Part 1

1.6K 115 9
                                    

Menjadi orang baik itu. tak selalu menjamin nasib seseorang menjadi baik seperti apa yang telah dilakukannya
.....

Seorang pria tengah berlari terengah-engah didalam hutan. Bayangan ketika ia mati ditangan monster itu mengeruak dipikirannya.

Bagaimana dengan nasib jasadnya? Apakah akan ditinggal begitu saja didalam hutan, dan menjadi santapan binatang liar dihutan?

Sungguh, bila itu terjadi maka orang itu tidak memiliki perikemanusian.

Kim Woo Rham, seorang pekerja sosial yang telah mengabdikan hidupnya untuk memerangi kasus kejahatan pencurian di Korea. Tengah terancam nyawanya saat ini. Menjadi orang baik, memang tidak menjamin nasib seseorang menjadi baik juga.

Ia berhenti sejenak, ketika lelah melanda seluruh tubuhnya, energinya seolah terkuras habis. Ia tak mampu berlari lagi.

"kau akan mati hari ini!"

Sebuah suara berhasil mengagetkannya, ya itu adalah suara malaikat mautnya.

Bisa ia lihat tangan sosok itu terulur dengan sebuah pistol dan peluru yang sudah siap ia tembakkan pada orang yang ada didepannya.

Sang target jatuh berlutut dihadapan orang yang siap meng-eksekusinya.

"tolong..lepaskan saya, ampuni saya"

Bayangan akan benda logam yang melesat dalam waktu beberapa detik saja, menembus dadanya dan menghentikan kerja jantungnya membuatnya harus rela memohon, merendahkan diri pada sosok paling kejam didepannya saat ini.

Sosok itu tersenyum miris, sebelum ia melepaskan tembakan untuk  korbannya

"prestasimu sungguh hebat, dalam membantu pihak hukum untuk memerangi kasus kejahatan dikota ini. Namun sayang, percuma saja menjadi orang baik sepertimu tak menjamin hidupmu menjadi baik seperti apa yang telah kau perbuat." 

Woo Rham mendongkakkan kepalanya, menatap sosok didepannya dengan wajah memelas meminta belas kasih

"tolong..ampuni aku, aku berjanji akan berhenti dari pekerjaanku jika kau mau melepaskanku" mohon Woo Rham

"ha..ha..ha..ha" sosok itu tertawa, tertawa yang bisa di artikan sebagai awal penolakan.

"percuma kau memohon tuan Kim, karna malam ini aku dibayar untuk membunuhmu. Kau tak bisa menolak takdirmu"

Dor...dor..dor

Suara tembakan,  dan erangan penuh kesakitan mengisi kesunyian didalam hutan itu. Mengeksekusi korban, sebelum sang korban kembali berbicara.

Bayangan akan ribuan lembar Won yang akan ia dapat membuat sosok itu tersenyum puas, lantas ia meninggalkan jasad Woo Rham begitu saja didalam hutan.

"misi berhasil"

.......

Malam telah menyingsing lebih jauh dan sebentar lagi larut malam akan memaksa kantuk menguasai jiwanya. sudah beberapa kali ia menguap namun ia tetap bersikeras untuk tetap terjaga.

"starbucks!" sebuah suara berhasil memecahkan konsentrasinya, dihadapannya saat ini sudah ada seorang dokter muda sekaligus seniornya menyodorkan segelas starbucks untuknya.

"sunbae..kau menggangguku saja, aishh sampai mana tadi aku ya?" protes Song Hanna, sang dokter sekaligus ilmuan muda yang tengah berkutat dengan tikus-tikus dan sebuah papan serta kertas catatan ditangannya, apa yang dilakukannya saat ini hanya karna ia  bersikeras membuat obat untuk menyembuhkan penyakit kanker, penyakit yang selama ini menjadi penyakit paling mematikan didunia ini.

