Part 2

34 5 9
                                    

Pagi buta, derlyn beranjak bangun dari tidurnya. Gadis keturunan inggris itu pun kini sedang menyiapkan segala alat perlengkapan sekolah dan seragamnya.

Liburan telah usai, tak ada lagi kata malas malasan dan bangun kesiangan.

Mandi pagi adalah hal yang paling membosankan menurutnya, dan saat saat sarapan adalah bagai penjara baginya.

Setelah siap, ia berlari menuruni tangga menuju ke meja makan.
Sesosok laki-laki yang hampir tua terlihat sedang menyuapkan sesendok nasi kepada gadis berambut pirang yang tak lain adalah adik nya sendiri.

Ia pun memperlambat langkah menuju kearah mereka. Diperhatikan nya ada tetesan bening mengalir dari mata papa. Sedangkan adik nya masih menikmati sarapan yang mungkin rasanya lezat.

Tak ingin mengambil resiko, derlyn pun hanya meminum segelas susu yang sudah disiapkan bik sum diatas meja, lengkap dengan sepotong roti yang telah diolesi selai kacang yang kini sudah berada di genggaman.

Karena takut atas kejadian kemarin derlyn beranjak pergi dan berniat untuk naik taxi atau angkot yang bisa mengantar kan nya untuk pergi kesekolah. Ia fikir itu adalah jalan terbaik daripada meminta papa untuk mengantar nya dengan keadaan di dalam mobil yang disepanjang jalan sangat hening tanpa suara. Bahkan derlyn yang hanya memikirkan nya pun muak, bagaimana jika ia menjalankan nya? Serasa PENJARA!

Belum sempat ia melangkah menjauh, namun seketika langkah nya berhenti, tangan nya kini di cekam erat oleh sang papa. Membuat ia meringis kesakitan.

"Mau kemana kamu?! Oh... Iya... Mau berangkat sekolah tanpa rasa bersalah meninggalkan Sherin sendirian di rumah?!" sindir papa

Jujur saja aku gugup dan bingung untuk menjawab apa.

"Pa, ini hari pertama sekolah diajaran baru, aku mau ketemu sama temen-temen pa, aku bosan dirumah yang selalu dihiasi keheningan! Bahkan bagiku lebih baik aku tinggal di gubuk kecil yang penuh kebahagiaan daripada istana yang penuh kesengsaraan! "

"Jaga omongan kamu derlyn! Kamu sendiri yang membuat kesengsaraan dirumah ini! Kamu lihat adikmu Sherin, sangat disayangkan jika ia tak bisa menikmati indahnya hidup! Otak nya yang begitu cerdas tak terpakai karena kamu yang membuatnya seperti itu! Bisakah kamu bertanggung jawab, donorkan matamu untuk sherin, karena sherin lebih baik dari segi segalanya dibanding kamu!" hardik papa

Aku tak menghiraukan papa, aku hanya melanjutkan langkah ku untuk menjauh! Berlari, menahan dada yang begitu sesak menahan tangis. Aku berusaha untuk tidak terlihat lemah! Namun itu bagai percuma, bahkan kata-kata "Sherin lebih baik dari segi segalanya dibanding kamu" begitu menyayat hati. Namun kata mama aku adalah sesosok gadis yang kuat, aku harus kuat!. Hanya kata-kata itu yang membuat ku semangat untuk menjalani hidup.

Tanpa melihat waktu sedari tadi, ternyata kini arloji nya telah menunjukan pukul 07.30 dan itu adalah jam upacara dimulai! Matanya langsung cekatan mencari arah datang mobil yang menuju kearah sekolahan dan tanpa menunggu lama ia sudah berada didalam mobil.

07.35

07.47

Ia segera berlari menuju sekolah yang kini gerbang nya tengah tertutup, dan masih dapat dilihat dari gerbang kini sedang pengibaran sang saka bendera merah putih.

"Gawat bisa dapat hukuman kalo kayak gini"batin ku dalam hati

Aku pun bergerak cepat menemui seorang satpam, memohon kepadanya agar mengizinkan aku masuk dan membukakan pintu gerbang tersebut. Setelah di minta penjelasan yang ku jawab dengan akurat, tepat, dan cepat  bagai hanya satu tarikan napas. Akhir nya pintu gerbang pun di buka kan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pair of EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang