Naruto lompat kecil untuk memetik buah persik matang yang ada diatas kepalanya. Pemuda itu mengibaskan kesembilan ekornya sambil tersenyum simpul, menandakan bahwa dirinya sekarang sedang gembira. Naruto membelah buah persik itu dengan tangannya. Dia kemudian mengangkat topeng rubah―yang menutupi wajahnya― hingga menunjukkan setengah dari wajahnya, lalu memakan buah persik yang dipegangnya.
"Nah, akhirnya aku menemukan pencurinya," suara baritone itu mengagetkan Naruto.
Naruto menoleh kebelakang. Seseorang bersayap hitam dengan pakaian Yamabushi dan topeng wajah pria tua merah berhidung panjang tengah berdiri disebuah dahan pohon besar dekat dari tempatnya berdiri. Sadar akan identitasnya yang mungkin akan diketahui oleh orang asing itu, Naruto kemudian kembali menurunkan topengnya menutupi wajahnya.
"Keluar dari hutanku, sekarang!" usir pemuda itu.
"Hutanmu?" Tanya Naruto, "Ini hutan milik bersama." Ujarnya kemudian.
"Kita sudah sepakat untuk membaginya," sahut pemuda itu, "dan kau sekarang sedang berada dikawasanku."
Naruto mendengus, "Memangnya apa peduliku?" sahutnya kemudian kembali memetik beberapa buah persik untuk membuat pemuda bersayap itu kesal. Dia sendiri bingung kenapa dia melakukannya. Seolah-olah ini semua sudah disusun sesuai skenario.
"Dasar rubah tidak tahu diri!" seru pemuda itu kemudian meluncur dari dahan pohon menuju ke arah Naruto.
"Shimatta!" seru Naruto kemudian buru-buru kabur dari kejaran pemuda itu.
Naruto bergerak lincah. Dia lompat dari dahan pohon ke dahan pohon yang lain dengan gesit bagaikan seorang ninja. Rubah jadi-jadian itu masuk ke hutan lebih dalam dimana dahan-dahan pohon yang berdempetan dapat mempersulit si sayap gagak dalam mengejarnya.
"Hahaha...tangkap aku kalau bisa, burung kecil," ejek Naruto sambil mengibaskan ekornya, membuat pemuda itu kesal.
Tanpa sadar, Naruto menggali kuburannya sendiri. Si sayap hitam itu melesat cepat, mematahkan dahan-dahan yang menghalanginya lalu menangkap tubuh Naruto. Dia membawa Naruto menerobos keluar dari hutan lalu melemparnya ke padang rumput hijau.
Dia kemudian menindih tubuh Naruto yang berbaring telentang di padang rumput. Menekan kedua bahu siluman rubah itu agar tidak bisa bergerak.
"Hei! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" seru Naruto saat pemuda itu hendak melepas topengnya.
"Tidak akan kulepaskan sebelum aku melihat siapa dibalik topeng rubah ini."
"Tidak! Tolong maafkan aku! Jangan topengnya! Jangan!" Naruto berusaha menyingkirkan tangan pemuda itu, tapi cengkraman pemuda itu terlalu kuat.
"Jangan!" seru Naruto terbangun dari tidurnya. "Eh? Hanya mimpi?" gumamnya.
Sambil mengusap mata, Naruto menatap sekitarnya ling-lung. Apartement kecil dengan ruang tamu, ruang makan dan tempat tidur yang menjadi satu. Yah, abaikan soal tempat tidur. Naruto selalu tidur didalam kotatsu selama musim dingin ini. Dapur yang masih bersih seperti biasa dan kamar mandi yang tidak berubah letaknya.
Naruto kemudian berdiri dihadapan sebuat cermin besar yang ada di sudut ruangan. Dia masih memakai pakaian yang sama dengan yang semalam. Kaos orange dan celana panjang berwarna hijau lumut.
Tapi mimpinya semalam terasa begitu nyata. Dia, dengan setelan Onmyouji dan kesembilan ekor rubahnya. Rasa buah persik yang sedikit masam. Bau hutan dan dahan-dahan besar serta orang asing bertopeng itu. Semuanya terasa sangat nyata. Seolah-olah Naruto baru saja dipindahkan ke suatu tempat yang sama sekali tidak dikenalnya saat dia tidur dengan pulas.
YOU ARE READING
Sweet Reunion
FanfictionKehidupan tidak ada yang abadi. Tapi cinta sejati, tidak akan pernah mati. Siapa sangka bahwa perpisahan ratusan tahun yang lalu dipertemukan kembali pada zaman yang modern ini. Zaman dimana manusia menganggap hal-hal mistis hanyalah sebatas dongeng...