"hehe..mianhae..memangnya kau tidak bosan heum? Berkutat dengan tikus-tikus itu selama 20 minggu ini? Kau memang berbeda dengan gadis gadis diluar sana Hanna-ya. Mungkin jika aku menjadi gadis sepertimu, aku pasti sudah lari terbirit-birit karna jijik melihat tikus-tikus itu. Tapi kau, kau malah bermain dengan tikus-tikus itu"

"sunbae..jika kau datang hanya untuk menggangguku, lebih baik kau pergi saja dari sini.."

"aishh..kau ini, kenapa jadi sensitive seperti ini eoh? Aku datang kemari hanya untuk memberikan starbucks ini untukmu, supaya kau tidak mengantuk, ini minumlah dulu supaya kau bisa terjaga lebih lama"

Hanna, berhenti sejenak dari aktivitasnya lantas ia meraih starbucks  yang dibawakan oleh seniornya itu, lantas ia meminumnya.

Benar saja, cafein yang terkandung dalam kopi itu, mampu menghilangkan rasa kantuknya

"sudah sampai mana obatmu bekerja pada tikus-tikus itu nona Song? Apakah sudah terlihat tanda-tanda sukses?"

Hanna meraih catatan yang ia letakkan disampingnya, ia membacanya sebentar lantas tersenyum puas

"woahh dilihat dari senyuman itu..pasti ada kabar baik nih" Seokjin pun tersenyum lantas bersedakep dan menyenderkan tubuhnya pada dinding rumah sakit.

Bukannya menjawab, gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum

"ya..ya..ceritakan padaku nona Song..bagaimana dengan hasilnya"

"sunbae.. Dari hasil penelitianku selama 20 minggu ini, ternyata cairan cabozanitinib yang aku suntikkan pada tikus yang terkena tumor ganas, menunjukkan tidak ada metastasis / retensi pertumbuhan tumor selama lebih dari 20 minggu. Sifat inovatif obat baru ini, bukan hanya menghambat reseptor pertumbuhan endontel vaskular yang membentuk pertumbuhan tumor, tetapi juga berhasil menghambat metastasis dan menghambat penyebaran sel kanker. "

Seokjin yang tengah menyeruput starbucks nyapun terkejut dibuatnya

"uhuk..uhuk ..."

"ya..Jin sunbae..ada apa denganmu?"
"ahh..mianhae Hanna-ya...aku hanya terkejut saja, jadi penelitianmu sukses dong?" tanya Seokjin memastikan

"yap...bayangkan saja, berapa banyak nyawa yang bisa diselamatkan karna obat ini, aku sudah tidak sabar memperkenalkan obat ini pada public " Hanna pun tersenyum senang

"ya..kau pasti akan mendapatkan
Nobel Hanna-ya... Uhh aku jadi iri padamu, tapi itu tak masalah.. Aku ucapkan selamat atas kesuksesanmu nona Song Hanna "  ucap Seokjin sambil mengulurkan tangan pada juniornya
Lantas dibalas oleh Hanna.

"ghamsamnida sunbae-nim " balas Hanna

Tak pernah terbayangkan bagi gadis berumur 21 tahun itu, jika menjadi seorang ilmuan, bisa saja mengancam nyawanya, walau ia telah berhasil menemukan obat untuk membantu menyelamatkan banyak jiwa didunia ini untuk penderita kanker, tak akan bisa mengubah nasib nyawanya yang terancam. Karna menjadi orang baik itu tak selalu menjamin nasib orang itu menjadi baik juga.

To be continue.

........

Haihai..ketemu lagi sama cerita baru..maaf banget ya kalo ceritanya ngebingunin, ceritanya gak seru, alurnya kecepeten, diksinya kurang jelas. Tapi sumpah ini real dari pemikiran author

Author juga masih perlu banyak belajar.. Ok, kalo ada yang mau ngasih saran. Bakal author terima dengan senang hati.

Jika ada yang mau minta next, voment yuk :)

Painkiller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang