kini mulai tertinggal sedikit dibalik awan. Ia memutuskan untuk pulang dan kembali esok hari.
Semilir angin menerpa apa saja yang bisa ia sentuh. Gemerisik daun ikut mewarnai hari ini, sebuah nyanyian alam yang dapat dinikmati saat saat ini.
Sore, yang sangat menenangkan. Yang sangat disukai oleh semua orang. Waktu yang paling tepat untuk sejenak menikmati sisa di satu hari.
Namun, Jakarta juga tidak seindah itu. Terlebih, Sore bukannya sunyi, namun malah dipenuhi dengan suara klakson yang bersahutan. Tepatnya pada waktu orang orang pulang dari kerja.
Senja di Jakarta. Tapi tidak apa, seseorang masih suka menikmati Senja, walau, di Jakarta. Tetap masih bisa ia nikmati.
"Rere!" pekik gadis itu berlari kecil sambil berkali kali meneriakkan nama temannya itu. Padahal, ini lagi sepi sepi nya, tapi ia tidak mendengar sekalipun.
Gadis itu menghela nafas, "Aduh, Re. Lo tau gak? Ini udah sore! Gak sebaiknya lo balik ke kamar? Lo seneng banget sih, udah mau malem kayak gini masih diluar" ucap gadis itu panjang lebar, membuat Sore mau tidak mau menoleh, sambil menghela nafas
"lo gak tau segimana hikmatnya gue lagi liat senja. Adem banget, Jeng." Ucap sore sambil beralih menatap langit dengan damai.
Gadis itu, Ajeng, hanya menggeleng gelengkan kepalanya, sambil ikut duduk disebelah Sore. Mengikuti pandangan gadis itu.
Kali ini hanya suara angin yang terdengar seperti bertiup tiup. Sore, gadis itu masih setia memandangi langit Senja. Ini kesukaannya, hanya diam dan menikmati apa yang menurutnya bisa membuat hatinya tenang. Ia sangat berbeda dibanding gadis yang lain. Ia hanya seorang gadis berumur 18 tahun yang menikmati masa liburannya dengan menulis, dan merangkai kata kata.
"Re, udah gelap. Besok lo gak inget, kita mau ngapain?" tanya Ajeng sambil menepuk pundak gadis itu.
Sore menoleh, sambil mendelik, "Oh iya! Gue lupaaa" katanya menepuk jidat
Ajeng mendengus, "lagian lo gak inget balik, sampai besok bangunnya telat, gue tinggal, bodo amat" ucapnya, meninggalkan Sore yang masih berdiri di tempat.
"Ajengggg, tunggu!!! Besok kan kita berangkatnya siangggg! " teriaknya sambil menyusul langkah Ajeng yang mulai menjauh.
Ajeng tertawa geli, "mau siang mau pagi, Rere tetaplah Rere yang bakal bangun siang".
Sore mengerucutkan bibirnya sebal, "penerbangan jam berapa?" tanya Ia sambil menyesuaikan langkah Ajeng.
"Sepuluh, Re. Makanya, malam ini lo harus siap-siap. Jadi, besok pagi lo gak panik bangun telat " ucap Ajeng
Sore mengangguk, "Mana gue lupa ngomong sama Mama besok berangkat"
Ajeng langsung membulatkan matanya, "Yah, si ego. Lupa nya kumat kan, jadi kapok gue gak ngingetin lo"
Sore hanya cengengesan geli. "oiya, Siapa temen lo yang bakal jadi Guide kita nanti?"
" Samudera. Namanya Samudera. Dia tahu banget soal daerah yang kita tinggalin, Re. Bakal seru deh pokoknya" ucap Ajeng antusias, Sore hanya menganggukkan kepala, tersenyum.
"4 tahun, bakal gimana?" tanya Sore
"Seru. Banyak cerita banget pastinya "lanjut Ajeng.
" Lo siap?"
" banget "
🍃🍃🍃
Haii, Bismillah, Aku bikin cerita lagi nih! Hehe
Salam kenal sama Rere dan Ajeng yaaa 💗😜
Let me try k, aku masih penulis yang banyakkkkkk sekaliiii belajar.
Tapi gak tau dapet ide dari mana, jadinya mau buatin cerita untuk Sore. Hehe, ada aja idenya.
Ini baru prolog, permulaan. Semoga nantinya bakal lebih bagus dari Evanescet.
Terimakasih banyak yaaa! Btw, Evanescet sebentar lagi bakal tamat, jadi, nanti aku bakal lanjut ke Soree!!!!!
With Love, Deya🌹♥
KAMU SEDANG MEMBACA
SORE.
Teen FictionSore. Terkadang ia merah merekah, terkadang ia hitam berduka. Sore. Terkadang Ia hanya dapat dimaknai, tapi tidak untuk dimiliki. Tapi tidak untuk Askara. Rangkaian kata yang kapanpun selalu dan akan selamanya menunggu Sore.