Chapter 2 - Reina Alumpta

33 4 25
                                    

Di sebuah jalan setapak yang tertutup rindangnya pepohonan, sebuah kereta kuda melaju dengan kencangnya. Lampu gantung pada bagian depan kereta itu terus bergoyang. Menyinari gaun pengemudinya yang berwarna ungu.

"Sial! Kenapa aku harus bertemu para bandit itu?!"

Duduk sendirian di kursi kusir, gadis itu menoleh kebelakang. Rambut coklatnya yang sepanjang bahu terus berguncang mengikuti getaran kereta. Kedua alisnya menukik, menatap ke arah empat cahaya kecil yang mengikutinya dari balik kegelapan.

"Sialan!!"

Gadis itu terus mengguncang tali kekang kudanya. Suara derap kuda memecah sunyi daerah itu.

Namun, baru beberapa saat setelah ia menengok kebelakang, sebuah pisau tiba-tiba merobek kaki salah satu kudanya. Hewan itu meringkik, ketidak seimbangan membuat dirinya seketika terjatuh. Kereta yang ia kendarai menabrak, roda depan yang menginjak salah satu kudanya membuat kereta itu seketika terguling. Mengeluarkan seluruh bawaannya.

Gadis itu terpental, melayang beberapa saat di udara hingga akhirnya menghantam tanah.

Di tengah dirinya yang sedang merintih tak jauh dari kristal-kristal hijau yang berserakan, dua orang dengan jubah hitam panjang mendekatinya dengan pelan. Salah satu dari mereka membuka tudungnya. Membiarkan sinar rembulan yang menembus dedaunan mengenai wajahnya.

"Hei Gritz, mau kita apakan... gadis ini?"

Remaja itu menatap temannya yang mendekati kereta yang terguling. Tubuhnya yang cukup gemuk dapat sedikit terlihat karena sinar rembulan. Ia menengok, menatap ke arah salah satu kuda gadis itu yang masih tergelatak tak jauh dari keretanya.

"Itu terserah kau. Aku lebih baik mengurus harta dan makanan itu dulu."

Pria gemuk itu mendekati kuda yang menggeliat di tanah. Tak lama setelah dirinya membungkuk, suara ringkikan kuda yang keras seketika memecah malam itu.

"Kamu ini, tidak adakah di dalam pikiranmu selain makanan?"

Pria gemuk itu menoleh ke arah temannya, kembali berdiri dan berjalan mendekat dengan santai.

"Gadis ini, aku tidak perduli mau kau apakan dia. Barang yang ia bawa jauh lebih penting dari nyawanya."

Remaja itu menatap sang gadis yang menatap mereka dengan tajam. Kedua matanya yang marah dapat terlihat dengan jelas oleh mereka.

"Kalian... dasar para penyihir bus-"

"Ssst... ssst... ssst." Remaja itu menyekap mulut sang gadis sebelum ia menyelesaikan omongannya. Ia diangkat, sejajar dengan wajah remaja yang terbuka tudungnya. "Calon mangsaku... tak boleh begitu."

Remaja itu mendekatkan kepalanya ke sang gadis yang mencoba meronta. Hidungnya yang mancung menyerap semua bau harum yang dipancarkan gadis itu. Ia kelaparan, sebuah gejolak memenuhi tubuh remaja itu hingga,

"Uh?"

Sesuatu yang sedikit lebih besar menyenggol bahunya.

Sesuatu itu tertutup oleh jubah yang menyelimuti dirinya. Kain merah yang tertempel di bahu makhluk itu berkibar mengikuti embusan angin yang tiba-tiba datang. Sinar rembulan mengenai sedikit topengnya yang tersembunyi dalam tudung. Makhluk itu adalah... Steroth.

"Hei kau."

Remaja itu berbalik ke arah Steroth yang berjalan mengacuhkannya. Gadis itu ia jatuhkan. Diganti dengan genggaman amarah yang memenenuhi tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imbalance : Rise Of SterothTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang