Chapter 2

67 8 3
                                    


Desclamier : Fairy Tail punya paman Hiro Mashima

Pairing : Nalu, dan temukan yang lainnya

Warning : OOC, AU,typo (always) dll

Dont like, dont reader

.

.

.

Apakah kau pernah mencintai seseorang?

Mobil jazz berwarna merah metalik berhenti di depan apartemen berlantai sepuluh. Sang pemilik mematikan mesin mobilnya kemudian melirik gadis di sampingnya yang sedang tertidur pulas. Terlihat sekali dari raut wajahnya bahwa gadis mungil itu sangat kelelahan. Gray tersenyum kemudian menatap Juvia sekali lagi. Ingin rasanya ia menghentikan waktu di sekitarnya agar ia bisa lebih lama bersama Juvia. Bisakah dia? Mengantar Juvia untuk pulang malam ini saja sudah membuat dadanya membuncah dengan hebat, bagaimana nanti jika ia diminta untuk mengantar Juvia setiap hari? Aaah... membayangkannya saja sudah membuat ia tersenyum seperti orang gila. Tapi, senyum yang terbentuk di rahang tegasnya itu tiba-tiba saja luntur. Tatapan matanya menjadi sayu ketika ia melihat pemuda bertubuh tegap, bersurai kuning sedang berjongkok sambil mengeluarkan asap nikotin yang telah diisapnya dalam-dalam. Tangan kirinya ia masukkan kedalam kantong jaketnya. Dia—Laxus, kekasih Juvia. Pemuda itu pasti sedang menunggu Juvia hingga larut malam seperti ini.

Gray tersenyum kecut, ternyata kebahagiaannya yang baru ia dapat cepat sekali terganti dengan perih luka yang menusuk hati. Bahkan luka ini sudah teramat banyak membekas di hatinya, namun mengapa Gray tidak berhenti? Ia mau, tapi tidak bisa. Setiap kali ia ingin berhenti, berhenti menatap Juvia, berhenti berjalannya di belakanganya, memberi senyum untuk gadis itu, berhenti apapun tentang Juvia, pemuda raven itu pasti akan kembali mengingat wajah gadis itu. Apakah jatuh cinta itu salah? Jika dari awal Gray tahu bahwa Juvia sudah memiliki kekasih mungkin ia tidak akan jatuh sedalam ini, mungkin ia tidak akan mendamba sebesar ini. Walaupun nantinya Gray tahu bahwa Juvia sudah memiliki Laxus, ia pasti tidak akan bisa menghindar untuk tidak jatuh hati pada gadis itu. Karena kita tidak pernah tahu kapan cinta itu datang, pada siapa dan dimana. Dan jika Gray tahu bahwa ia akan sering mengalami sakit hati akibat Juvia, mungkin ia dari dulu akan mempersiapkan stok obat sakit hati yang banyak dengan dosis tinggi.

"Kita sudah sampai, Juvia..." Gray menepuk pelan pundak Juvia

Juvia bangun dan berlonjak kaget, "Astaga... aku ketiduran. Gomenne Gray"

Gray terkekeh, kemudian membantu Juvia melepaskan seatbelt nya, "Aku tahu kau pasti sangat lelah. Habis ini kau langsung bergegas mandi untuk menyegarkan tubuhmu dan ingat setelah itu kau langsung tidur jangan main handphone lagi, aku tidak ingin mata pandamu makin membesar"

Juvia tertawa setelah mendengar ocehan panjang dari Gray. Pemuda di depannya ini terkenal dengan irit bicaranya tapi di depannya pemuda ini bisa berubah 180 derajat.

"Hai... perintahmu saya laksanakan pak apoteker" Jawab Juvia sambil mangacungkan tangannya membentuk pose hormat.

Gray meringis dalam hati. Ia tahu Juvia pasti tidak akan mengikuti semua sarannya malam ini. Ada laxus dan mereka akan menghabiskan waktu hingga pagi hari. Oh Kami-sama jika bisa ia memutar waktu, Gray ingin bertemu Juvia lebih dulu sebelum Laxus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INARO TAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang