"Hei kalian cepetan masuk, kalian gak mau ikut ulangan hah?!" teriak seorang guru berbadan tinggi, tegap, kulitnya hitam, matanya tajam bagaikan elang dan siapa saja yang melihatnya seakan dia akan dimakan hidup-hidup olehnya.
Namanya Bambang Hermanto, guru tersangar yang ada di SMA N 8. Dia berdiri di depan pagar meneriaki anak-anak yang terlambat. Padahal sudah bunyi bel masuk mereka semua malah santai berjalan.
"Mampus gue," gumam seorang gadis yang menepuk dahinya. "Bisa mati gue kalo telat." Dia pun mempercepat langkahnya, berlari bersama kerumunan siswa yang hampir terlambat. Wajahnya dia tundukan agar tidak kentara oleh guru sangar itu. Postur tubuhnya yang mungil setidaknya mendukungnya saat melewati guru itu yang sedang melambaikan tangannya, memberi isyarat agar cepat masuk.
Bisa dibilang, untuk opsi kedua. Arsya adalah orang yang bisa dikategorikan manusia yang suka datang terlambat. Pemalas dan mana suka datang ke sekolah lebih awal seperti Ashkal. Arsya paling suka menunda-nunda waktu. Contohnya, sementang dia tinggal hanya bersama dengan Omanya saja, dia berleha-leha. Menunda-nunda waktunya. Orang tuanya memang jarang di rumah. Anak manja ini memang paling sulit diatur padahal orang tuanya telah mengajarinya yang namanya untuk bisa menghargai waktu.
Saat sudah masuk ke sekolah, sebetulnya anak-anak yang terlambat tadi dikumpulkan di depan ruang Tata Usaha untuk diberikan sanksi tapi Arsya itu cerdik. Dia bisa kabur tanpa ketahuan. Buktinya dia bisa bernapas lega setidaknya hari ini dia tidak perlu memunguti sampah karena terlambat masuk.
Dia pun berjalan dengan cepat menuju kelasnya yang ada di lantai 2. Keadaan di koridor sudah sepi, mungkin karena semuanya sudah masuk kelas karena bel sudah berbunyi 10 menit yang lalu.
Dia pun bergegas memperbesar langkahnya menuju kelasnya. Dilihat dari balik jendela semua anak-anak sudah mulai fokus mengerjakan soal ujiannya masing-masing.
Arsya sedikit heran kenapa cepat sekali murid-murid yang ada di kelas itu sudah bertatap pasang dengan lembaran kertas ujiannya.
Dia menghentikan langkahnya. Matanya menyapu ke sekeliling kelas dan ternyata pandangannya fokus ke Ibu Guru bernama Ibu Darma yang memiliki postur tubuh gendut, matanya yang agak sedikit merah dengan lipstick merahnya yang tebal dan juga cepolnya yanh tinggi membuat kesan seram dan tak kalah sangar dari Pak Bambang."Nah ujian hidup gue udah mau dimulai ini mah," gumamnya.
Dengan sekuat tenaga dia berjalan dan memberanikan diri mengetuk pintu."Assalamualaikum," cicitnya pelan.
Seketika semua mata memandangi sosok yang berdiri di ambang pintu dengan wajahnya yang pucat. Bu Darma pun yang sedang keliling mengawasi siswa-siswi yang sedang ujian itu seketika berhenti dan menatap intens anak murid yang paling dia benci. Bukan benci dengan diri Arsya melainkan ibu Darma paling tidak suka dengan siswa yang datang terlambat apalagi hari ini, kan, sedang diadakannya ujian. Bisa-bisanya masih ada saja yang telat datang. Apa siswa di sekolahan ini tidak tahu apa jikalau ibu Darma ini lebih suka menjunjung tinggi nilai kedisiplinan.
"Siapa nama kamu? Kamu dari kelas berapa?" tanyanya sambil berjalan dan berhenti di depan mejanya dengan melipat kedua
tangannya di depan perut buncitnya."Saya... Arsya Arabella, dari kelas 10 Mipa 1," jawabnya pelan.
"Kamu dari mana aja?" tanyanya lagi.
"Anu---saya tadi kesiangan--"
"Alasan. Sudah cari tempat duduk kamu sana," selanya sambil mengambil kertas ujian dan memberikannya pada Arsya tanpa melepas pandangannya. Masih berbaik hati itu guru, kalau nggak... Udah habis Arsya sama dia.
Arsya mengangguk kecil dan berjalan menunduk mencari tempatnya. Tapi masalahnya sekarang dia tidak tau dimana mejanya terlebih dia merasa risih dengan tatapan kakak kelasnya yang meliriknya terus menerus. Ketika dia mengeluarkan kartu ujiannya dan melihat nomornya, dia pun menyusuri barisan pojok dekat dan langkahnya berhenti di meja paling belakang ketika matanya mendapati nomor ujian miliknya."164," katanya menyebut nomor ujiannya sambil menyunggingakan senyumannya karena sudah menemukan tempat duduknya dan saat ia mendongak. Dengan lebaynya mulutnya terbuka, matanya terbuka lebar juga ketika melihat Askhal itu sedang fokus menatapi ujian soalnya.
"Anjir, ganteng banget," ucapnya keceplosan. Gede lagi suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askhal & Arsya [COMPLETED]
Short StoryJumat, 8 desember 2017 rank #3 Berawal dari hari senin yang diadakannya ulangan semester. Askhal harus menerima gangguan dari adik kelasnya yang untuk pertama kalinya duduk bersamanya saat ulangan berlangsung. Arsya yang cerewet, tidak mau diam, ber...