Secangkir Kepahitan

23 2 1
                                    




Melihat malam ini turun hujan ditemani secangkir kopi yang telah tersaji, yang mengingatkanku tentangmu kala itu. Bermula dari aku mengantarmu menuju rumahmu melewati jalan, melintasi malam, membunuh banyak waktu karena aku mengendarai sepeda motorku dengan begitu pelan, untuk menikmati jalan, hangatnya obrolan-obrolan kecil yang menyenangkan. Langit malam nampaknya tidak begitu cerah tak ada bulan dan bintang yang terlihat. Angin dingin pun berhembus yang membuat malam begitu dingin. Tetapi pegangan dan perbincanganmu menghangatkan perjalanan, memegang pinggangku begitu erat, dan dagumu yang terpangku di bahuku. Sambil bernyanyi-nyanyi bersama lagu-lagu Sheila on 7. Setibaku di rumahmu dan aku pun berniat untuk langsung pulang karena sudah larut malam. Datang hujan yang begitu deras hingga kau menyuruhku untuk berteduh di terasmu sejenak. Sembari berbincang dengan suara yang pelan karena takut membangunkan tetanggamu dan orang tuamu. Lalu kau membuatkan secangkir kopi untuk menghangatkan malam yang begitu dingin. Kau menuangkan kopi dengan senyuman manismu, yang mampu melegakan pengelihatanku. Meminum kopi sambil melihat senyuman indah dari wajahmu yang membawaku tenggelam di dalamnya. Hujan pun tak kunjung reda, tetapi selalu ditemani canda kita bersama. Sambil bermain permainan sederhana menggunakan jari yaitu tebak-tebakan nama buah-buahan, nama-nama binatang-binatang, sampai main gunting, batu, kertas. Jika kalah mencubit hidungmu hingga memerah. Permainan layaknya anak kecil yang masih dipenuhi tawa tanpa mengenal luka di hati dan air mata terkhianati.

Namun itu semua kini hanya menjadi cerita lama yang kini tak bisa bersama.

Karena kini hubungan kita telah terhenti karena ada salah satu yang tersakiti. Kau pun kini sudah menemukan tambatan hati dimana rindumu akan berlabuh. Aku yang masih mengharapkan harapan yang telah runtuh. Aku hanya bisa berdoa semoga kisahmu tetap utuh.

Kini kopi yang ku nikmati tak terlihat lagi sebuah senyuman. Hanya memiliki sebuah rasa kehilangan. Kau pun tak mengabari juga hingga kopiku mulai habis. Semoga saja hubunganmu bersamanya tak ada sebuah isak tangis. Beruntungnya sekali seseorang yang mendapatkanmu, tapi setidaknya aku lebih dulu bahagia bersamamu dan membuat hidungmu memerah dengan penuh tawa.

Aku hanya bisa berjanji pada diriku sendiri untuk segera bergegas meninggalkan kenangan yang membuatku pilu, untuk segera jatuh hati pada kisah yang baru. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 19, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Secangkir KepahitanWhere stories live. Discover now