Halo teman-teman, aku update part lama ini. Kalau kalian mau baca ulang silakan, karena ada beberapa bagian yang kurevisi jadi lebih manis dan romantis.
Untuk yang baru baca, terima kasih sudah menyempatkan diri untuk melihat karyaku.
*********
Emma menghela napas saat sekali lagi sang majikan membiarkan makanannya tak tersentuh. Ada rasa perih di hati Emma melihat makanan sehat itu diabaikan, padahal di tempatnya berasal, makanan seperti ini sulit sekali didapat.
"Nyonya tidak mau makan lagi?" Bernadette, kepala pelayan, bertanya kepadanya. Wanita bertubuh besar dengan kulit berwarna gelap berkilat itu sedang merapikan pakaian majikannya yang baru dikeluarkan dari pengering.
"Tidak. Padahal sudah seharian beliau tidak makan." Emma menjawab. Dia meletakkan baki makanan itu di atas meja.
"Suaminya memang keterlaluan. Tidak seharusnya dia berselingkuh setelah semua yang dikorbankan Nyonya Errin," Bernadette berkomentar.
Emma hanya tersenyum tipis. Dia tidak suka berkomentar tentang hidup orang lain, jadi dia tidak menjawab. Dia malah meraih baskom berisi kentang dan mulai mengupasnya. Bernadette menatapnya dan tersenyum lebar.
"Kau memang benar-benar pendiam, ya? Aku jarang mendengarmu bicara," katanya.
Emma hanya tersenyum. Saat itu terdengar suara langkah kaki memasuki ruang dapur, dan sosok seorang pria tampan dengan tubuh jangkung dan wajah muram, muncul di situ. Emma langsung berdiri lalu mengangguk memberi hormat. Mengikuti Bernadette yang sudah lebih dulu melakukannya.
"Adikku masih belum mau makan?" Pria itu, Bryan McConnell, majikan mereka, bertanya dengan suara dingin.
Emma mengangguk. "Belum, Tuan," jawabnya.
Bryan menghela napas. "Bernadette, coba kau yang membujuknya. Mungkin Emma tidak cukup berusaha, mengingat dia sangat tidak suka bicara," katanya dingin. Lalu dengan ekspresi keras, dia melangkah meninggalkan tempat itu.
Bernadette menatap Emma dengan iba. Entah ada apa dengan Mr. McConnell, hingga bersikap begitu dingin dan tidak adil pada gadis pendiam itu. Padahal kehadiran Emma di rumah ini, juga karena Nyonya Errin menyukainya, dan daripada meninggalkannya di rumah, Errin lebih suka membawanya ke rumah kakaknya ini. Bagi Errin, Emma lebih dari pelayan. Dia adalah sahabatnya.
"Jangan diambil hati, ya, sikapnya Tuan McConnell. Dia memang selalu dingin pada siapa pun, kecuali pada adiknya," Bernadette menghibur.
Lagi-lagi Emma hanya tersenyum kecil.
*********
Bryan menatap ke arah rimbunan pohon anggur yang sudah mulai sarat buahnya, lalu mengangkat telapak tangannya untuk merasakan suhu udara. Cuaca dingin dan cenderung membekukan akhir-akhir ini mulai sering menyerang wilayah ini. Membuat dedaunan membeku, dan buah yang masih muda, terhambat pertumbuhannya. Jika ini terus terjadi, Bryan khawatir panen akan gagal.Sambil memasukkan tangan ke saku mantelnya, Bryan melangkah menapaki jalan kecil di antara patok-patok tempat menggantungkan tanaman anggur. Dilihatnya beberapa pegawainya sedang menyiapkan titik-titik api untuk memanaskan udara agar mengurangi efek beku pada buah anggur muda, dan beberapa dari mereka yang melihatnya langsung mengangguk memberi hormat, yang dibalasnya dengan anggukan juga. Bryan jarang membalas sapaan orang, karena dia memang sangat pendiam. Itulah sebabnya karyawannya pun hampir tidak pernah bertegur sapa dengannya, kecuali jika dia yang mengajak mereka bicara lebih dulu. Biasanya tentang pekerjaan.
Bukan berarti Bryan adalah orang yang tidak peduli pada orang lain. Semua pegawai diberinya gaji yang layak dan tunjangan yang sesuai. Dia tidak pernah melewatkan informasi soal pegawai yang sakit, dan tidak pernah sekali pun dia menolak membayar untuk kesehatan mereka. Dibanding pemilik kebun anggur lain, Bryan adalah yang paling peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hidden Desires
RomanceHei gals... Di sini aku bawa kumpulan cerita seksi yang beda sama sekali dengan genre yang kupilih selama ini. Sama seperti orang lain, aku juga punya sisi berbeda. Sisi di mana seluruh hasrat terpendam begitu rindu untuk dicurahkan. Tapi karena kum...