Aku mencoba menyipitkan mata, untuk memastikan apakah penglihatanku tidak salah. Di lembaran kertas yang aku pegang, jari telunjuk ku menelusuri kata demi kata pertabel, disana tertulis 21 pcs kaleng susu formula untuk bayi usia 0-12 bulan, namun saat tadi aku menghitung hanya ada 9 pcs.
Aku masih tidak percaya, satu per satu kaleng susu aku turunkan dari rak etalase. Berharap aku salah menghitung atau terselip diantara susu formula yang usianya lebih besar.
" Tidak mungkin. " Ucapku lirih, tenagaku seakan menguap. Sudah beberapa kali aku hitung. Hasilnya tetap sama. Aku terduduk lesu di lantai. Aku mencoba menunduk perlahan. Melihat tanda pengenal dibajuku miring, namaku terpangpang nyata disana. Celine. Kubenahi sambil tersenyum menyedihkan. Sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padaku.
Aku seorang pelayan supermarket, dan hari ini adalah hari dimana dilaksanakannya stock upname. Mengecek setiap stock barang yang ada di supermarket. Apakah sesuai tidaknya, antara data komputer dengan real fisik barang yang terpajang dirak-rak.
" Celine apa kerjaanmu sudah selesai? " Ujar lelaki yang bernama Alviano. Dia adalah atasan saya, jabatan nya supervisor di supermarket ini. Usianya 24 tahun, dan terpaut 1 tahun denganku. Pria yang memiliki senyum menawan dan ramah. Tak bisa dipungkiri, ia memiliki rupa diatas rata-rata.
" Belum pak, sedikit lagi. " Aku berusaha berdiri secepat mungkin, meskipun sebenarnya kakiku lemah untuk menopang tubuhku. Aku tetap harus profesional.
" Cepat berkemas, lima menit lagi pulang, besok bisa dilanjutkan. " Ujurnya sambil menunjuk jam dinding, mataku spontan mengikuti telunjuknya. Pukul 22.00, dua jam telah berlalu sejak toko tutup jam 20.00. Stok opname selalu dilaksanakan saat toko tutup, sehingga memudahkan pengecekannya. Lebih fokus juga, karena sudah tidak ada konsumen yang belanja.
" Celine ayo kelemari loker ambil tas. " Ujar Nara teman kerjaku. Kulihat kepalanya dipatahkan ke kanan kiri bergantian. Seolah sedang meregangkan otot leher yang terasa kaku. Aku mendekati Nara seraya berbisik.
" Nara aku sepertinya minus barang lagi, susu formula bayi yang kaleng hilang 12 pcs. "
" Apa!? " Teriak nara tak terkendalikan. Aku mencoba membekap mulutnya dengan tangan, menahan agar tidak mengulang ucapanku barusan. Aku melirik sekitar dengan seksama, bersyukur tidak ada siapa-siapa. Semua karyawan sudah berada diloker tempat penyimpanan tas.
" Pelankan suaramu, aku masih berharap barangnya ditemukan, entah di gudang, dirak lain, atau di manapun. " Lirihku pelan, jujur aku sendiri bahkan tidak yakin.
Aku menarik nafas, lalu membuangnya perlahan. Kalo sampe besok tidak juga temukan. Aku harus berlapang dada, gaji bulananku akan dipotong berkali-kali, selama beberapa bulan sesuai nominal barang yang hilang. Mengingat harga susu formula cukup mahal, aku tak bisa menyembunyikan raut wajah sedihku.
" Jangan sedih dulu, pasti besok ketemu." Rangkul Nara dipundak menghiburku. Aku membalasnya dengan tersenyum tipis.
Kutatap Nara seksama, sedikit berantakan, kusut, wajahnya dipenuhi debu. Bahkan anak rambutnya, berlomba-lomba keluar dari jilbabnya. Aku mengerti, ia sama lelahnya denganku. Hari ini semua karyawan lembur tanpa terkecuali. Kita telah bekerja selama tiga belas jam lamanya. Mulai dari pukul 08.00 hingga 22.00.
KAMU SEDANG MEMBACA
Material : Boyfriend vs Husband
Lãng mạnAku begitu mengagumi sosoknya. Sangat mempesona. Baik, rapih, bersih, cerdas, dan rajin beribadah. Sungguh mendekati sempurna. Kerap kali aku melabeli Boyfriend Material, bahkan cocok disandangkan predikat "too good to be true" atau terlalu baik unt...