[Yerin POV]
Mata nanar bersorot sedih itu terus menerus menatapku. Jarinya bertaut menungguku.
Aku duduk diam di depannya menatap kertas dan pulpen yang tergeletak di atas meja.
Aku tau, ini saatnya. Dan aku tidak pernah rela melepasnya. Berhari-hari aku tenggelam dalam tangis tak berdaya.
Ji-min menyorongkan kertas dan pulpen itu lebih dekat ke hadapanku.
"Tanda tangan ini, Ye-rin." Perintahnya sedikit menahan suaranya.
Aku menarik nafas. Memandang wajah yang makin tirus di depanku. Tubuhnya terlihat bergetar. Matanya menatapku pasrah.
"Ayo, Ye-rin. Tunggu apa lagi?" Suara Ji-min mulai mendesakku. Aku tidak suka. Aku muak.
"Tunggu!" Aku menatap Tae-hyung yang baru saja menahanku melepaskan nafas beratku.
"Apa lagi?" Suara Ji-min terdengar dingin.
"Apa ada yang ingin kau katakan, Ye-rin?" Tanya Tae-hyung lembut, mengabaikan pertanyaan dingin Ji-min.
Mungkin ini saatnya aku mengakui perasaanku padanya. Agar ia tau betapa aku sudah mencintainya dengan begitu dalam.
Perlahan aku mengangguk.
Kulihat Ji-min menggeram kesal, sementara Tae-hyung menaikkan kedua alisnya.
"Ya." Suaraku tercekat. Aku harus bisa mengatakannya.
Ji-min mendengus kesal, sementara Tae-hyung diam menunggu.
Aku menarik nafas dan menghembuskannya kuat-kuat, mencoba menguatkan hati, memberanikan diri untuk mengutarakan apa yang menjadi keinginanku.
"Ji-min, aku pernah berjanji untuk menunggumu. Itu sudah kulakukan. Tapi kau harus mendengar semua ini." Kuatur nafasku dengan berkali-kali menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kalimat-kalimatku.
"Ketika aku tau bahwa aku hamil tanpa kau di sisiku, seluruh keluargaku menyalahkan, menghujat, dan memojokkanku. Hanya Tae-hyung. Ia menyelamatkan muka kedua orang tuaku, mengambilku sebagai istrinya, memenuhi kewajibannya sebagai suami tanpa menuntut haknya sebagai suami. Juga saat aku kehilangan janinku, hanya ada dia yang terus di sisiku." Aku kembali mengambil nafas panjang.
"Menurutmu, apakah itu akan adil baginya?" Aku terisak saat menanyakannya pada Ji-min.
"Ye-rin, jangan memikirkanku. Aku hanya ingin kau bahagia. Aku—"
"DIAM!" Bentak Ji-min pada Tae-hyung, menghentikan kalimat yang hendak dilanjutkan oleh suamiku.
Ji-min menatapku dan menunggu. Aku menghela nafas dan melanjutkan perkataanku.
"Tae-hyung, aku tau ini sangat menyakitimu. Tapi taukah kau, aku sudah jatuh cinta padamu?"
Tae-hyung membelalak tidak percaya menatapku. Bibirnya terbuka.
"Aku sangat... Sangat mencintaimu. Kalau kalian berdua bertanya apa yang bisa membuatku bahagia, jawabannya hanya satu. Biarkan aku bersamamu dan membesarkan anak kita bersama, Tae-hyung." Aku menunduk, mengusap perutku yang belum nampak membuncit.
"JUNG YE-RIN!" Ji-min berdiri. Aku mendongak melihatnya. Wajah Ji-min terlihat murka. Tapi aku tau, ia berusaha menahannya.
"Maaf, Ji-min." Aku menunduk.
Lalu seperti gerakan lambat yang kulihat, Tae-hyung meraih kertas yang tergeletak di atas meja dan merobeknya hingga menjadi serpihan-serpihan kecil, lalu ia berdiri, meraihku ikut berdiri, dan menenggelamkanku ke dalam pelukannya. Pelukan yang begitu kuinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS] I'm Here If You Need Me - Taehyung x Yerin
Fanfiction[COMPLETED STORY] WARNING! MATURE AREA. NC21+ TIDAK SUKA CERITA RANAH DEWASA, JANGAN DIBACA! Hanya sedikit untuk memberikan kesempatan, semuanya akan berubah. Jung Ye-Rin dengan terpaksa menikah dengan Kim Tae-Hyung, seorang pria sukses dalam karirn...