Masih dengan rasa panik pemuda itu menggendong dan membawa tubuh Carra yang tergulai tak sadarkan diri ke dalam mobilnya, disandarkannya Carra pada jok mobil, berbagai cara ia lakukan untuk menyadarkan Carra, kali ini ia berhasil membuat Carra siuman.
"Hey..". Pemuda itu menepuk-nepukan tangannya ke pipi Carra.
"Aww..". Carra bergeming.
"Akhirnya lo sadar juga, lo pasti kesakitan bangetkan? Atau tulang lo ada yang patah?".
"Gue gak papah, gue BAIK-BAIK aja".
"Jadi baik-baik aja?".
"Kebanyakan nanya banget sih loh!".
Pemuda itu hanya tersenyum, kali ini ia mencoba memberikan wadah kotak obat itu ke tangan Carra.
"Lo tadi lari-larian, terus nabrak mobil gue, lo lagi dikejar massa yah?".
Carra terdiam, dia sulit mengungkapkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan tadi. Pertanyaan yang sebenarnya mudah dijawab olehnya, namun jawaban itu membuatnya semakin benar-benar membenci dirinya meski ia merasa semuanya baik-baik saja.
"Lo.. copet sekitaran sini?".
"Bukan urusan loh". Jawab Carra sambil mengobati lukanya, ia tampak kesulitan saat akan memperban lukanya, karena tangannya yang lecet.
"Sini gue bantuin".
"Gak usah di_ aduhh!! Sakit tau! Lo bisa ngobatin yang bener ga sih?". Protes Carra disusul dengan tertawanya pemuda itu, cowok menyebalkan itu mentertawakannya.
"Sorry sorry, gue gak ahli ngobatin kaya ginian".
"Terus kalau lo ngerasa gak ahli ngapain lo mau bantuin gue?". Tungkas Carra sambil memberikan kotak obat itu lagi. "Gue mau pulang dan makasih karena lo udah nolongin gue".
Pemuda itu hanya menatap tubuh Carra yang kini keluar dari mobilnya, melihat perlahan Carra berjalan tertatih-tatih karena tragedi terjatuh tadi. "Gara-gara lo sekolah gue jadi kesiangan". Ucap pemuda itu disusul dengan senyuman sinisnya.
Sekejap kalimat itu membuat mata Carra langsung refleks tertuju untuk melihat dia yang kini pergi perlahan dan telah menutup kaca mobilnya. Benar-benar menyebalkan. "Omggg..!".
--
"Leon Darian".
Suara guru menggema dikelas kala absen daftar hadir siswa disebutkan satu persatu.
Saat nama itu disebutkan hanya hening yang menjawab."Kemana Leon?".
"Dia mungkin bolos bu". Seru Kenzie menjawab.
"Baiklah, kali ini sampai disini dulu materi kita, kita lanjutkan minggu depan".
(Di absen setelah jam pelajaran selesai)
"Baik bu..!". Seru para murid satu kelas.
Teeeettt.....
Suara bel pertanda jam pelajaran terakhir sudah selesai. Saat itu Kenzie langsung bergegas menuju ke palkiran dengan sibuknya sambil memainkan ponselnya, mencoba untuk menelpon Leon, berharap ia menjawab telpon darinya, ia ingin tau mengapa hari ini dia tidak masuk sekolah.Drrrtt... drrrttt...
Getaran ponsel berhasil mengalihkan pandangan fokus menyetirnya, dilihatnya layar ponsel 'Kenzie' nama itu tertera muncul, bahkan sudah ada 6 panggilan tak terjawab darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOGETHER
Teen FictionIt's so sad.. Tentang diri gue yang sebenarnya entah siapa.. Hidup gue dibuang.. Hancur.. Dan kamu yang datang dan masuk dalam kehidupanku, sejak saat itu hidupku seperti berubah.. And please don't leave me - Carra . . Berawal dari kisah tentang dua...