Matikan Jamnya!

212 12 1
                                    

Biarkan matahari bersinar

Biarkan sinar bulan meredup

Mustahil mimpi ini menjadi kenyataan

Cinta kita tidak akan bersatu....

Sempurna. Tidak ada kata lain yang pas selain kata ini untuk menggambarkan penyatuan yang mereka lakukan di ranjang. Aktivitas favorit yang tidak pernah mereka lewatkan sedikitpun dalam setiap pertemuan mereka yang tidak mengenal waktu.

Matt memenuhi Claire. Claire melengkapi Matt. Satu sama lain saling menyempurnakan hingga sinar fajar menyingsing mengintip dari sela-sela tirai jendela di samping ranjang.

***

Ingin sekali aku menghentikan waktu di dunia ini. Aku tidak mau menghitung hari, apalagi jam, menit dan detik karena itu akan membuatku pusing. Ya, pusing yang membuat sekelilingku terasa berputar-putar akibat kelamaan berdiri di etalase.

Seandainya jarum jam berhenti berputar saat tubuh manekinku bisa bergerak, akan kutinggalkan etalase ini secepat kilat dan berlari sejauh mungkin.Tidak perlu berlama-lama berdiri dan terkekang oleh waktu saat harus menjadi patung. Melakukan segala sesuatu yang sudah lama kuimpikan. Menjadi manusia.

Ya, seandainya.

Seandainya saja.

"Serius kau yang mengarahkan gaya manekin-manekin di sini?"

Ini kali pertama aku mendengar suara wanita yang kurang familiar di telingaku.

Matt tersenyum miring. "Kau sepupuku. Pikir saja sendiri jawabannya."

"Sangat tidak mungkin seorang Matt melakukan ini semua," sindir Fiona.

"Oh, kenapa aku tidak tersinggung ya?" sahut Matt sambil mendecak.

"Yang pertama kali harus kita lakukan adalah mengganti semua manekin-manekin jadulmu dengan manekin yang terbaru. Berwarna hitam mengkilat tanpa kepala, dengan berbagai gaya yang sudah disetting dari pabriknya." Fiona menjelaskan rencananya.

Tunggu dulu! Kami semua mau dibuang, gitu? Digantikan dengan manekin-manekin yang lebih seram?

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan nasib manekin-manekinmu ini. Kita tawarkan kembali ke pabriknya sebagai barang bekas."

Dan berpisah dengan Matt?

"Selama itu menguntungkan usahaku, kau atur saja."

Bodohnya aku. Kenapa mesti sedih? Dia bahkan tidak menyadari aku ada.

"Maaf saya menyela Pak, kalo boleh, saya ingin meminta patung manekin yang itu," ucap Doni sambil menunjuk ke arahku.

Matt menaikkan alisnya. "Kamu bikin saya jadi makin penasaran, Don. Seberapa cantiknya sih manekin itu sampai-sampai mau kamu bawa pulang?"

"Hehehe....." Doni tersenyum malu. "Sayang Pak, dikembalikan."

Fiona sudah berjalan duluan ke arah etalase. Melihatku seksama dan bersiul.

"Ternyata kau punya manekin yang luar biasa cantiknya. Kok nggak bilang-bilang, Matt?"

"Pak Matthew selalu mempercayakan kepada kami soal pengaturan gaun-gaun yang akan dipakaikan ke manekin-manekin di butik, Bu. Jadi wajar saja jika Pak Matthew tidak hafal bentuk dan rupa manekinnya satu persatu." Rika ikut menimpali.

"Kenapa aku harus peduli?" Matt memutar bola matanya jengah.

Fiona melirik sepupunya kesal lalu menarik tangan Matt untuk menghampiri etalase tempatku berdiri. Lalu terjadilah hal yang kunanti-nantikan selama ini.

Darling MannequinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang