Suasana riuh kelas pagi ini membuat Zeta sedikit tidak mood untuk mengajak berkenalan teman kelasnya. Zeta hanya duduk di bangkunya, melihat temannya kesana-kemari.
Zeta memang gampang bergaul tetapi jika suasana hati Zeta tidak stabil, cukup.
Berbeda dngan Becca yang sedang bercengkrama di depan kelas dengan teman-temannya yang baru, Zeta meemilih membaca novel yang dibawa dari rumah.
Tak lama kemuadian, wali kelas 10 IPA 8 memasuki ruang kelas. Ibu Rina, seorang guru kimia. Ibu Rina meminta anak-anak memperkenalkan diri masing-masing. Zeta tetap bergulat dengan pikiran dan novelnya.
'Nama saya Aryasatya Keefe Savero dipanggil Arya dari SMP Merah Putih'
Zeta langsung mendongakkan kepalanya saat Arya memperkenalkan dirinya, senyum tipisnya mengembang. Zeta menatap Arya yang berdiri di depan kelas, berharap Arya menemukan sosoknya.
Ternyata tidak. Arya kembali ke bangkunya dengan menunduk dan bibir sedikit tersenyum. Tanpa melihat teman-temannya.
Termasuk Zeta.
"Ya terimaksih Arya. Selanjutnya Arzeta," ucap Ibu Rina dari meja guru.
Zeta berdiri, merapikan seragamnya dan berjalan menuju depan kelas.
"Nama saya Arzeta Syevana, dipanggil Zeta dari SMP Bhineka. Senang bisa satu kelas dengan kalian," ucap Zeta seraya tersenyum dan menatap seisi kelas. "Ya silahkan duduk Zeta, terima kasih" ucap Ibu Rina dan Zeta pun kembali ke bangkunya.
Sesi perkenalan diri pun usai istirahat pun tiba.
"Zeta, Becca ke kantin gak?" tanya Renata. "Enggak Re, gue bawa bekal hehe" jawab Zeta, dan Becca hanya tersenyum.
"Jadi ceritanya sekelas sama Arya nih kita? Kesenengan dong temen gue satu ini" kekeh Becca. "ih apasih, Be biasaaja" tangap Zeta sambil mengeluarkan sandwich dari kotak makannya. "Ih Zeta pipinya merah" tawa Becca pecah. "Jangan keras-keras dong Be, yang lain denger gimana astaga" omel Zeta lalu mengalihkan pandangan ke sandwich nya.
"Oi Ze, kenapa dah?" tanya Becca bingung. Becca menatap Zeta lalu melihat sekeliling. "Lo diapain Arya sampe ga berhenti tuh senyum." Zeta tidak menanggapi Becca dan melanjutkan makan sandwichnya dan Becca menatap Zeta ngeri.
==
Beep Beep Beep
Alarm Arya berdering pukul 05.30 . Arya meraih jam beker di atas nakas, mematikannya lalu mencari handphone nya.
[Divan] : Lo kelas mana?
Arya menjawab pesan Divan lalu beranjak menuju kamar mandi. Pukul 06.12 Arya sudah siap dengan penampilan maskulin nya dan sekarang sudah berada di meja makan. "Ma, aku masuk kelas IPA nih" ucap Arya, "Syukur deh, tapi inget ya jangan nakal lagi udah SMA" jawab Mama Arya dan Arya hanya membalas dengan anggukan lalu melanjutkan sarapannya.
Arya melajukan motor dengan kecepatan sedang di Jalan Parahiyangan, ia tidak terlalu fokus dengan jalanan pagi ini entah mengapa.
Arya sudah sampai di parkiran, melepas helm dan merapikan rambutnya. Arya berjalan menaiki anak tangga sebelah parkiran untuk menuju kelas 10 IPA 8. Seperti biasa ada saja kakak kakak gemes yang menebar pesona saat Arya lewat. Dasar kakak kelas.
Arya memasuki kelas dan langsung duduk di sebelah Divan karena Arya sampai di kelas saat bel berbunyi. Arya berkenalan dengan beberapa teman cowok yang sedari tadi sudah bersama Divan. Arya bergurau dengan cowok-cowok di kelas dan sesekali tertawa terbahak-bahak.
Tak berapa lama kemudian wali kelas 10 IPA 8 datang. Seluruh siwa kembali ke bangku masing-masing. Ibu Rina, masih muda dengan postur tubuh yang tinggi dan berkacamata modis memperkenalkan dirinya yang notabene adalah seorang guru kimia. Beliau juga bercerita sedikit tentang dirinya dan terkadang sedikit nggelambyar. Ya Ibu Rina orang yang menyenangkan.
"Aryasatya yang mana? Ya mari perkenalkan diri kamu," ucap bu Rina setelah melihat absensi.
"Nama saya Aryasatya Keefe Savero dipanggil Arya dari SMP Merah Putih" ucap Arya sambil menatap lurus ke depan.
"Ya terimaksih Arya. Selanjutnya Arzeta" sambung bu Rina.
Seluruh siwa menatap Zeta yang tengah berjalan menuju depan kelas. Deskripsi dari awal memang sudah jelas jika Zeta akan menjadi sosok yang digandrungi, bukan?
"Nama saya Arzeta Syevana, dipanggil Zeta dari SMP Bhineka. Senang bisa satu kelas dengan kalian,"
Arya langsung mengalihkan pandangan menuju depan kelas. Arya menyipitkan matanya, mencari kebenaran sesosok yang sedang memperkenalkan diri itu.
'Zeta? Itu beneran Zeta? Gue sekelas sama dia?'
Arya terus memperhatikan cewek itu hingga kembali ke tempat duduknya. Ya, benar itu memang Zeta.
Perkenalan seluruh siswa 10 IPA 8 selesai dan Arya memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Rama, Aldi dan Divan. Seperti biasa, saat Arya lewat di koridor kelas 10 ada saja yang berbisik-bisik mengenai Arya tetapi Arya tetap masa bodo. Arya, Rama, Aldi, Divan membeli nasi goreng dengan segelas coklat dingin.
"Cewek di kelas lumayan ya," ucap Aldi. "Boleh lah, gimana nih Ya, Van nggak ada niat sepik cewek di kelas? " tanya Rama. "Gua udah punya cewek boy, Arya tuh" jawab Divan terkekeh. "Lo pacaran sama Arya, Van?" tanya Aldi hingga terbatuk. "Anjirlah, maksud gue Arya yang belum punya cewek yakali gue setengah mateng" jawab Divan sedikit tertawa lalu meminum coklat dinginnya.
Semuanya sudah menyelesaikan makannya. "Balik yuk?" ajak Divan, semua mengangguk dan beranjak dari kursi. Sesampainya di kelas, Arya sengaja menatap Zeta sedari masuk pintu kelas and yash! Arya tersenyum kepada Zeta hingga deretan gigi berbehel yang rapi itu terlihat dan Zeta pun membalas senyum Arya dengan sangat manis.
'Cantik'
==
Zeta merebahkan tubuh di kursi malas samping ranjangnya, membuka novel 'Secarik Rasa' dan membacanya. Musik klasik pun juga mengalun indah memenuhi kamar Zeta, itu membuat Zeta tenang.
Drrt..Drrt..Drrt
Zeta menengok ke atas nakas melihat handphone nya lalu kembali ke posisi semula. Zeta tidak ingin momen membaca novel hilang karena membalas chat. Zeta pun melanjutkan membaca novelnya.
'Hari ini ditahun lalu kita masih bersama'
Deg..
Zeta menutup novel dan menaruhnya di rak buku. Tidak ingin lagi melanjutkan novel itu untuk sekarang. Zeta menuju nakas, mengambil handphone lalu kembali ke kursi malas.
21:06
16 Juni 2017Zeta menghembuskan nafas kasar, berpikir mengapa sebuah kalimat di novel dapat menggambarkan pikiran dan perasaannya saat ini. Zeta mencoba mengenyahkan pikiran tentang sosok di masa lalu itu. Membuka tombol lock, lalu scroll down notification bar,
[+6286-342-563-256]: Zeta?
Halo. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca cerita ini.
Jangan lupa tinggalkan vote dan comment kalian untuk memperbaiki tulisan yang amatir ini.
Kritik dan saran sangat diterima
~xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Ones
Teen FictionDia dingin, Namun Terkadang menghangatkan Terkadang begitu menyakitkan Dia, Aryasatya Keefe Savero. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Dia ceria, Aku suka dia tertawa Cara dia tersenyum Menenangkan Dia, Arzeta Syevana ~~~~~~~~~~~~~~~~...