Satu

191 33 27
                                    

Jogja, 22 September 2003

Seorang anak kecil dengan rambut hitam panjang berjalan menyusuri taman kota seorang diri, dengan es krim ditangan kanannya dan harum manis ditangan kirinya membuatnya tampak seperti anak kecil yang hilang, dengan lugu ia duduk diayunan tanpa memikirkan baju dan tangannya yang kotor kerena lelehan es krim. Gadis itu bernama Ashilla Bilqis Widjaja. Teman-temanya biasa memanggillnya Ashilla atau Shilla, sedangkan orang tuanya memanggil ia Bilqis atau Qiqis. Dia lebih senang dipanggil Qiqis, karena menurut dia nama Shilla sudah banyak dipakai orang, walaupun terdengar aneh, nama Qiqis menurutnya lebih keren dan antimainstrem jika dibandingkan dengan nama Shilla. Qiqis adalah buah hati dari pasangan Arumi Nasha Fauziah dan Bagas Cahya Widjaja, yang bekerja disalah satu perusahaan ternama di Jogja. Qiqis berumur 5 tahun, ia bersekolah di TK Ngestirini. Qiqis sangat senang sekolah, kerena disekolah ia bisa bertemu dengan teman-temannya.

"Qiqis sayang, ayo bangun nak katanya mau sekolah, bangun yuk nanti ketinggalan bis sekolahnya loh." Seperti biasa, ibunya selalu membangunkan Qiqis setiap paginya. Bagi Qiqis, ibunya adalah alarm otomatisnya setiap pagi.

"Hmmmm... Iya bu, Qiqis udah bangun ini." Dengan mata masih setengah terbuka ia berjalan ke kamar mandi.

"Selesai mandi langsung sarapan ya," Kata Ibu. "Sebentar lagi jemputan kamu datang."

Dengan tas gendong berwarna biru bergambar Barbie dan seragam biru putih Qiqis sudah siap untuk menuntut ilmu. Dengan sabar ia menunggu bis sekolah yang biasa menjemputnya di depan rumah. Setelah 5 menit ia menunggu, akhirnya bis sekolahnya datang, dengan semangat ia memasukki bis berwarna kuning itu.

"Selamat pagi Qiqis," Sapa Pak Asep—sopir bis sekolah TK Ngestirini. "Semangat sekali kamu Qis."

"Pagi Pak Asep," Balas Qiqis. "Qiqis kan selalu semangat pak." Pak Asep hanya tertawa melihat tingkah Qiqis. Dengan santai ia duduk disebelah Alma—sahabat Qiqis dari komplek sebelah.

Selama diperjalanan menuju sekolah Qiqis dan teman-temannya menyanyikan lagu anak-anak yang mereka hafal.

Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Naik - naik, ke puncak gunung
tinggi - tinggi sekali
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara
Kiri - kanan kulihat saja
banyak pohon cemara

Selama 15 menit bis sekolah itu dipenuhi dengan nyanyian dari anak-anak. Ini adalah salah satu

alasan Qiqis suka pergi ke sekolah. Qiqis merupakan anak yang pintar dan mempunyai banyak teman. Ia memiliki 5 teman yang selalu setia bermain bersamanya dikala suka maupun duka, mereka adalah Alma Shafira, Nanda Putri Rafailah, Nadhifa Zahra dan Alvin Praditya Putra. Alvin adalah satu-satunya laki-laki diantara mereka, dia seperti malaikat pelindung bagi Qiqis dan 3 teman perempuannya. Pernah dulu saat tamasya ke Kebun Binatang, Alma lepas dari robongan, ia hanya bisa jongkong di bawah pohon sambil menangis. Kalian tau siapa yang paling khawatir? Ya benar, Alvin yang paling khawatir dia mencari Alma sampai seluruh sudut Kebun Binatang. Bayangkan saja, anak kecil seperti Alvin berjalan sendirian menyusuri setiap sudut Kebun Binatang, jika ia dimakan Harimau bagaimana? Tetapi karena perjuangan Alvin yang sangat berani, akhirnya ia berhasil menemukan Alma. Dengan sigap ia memuluk dan menenangkan Alma yang ketakutan. "Ssssttt udah ah jangan nangis," Kata Alvin sambil mengelus pundak Alma. "Kan sekarang udah ada aku, jadi kamu nggak sendirian lagi." Alvin berusaha menghibur Alma. Dengan hati-hati Alvin membantu Alma berdiri dan menggajaknya untuk bergabung dengan romobongan.

Setibanya di sekolah, semua anak-anak turun dari bis kemudian berbaris di depan kelas untuk masuk kelas dan bersalaman dengan Ibu Guru. Qiqis berada dibarisan nomor 2 dari belakang, karena badannya yang kecil dan pendek ia mendapat tempat dibelakang. Qiqis berjalan mengikuti teman-temannya masuk ke kelas dan bersalaman dengan Bu Guru.

"Selamat Pagi anak-anak," Ucap Bu Intan dengan ramah. "Ayo masuknya satu-satu ya, jangan berebut."

"Selamat Pagi Bu Guru," Balas anak-anak dengan kompak.

"Duduk yang rapi ya," Kata Bu Intan. Bu Intan dengan telaten menggatur mereka.

Selama disekolah Qiqis senang sekali, Ia menghabiskan waktu istirahat dengan bermain perosotan dan ayunan bersama dengan teman-temannya. Qiqis pernah ditanya oleh gurunya, jika ia sudah besar ia ingin jadi apa, dengan mantap Qiqis menjawad "Qiqis ingin menjadi penulis bu," Ucapnya. "Terus nanti sekolah di luar negeri, jadi nanti temen Qiqis ada banyak, ada yang di Jogja, di luar negeri, pokoknya banyak deh di seluruh dunia." Bu Intan hanya tersenyum dan mengamini ucapan Qiqis.

Jingga di Sudut KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang