Cuaca sedang mendung. Langit terlihat suram. Tampaknya gerimis akan turun seharian. Ye-Rin merapatkan jaket yang ia kenakan. Setengah berlari menuju ke sebuah halte yang tidak terlalu jauh dari tempat ia bekerja.
Untung saja bis segera datang. Ye-Rin bisa bernafas lega karena masih ada beberapa tempat kosong disana.
Ye-Rin duduk di salah satu kursi sambil mengusap rambutnya yang sedikit basah. Disandarkan punggungnya, mengamati jalanan di luar sana.
Hidup ini keras. Penuh perjuangan. Dan Ye-Rin tidak memungkiri semua itu karena ia merasakannya. Ye-Rin turun dengan sekali lompatan kecil dari bis. Dan berjalan kira-kira dua ratus meter hingga sampai ke sebuah rumah besar yang sudah enam bulan ini menjadi tempat tinggalnya.
"Sudah pulang Nyonya?" Satpam setengah baya itu membuka pintu pagar dan membiarkan Ye-Rin masuk dengan tubuhnya yang sedikit membungkuk hormat.
"Terimakasih, Paman Kang. Apakah tuan sudah pulang?"
"Sudah Nyonya."
Ye-Rin mengangguk kecil dan buru-buru masuk ke dalam rumah megah itu.
"Kau kehujanan." Suara itu membuat Ye-Rin menoleh malas.
"Tidak apa-apa. Sudah biasa." Sahut Ye-Rin memandangnya sekilas, lalu menerima handuk yang diulurkannya.
"Kenapa kau keras kepala? Aku menggaji Paman Park untuk mengantarmu kemana saja." Kata pria itu menghela nafas panjang.
"Kau tidak perlu melakukannya untukku. Bantuanmu selama ini sudah banyak. Aku tidak mau berhutang terlalu banyak padamu." Tolak Ye-Rin yang lagi-lagi membuat pria itu menarik nafas panjang.
"Kau istriku. Tidak perlu sungkan."
"Tapi Tae-Hyung, ini berlebihan. Aku tidak bisa menerima kebaikanmu terus menerus. Akan sangat tidak adil bagimu." Ye-Rin memandangnya sejenak.
"Tidak berlebihan. Itu hak-mu sebagai istriku." Ujarnya membujuk Ye-Rin untuk menerima semua fasilitas yang ia berikan.
"Kim Tae-Hyung, pernikahan kita hanya sementara, sampai ia kembali. Jadi jangan memberatkan dirimu sendiri dengan tanggung jawab sebagai suami." Sungguh, Ye-Rin merasa sangat tidak pantas menerima semua kebaikan yang Tae-Hyung berikan.
Di saat semua orang mencapakkan Ye-Rin karena kehamilannya di luar nikah, Tae-Hyung menerima Yerin apa adanya. Ia juga yang berada di sisi Yerin ketika mengalami keguguran karena kandungannya begitu lemah. Ia menyelamatkan nama baik keluarga Jung dengan mengambil Ye-Rin sebagai istrinya. Ia juga menyanggupi permintaan Ye-Rin bahwa mereka akan berpisah setelah Park Ji-Min, kekasihnya kembali dari studi-nya di Amerika.
"Baiklah jika kau tidak mau menerima fasilitas dariku. Tapi lakukan ini untukku, kumohon. Apa kata orang jika mereka tau istriku berangkat dan pulang bekerja dengan menggunakan transportasi umum?"
Ye-Rin menatap wajah Tae-Hyung, berpikir keras bahwa ada kebenaran dalam kata-katanya. Selama ini Ye-Rin begitu keras kepala menolak semua fasilitas yang diberikan Tae-Hyung padanya, hanya ia tidak ingin berhutang budi terlalu banyak padanya. Dan Ye-Rin sama sekali tidak memikirkan reputasinya di luar sana.
Ye-Rin menghela nafas.
"Baiklah, mulai besok aku akan diantas jemput oleh paman Park." Ujar Ye-Rin akhirnya. Tae-Hyung tersenyum. Ada kelegaan dari sorot matanya.
"Terimakasih." Ucap Tae-Hyung membuat Ye-Rin tersentuh. Seharusnya Ye-Rin-lah yang berterimakasih, bukannya dia.
-
Ye-Rin sedang bermalas-malasan di kamarnya ketika Tae-Hyung memanggilnya sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Ada apa?" Tanya Yerin begitu melihat wajah Tae-Hyung dari celah pintu kamar yang terbuka setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS] I'm Here If You Need Me - Taehyung x Yerin
Fanfiction[COMPLETED STORY] WARNING! MATURE AREA. NC21+ TIDAK SUKA CERITA RANAH DEWASA, JANGAN DIBACA! Hanya sedikit untuk memberikan kesempatan, semuanya akan berubah. Jung Ye-Rin dengan terpaksa menikah dengan Kim Tae-Hyung, seorang pria sukses dalam karirn...