Helm

6 0 0
                                    

[Creepypasta - Helm]
-by Lchain-

Sudah dua hari ini aku lembur bekerja, berangkat pagi buta dan selesai jam dua. Gila memang, tapi ini resiko yang harus kuambil saat mengajukan diri tetap bekerja sementara karyawan-karyawan lain memilih mudik untuk lebaran. Hanya aku sendirian di kantor ini.

Lebaran, ya? Ah ... aku jadi kangen mama.

Tumpukan pekerjaan di mejaku sudah tak bersisa, akhirnya selesai juga, dan waktu masih menunjukan dua belas empat lima. Wah, lumayan cepat juga pekerjaanku selesai hari ini.

Segera saja aku membereskan peralatan, mematikan laptopku dan menaruhnya ke dalam tas. Tak lupa juga memakai jaket yang lumayan tebal. Udara menjadi dingin saat akan memasuki bulan Juli, terlebih ini dini hari. Aku tak mau jatuh sakit nantinya.

Kupercepat langkah kaki melewati lorong yang sunyi. Hanya tinggal aku di sini, yang lain sudah pergi, bahkan security pun tak kujumpai. Aku merasa bulu kudukku sedikit meremang, otakku mulai membayangkan hal yang tidak-tidak, dan pikiran itu segera kutepis jauh-jauh. Di bulan yang penuh berkah ini para setan dibelenggu kan?

Iya kan?

Akhirnya aku sampai di basement, motorku satu-satunya yang ada di sana. Terletak persis di tengah-tengah tempat parkir.

Aneh, bukankah aku menaruhnya di pinggiran tadi?

Ah, mungkin petugas parkir sengaja menaruhnya di tengah agar lebih terlihat olehku?

Aku membiarkan saja pertanyaan itu menggantung di benakku, tak terlalu memikirkannya. Namun saat sampai di samping motorku aku menemukan keanehan yang lain, ada sebuah helm, diletakkan begitu saja di jok belakangku.

Itu jelas bukan helm milikku. Sejak kejadian tempo lalu, aku selalu menaruh helmku di dalam bagasi motor. Aku pernah meletakkan helm di spion, sudah menjadi kebiasaanku, dan saat aku akan memakainya kembali, helm milikku telah dijadikan sarang oleh lebah-lebah madu yang sangat agresif!

Seluruh tubuhku merinding saat kembali membayangkannya.

Jika dilihat-lihat lagi helm ini terlihat familiar. Mungkinkah milik salah satu pegawai kantor di sini yang tertinggal? Tapi kenapa ia tak mengambilnya?

Apa tadi aku meminjam helm teman kosku dan memakainya karena helmku hilang?

Ah, tidak! Aku masih ingat dengan jelas bahwa aku tadi memakai helmku sendiri.

Aku masih terus berpikir sambil menatap helm di jok motorku. Helm berwarna hitam pekat dengan sedikit warna merah artistik di bagian bawahnya. Merknya pun cukup terkenal. Apa sebaiknya aku bawa pulang saja? Lumayan kan jika dijual bisa menambah uang di dompet untuk mudik lebaran?

Tanpa sadar aku tersenyum, tanganku meraih helm itu, terasa sedikit berat. Helm mahal! Aku hendak mengamatinya lebih lanjut saat lampu yang menyala tiba-tiba berkedip beberapa kali sebelum akhirnya mati total.

Gelap gulita tak ada cahaya.

Aku meneguk ludah. Sialnya ponselku juga mati. Aku lupa menchargenya tadi. Aku juga bukan perokok, jadi aku tidak membawa korek api.

Suara langkah terdengar tak beberapa kemudian. Pelan, dan terdengar agak di seret. Aku sedikit lega karena aku bukanlah satu-satunya orang yang berada di sini. Aku menunggu agar orang itu mendekatiku, atau setidaknya saat ia menyorotkan senternya-

Seketika aku terkesiap. Panik. Aku menjatuhkan helm di tanganku dengan bunyi buk yang lumayan keras. Aku tak perduli lagi dengan helm itu, dan sibuk mencari-cari kunci dalam tasku. Ayolah ... ayolah ...

Ah! Aku menemukannya!

Tanganku gemetar, meraba-raba bagian depan motorku, berusaha mencari lubang kunci di sana.

Ketem- Ah!

Kunci itu jatuh dari tanganku, menimbulkan bunyi berisik nyaring saat menyentuh lantai. Aku segera berjongkok dan meraba-raba lantai dengan gugup. Suara langkah itu semakin dekat dan berhenti tak jauh dari tempatku berada.

Aku merasa sangat ketakutan sampai-sampai aku merasa bisa kencing di celana sekarang.

Dan untungnya lampu menyala.

Tak kutemukan kunci motor di sekitarku. Aku melihat seorang pria di depanku, mengenakan setelan kasual, berjongkok memunggungiku, mengambil sesuatu, lalu memakainya di kepala.

Ah helmnya.

"Toni?" Sapaku saat melihat wajahnya tepat menatapku. Pantas saja aku merasa pernah melihat helm itu. Ternyata milik Toni, teman satu divisiku.

Ia menatap lurus ke arahku, tersenyum. Kemudian berdiri dan berjalan menghampiriku tanpa mengalihkan tatapan atau wajahnya.

"Lembur lagi?" tanyanya.

"Iya, ini udah mau pulang."

"Maaf ya jadi ngerepotin elo karena gue mudik kemarin."

"Santai aja lagi. Lumayan dapet duit tambahan. Hahaha."

Toni ikut tertawa, ia kemudian menyerahkan kunci motorku. Wah baik banget nih anak mau ambilin.

"Thank you bro, gue kira lo siapa tadi. Gue udah ketakutan setengah mati. Hahaha. Balik dulu ya!"

"Yoi, hati-hati di jalan, jangan ngebut-ngebut pulangnya!" Toni memperingatkan.

Aku membalas salamnya dan segera berlalu dari sana. Toni ... Toni ... kukira siapa.









Hayoooo~ ada yang bisa menemukan 5 keanehannya? 😆

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Creepypasta: Teror Rasa TakutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang