SENANDUNG HUJAN

353 6 1
                                    

By: Nova Alifa, twitter : @alifasabila26

8 November 2013

Kulirik penunjuk waktu di dinding kamarku, arah jarumnya menunjukkan tepat pukul sepuluh malam. Di luar hujan masih setia dengan senandung sendunya. Rintik yang seirama dengan detak jantungku, laksana sebuah nyanyian surga, mengalun lembut membawaku pada sebuah lamunan panjang tentang aku dan kamu sahabatku.

Hari ini adalah hari ulang tahunku. "Selamat ulang tahun aku..." Semoga segala kebaikan menyertai tiap langkahku. Semoga tak ada waktuku yang terbuang sia-sia. Semoga apapun keadaannya aku tetap bisa berkarya di dunia musik yang kini kugeluti dan kuseriusi setahun belakangan ini. Aku bersyukur atas segala nikmat yang telah kudapat hingga detik ini. Hari ini pula, siang hingga sore tadi kuhabiskan dengan sejuta tawa bersama mereka penikmat musikku, mereka yang tak pernah lelah memberikan dukungan kepadaku, bahkan disaat aku merasa lelah, sebab itu rasanya bahagiaku sungguh tak terhingga, sungguh.

Dan kamu, siapa aku bagimu kini? Bahkan di hari perayaan ulang tahunku tadi, diantara keramaian itu kamu tak ada. Kamu yang kukenal kini, bukan lagi kamuku yang dulu, yang selalu ada waktu untukku sahabat baikmu. Mestinya kamu tahu, jauh dilubuk hatiku, aku menanti kehadiranmu. Barangkali engkau sedang sibuk dengan jadwal manggungmu. Atau mungkin telah ada seseorang yang hatinya ingin kau jaga, sampai-sampai kau sama sekali tak berminat hadir dihari paling istimewa aku, sahabatmu.

Tahukah kamu, andai waktu bisa ku putar kembali, aku ingin kembali ke masa itu, masa dimana segala cerita tentang kita, hanya milik kita berdua. Masa dimana tangis dan tawamu adalah bagian dari hidupku. Dulu kita pernah begitu dekat, meski tak lebih dari sahabat, tapi kini segalanya seakan berubah, semuanya telah berbeda, segalanya tak lagi sama. Kini, canda dan tawamu, senantiasa kau bagikan pada mereka yang menyayangimu. Kini, bahagiamu adalah milik dia dia dan dia, begitu juga aku. Lalu bagaimana dengan sedih kita? Sedihmu dan sedihku? Sungguh aku menyimpan tanya dihati tentang ini, pada siapa sedihmu kini kau bagi? Aku terlalu khawatir pada sedihmu itu. Sedang sedihku, mungkin tak lagi penting bagimu. Tapi tak apa, sedihku biarlah kusimpan dihati ini, sendiri.

****

12 November 2013

Pagi ini, sengaja ku sapa kamu via Line.

Aku : Pagi jelekkkk.... ;p

Kamu : hufftt... Pagi-pagi udah ngajakin ribut aja ni orang :(

Aku : Becanda doang... Sekolah gak hari ini? ;)

Kamu : Sekolah... Tapi males banget masa... :(

Aku : Semangat dong... Pendidikan itu terlalu penting untuk diabaikan!!!

Kamu : uuuughh.. Gaya banget lu bocah, udah kayak paling rajin sedunia aja... Tahu deh yang anak kuliahan. Krikkrik.

Aku : Hahaha...

Kamu : Ketawa lagi...

Aku : Udah lama ya kita gak ketemu... #ifyouknowwhatimean

Kamu : Oooo... ngajak ketemuan ni ceritanya? Emang kamu nggak ada jadwal manggung atau jadwal rekaman hari ini?

Aku : Yoi.... Mau ya...!! Mau ya!!

Kamu : Okelah demi yang baru saja berulang tahun... ahay... Siang abis aku pulang sekolah gimana...?

Aku : Sippp deh... Aku jemput ya?

Kamu : Nooo... Langsung ketemuan di taman aja deh....

Aku : Hmmm... Baiklah... Ya udah... Sana sekolah... Tar telat tau rasa....

Kamu : oke.. See you.

Aku : see you too

Kusudahi chatting kita pagi ini dengan sebuah senyuman yang tak terlihat oleh matamu.

SENANDUNG HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang