07

245 2 0
                                    

Hari ini, aku sengaja menghindar dari Kak di. Tiap aku tahu Kak Di mau lewat jalan yang sama kayak aku, aku selalu sembunyi di kelas terdekat. Sampai istirahat pertama, aku berhasil menghindar dari Kak Re. Aku cuma ngelihat mukanya dari jauh. Aku nggak pingin Kak Di tahu kalau aku masih merhatiin dia.

Ketika aku duduk rame-rame dengan teman-teman se-genk di kantin, Bu Yuni menyuruhku untuk fotocopy daftar nilai di kantor. Ugh, sia-sia usahaku menghindar dari Kak Di hari ini. Karena di sekolah, Kak Di lah yang biasa melayani untuk fotocopy. Berarti aku mau nggak mau harus ketemu Kak Di juga. Pas sudah sampai di kantor, aku Cuma bilang fotocopy, sedetikpun tidak memandang wajahnya. Lalu katanya, "Tinggal aja dulu. Masih antri soalnya.". Tanpa basa-basi aku langsung meninggalkan kantor. Benarnya nggak sopan juga. Tapi kali ini aku nggak peduli sama etika kesopanan kalau berhadapan sama Kak Di. Soalnya aku benar-benar sakit hati. Setengah jam kemudian, aku mengambil fotocopyan itu. Aku juga nggak bilang makasih sedikitpun. Dan saat aku membaca mading, Kak Di kebetulan lewat dan memegang pundakku seraya bertanya,"Nggak pulang tah?". Tapi aku sama sekali menggubrisnya. Benar-benar bukan sikap murid pada umumnya. Yah...Cinta ini juga tidak semestinya. Hari pertama setelah aku putus dengan Kak Di begitu berat bagiku. Malamnya aku langsung sms supaya besok bisa ngomong sebentar cuma buat ngejelasin masalah ini.

Berhari-hari aku sudah berusaha nyempetin waktuku buat ngomong sama Kak Di. Karena ku ngrasa ada yang masih tertinggal di hatiku kalau aku nggak ngomong langsung sama Kak Di. Tetapi berhari-hari juga Kak Di sibuk. Jadi gak ada waktu buat ngomong sama aku.

Antara Kau,Dia Dan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang