Tak ada yang tidak menarik dari bentuk fisik manusia dalam sudut pandang Aurielle. Tulang hidung yang tinggi, alis tebal membingkai mata yang bening tanpa selaput--tidak seperti mata para duyung. Postur tubuh tegak dan jenjang, terutama proporsi kaki mereka yang tampak kokoh meski telah menghabiskan waktu berlama-lama di atas lautan atau berdiri di atas kapal yang diguncangkan ombak. Bentuk kaki para duyung ketika mereka naik ke daratan lebih ramping dan terlihat rapuh, seolah-olah akan patah jika dipakai berjalan terlalu lama.
Menurut informasi duyung lain yang pernah naik ke daratan, jika mereka belum terbiasa berjalan rasanya sakit sekali seperti habis tersengat belut listrik dalam setiap langkahnya. Aurielle masih terlalu muda untuk bisa pergi ke darat, ia bahkan tidak tahu bagaimana cara menumbuhkan kaki. Ada yang bilang mereka hanya perlu mengeringkan ekor mereka agar bisa berubah menjadi kaki manusia. Kenyataan yang pernah ia dengar dari kakak-kakaknya—setiap kali mereka saling berbisik sebelum tidur dan menganggap Aurielle tidak sedang menguping—tidaklah sesederhana itu. Ada ramuan yang harus diminum dari seorang penyihir yang tinggal di kaki bukit dan mereka tidak boleh membiarkan tubuh mereka terkena percikan air selama beberapa hari setelahnya, agar ekor mereka tidak tumbuh kembali.
Aurielle tidak bisa tidak merasa iri pada para manusia yang terlihat menikmati hidup dengan tubuh mereka. Seseorang mungkin tidak bisa memilih mau terlahir menjadi apa dengan rupa seperti apa, tetapi sejak pertama kali Aurielle mengenal sosok manusia dari dekat, ia tidak berhenti menyayangkan nasibnya yang terlahir dan tumbuh sebagai duyung. Meski ia juga mendengar banyak kabar yang kurang menyenangkan tentang manusia yang membuat hubungan antara manusia dan para duyung menjadi tidak baik, beratus-ratus abad lalu, tetapi semua kabar tersebut tidak menyurutkan keinginannya untuk mencoba hidup di dunia para manusia. Aurielle ingin menjelajah kota-kota seperti di dalam buku yang pernah ia temukan dari bangkai kapal karam yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ingin menghirup udara dengan paru-parunya yang belum pernah terpakai sama sekali selama berada di dalam air. Ingin berganti-ganti kulit seperti para manusia yang memiliki banyak kulit dalam peti penyimpanan mereka.
Aurielle sering dengar dari cerita kakak-kakaknya bahwa para manusia bisa berdansa di atas kaki mereka dengan elok, selayaknya para duyung berlenggak-lenggok di dalam air saat festival purnama merah. Mereka berayun dengan satu kaki, meliuk di udara, memutar tubuh mereka dan mendarat pada kedua kaki dengan presisi sempurna. Aurielle ingin setidaknya bisa melihat tarian para manusia satu kali saja dalam kehidupan para duyung yang abadi. Sangat disayangkan jika ia melewatkan waktunya yang panjang hanya bernaung di dalam air saja sementara di luar sana banyak sekali hal menarik yang bisa dipelajari. Aurielle ingin mencicipi makanan manusia yang konon memiliki lebih banyak variasi rasa dibandingkan makanan yang ada di dasar laut.
Aurielle tidak sabar menunggu hari ulang tahunnya ke enam belas agar bisa berenang lebih dekat ke permukaan laut atau bahkan sampai tepian pantai tanpa diusir oleh para penjaga perbatasan. Terkadang Aurielle suka menantang bahaya dengan menyembulkan kepalanya di balik terumbu karang demi melihat para manusia beraktivitas di atas kapal masing-masing. Duyung tidak makan ikan, dan mereka sama sekali tidak memiliki hubungan kekerabatan, meski sama-sama berekor dan bersirip. Jadi, tidak ada masalah bagi bangsa Aurielle ketika melihat kapal-kapal nelayan menjaring ikan dari lautan. Toh, ikan-ikan di perairan dangkal tersebut tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, jadi jumlah mereka mungkin saja masih tetap akan sama sepanjang waktu meski tiap hari dipancing.
Di antara semua nelayan yang pernah Aurielle temui, ada seorang pemuda tampan yang menarik hatinya. Matanya sekelam langit menjelang badai. Aurielle tidak tahu apa yang akan terpantul di sana jika menatap langsung. Kulitnya berwarna tembaga—cokelat keemasan yang sesekali tampak berkilauan berkat pantulan air—karena terpapar terik sinar matahari. Rambutnya berwarna cokelat gelap dan acapkali helaiannya yang terlihat begitu lembut dipermainkan angin laut hingga jatuh menutupi dahi. Aurielle ingin sekali menyelipkan jari-jemari di sela-sela rambut pemuda tersebut dan menyugarnya hingga rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Putri dan Anak Nelayan
FantasyAurielle jatuh cinta pada pemuda tampan berkulit gelap yang sehari-hari berlayar dengan perahu kecilnya. Suatu hari badai menerjang perahu itu, Aurielle menolongnya, sebagai gantinya pemuda itu membawa Aurielle ke dunia manusia. Aurielle pikir lelak...