"So, say what's on your mind now. Before it's too late"
...
"Kalau kamu berkata padaku bahwa kamu tidak apa apa, aku akan bertindak dan memperlakukanmu seolah semuanya baik baik saja dan tidak ada yang salah denganmu. Jangan sekalipun kamu memprotesku, atau kamu mengeluh karena aku tidak memperlakukanmu seperti yang kamu inginkan.
Dan sekarang kamu menangis, kamu mengeluh ini dan itu. Kamu menganggap aku tidak menghiraukanmu, kamu menganggap aku tidak peduli.
Aku tahu kamu sedang bermasalah, tapi karena semua yang kamu bilang hanya 'Tidak apa apa' , aku menganggap kamu cukup kuat untuk menghadapi masalahmu sendiri. Bukannya tidak peduli.
Katakan saja, semuanya. Apa yang ada di pikiranmu, apa yang kamu mau, apa yang kamu rasakan, apa yang kamu harapkan dariku. Katakan saja, aku tak memahami kode kode mu!"
...
Aku masih mengingat dengan sangat jelas kata kata Toru saat kami bertengkar minggu lalu. Kuakui, Toru jarang sekali berkata sepanjang itu. Dia orang yang sangat dingin dan hemat dalam berkata kata.Aku tahu sejak awal, bahwa hal semacam ini akan terjadi.
"Tidak semudah itu untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiranku, bodoh!" Aku meluapkan kekesalanku pada foto Toru di handphone ku.
Aku hanya tak mau pikirannya terbebani oleh ku! Kurasa pikirannya sudah cukup penuh oleh kesibukan tur keliling Jepang nya. Jadi kupilih untuk diam dan berkata bahwa aku tidak apa apa.
Aku menghempaskan badanku ke tempat tidur, dan membenamkan wajahku ke bantal. Tanpa kusadari, air mataku terus mengalir, tak terkendali. Entah sudah berapa kali aku menangis minggu ini.
Sebanyak apapun aku menangis, takkan pernah membuat keadaan membaik. Toru juga takkan mengerti, dia berhenti menghubungiku sejak hari itu. Entahlah, aku tak tahu siapa lagi yang bersalah. Aku atau Toru. Kuyakin dia tak peduli, mungkin kami akan segera berakhir.
Hari demi hari, kami semakin "menjauh"
...
Seminggu setelah pertengkaranku dengan Yuuka, aku memutuskan untuk diam. Aku tak mendatanginya, menghubunginya, atau bahkan mengirim pesan sama sekali. Percuma, semua yang kulakukan akan tetap salah di mata Yuuka. Aku tak tahu lagi, aku tak peduli.Handphone-ku seolah kehilangan fungsinya―tak berguna― tidak ada satupun notifikasi.
Aku sudah jarang sekali memakainya satu minggu ini. Aku selalu bersama dengan member member ku, jadi sangat jarang bagiku untuk menghubungi mereka menggunakan handphone.Satu satunya yang pernah membuat handphone ku berfungsi adalah, Yuuka. Chat, telepon, atau notifikasi lain yang tiada habisnya dari Yuuka.
Kurasa, kali ini aku bisa melihat bagaimana aku dan Yuuka akan segera berakhir. Aku menghela nafas panjang. Ah aku berpikir terlalu jauh.
"Hey, aku mau keluar mencari udara segar sebentar" pamitku pada Taka, Tomo dan Ryota.
"Apakah AC disini tak cukup segar untukmu?" ujar Taka.
Aku tak menghiraukan candaannya dan langsung melenggang keluar dari studio. Meninggalkan Taka, Tomo dan Ryota yang bertanya tanya apa yang terjadi denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Random One-shots
FanficKumpulan One-shot random. Saya membuka request! Tapi saya post kalo saya ada waktu senggang ya. Happy reading (*˘︶˘*)゙✧*。