"Assalamualaikum..." ucap laki-laki dengan rambut berwarna gelap di depan pagar rumah itu. Ia sungkan masuk untuk mengetuk pintu rumah walaupun jelas pagar tersebut tidak terkunci."ADA ORANG DI RUMAH!!" Teriaknya kali ini lebih keras, berharap ada seseorang yang bisa mendengar suaranya.
"Tunggu sebentar." Balasan pelan yang di terima olehnya dari dalam rumah. Tidak selang beberapa lama, akhirnya pintu rumah tersebut terbuka.
Seorang perempuan keluar dengan celana jeans high waist, kaos polos berwarna hitam, yang di padukan sendal jepit khas rumahan. Perempuan itu tersenyum seraya memanggil namanya.
"Alva!" Perempuan itu memanggil namanya dengan cukup kencang, seraya membuka pagar yang bahkan tidak tertutup dengans sempurna.
"Hei,"dengan sedikit canggung dia menyapa perempuan di depannya, Farah. Dengan sekejap perempuan itu tertawa lalu menarik tubuh Alva seraya memeluknya dengan erat.
Tubuh Alva menegang dan terbeku bingung saat menerima pelukan itu. Farah adalah perempuan pertama selain keluarga dan mantan pacarnya yang pernah memeluknya. Alva tidak membalas pelukan tersebut, lebih tepatnya bingung apakah ia harus membalasnya atau tidak. Akan tetapi, perdebatan pemikiran itu cepat berlalu dikarenakan Farah melepaskan pelukkannya.
Farah kembali tertawa saat melihat wajah alva yang membeku. Dasar perjaka, pikirnya sambil tertawa dalam hati. Farah lalu memberikan jalan untuk Alva masuk.
"Mana Aldo?" Tanya Alva setelah berhasil dari kecangungungan yang awalnya melanda.
Farah menutup pagar sembarangan lalu menjawab. "Dia akan datang telat, ada masalah di kantor," Jawab Farah.
Laki-laki itu memasuki rumah itu. Rumah milik Farah bukan rumah mewah ataupun keren seperti di internet. Nyatanya rumahnya sederhana dengan sofa di tengah yang menghadap ke telivisi dan di depannya terdapat meja yang di isi beberapa bungkus makanan ringan yang telah terbuka. Dalam sekilas saja Alva dapat menyimpulkan bahwa perempuan yang tinggal di sini berantakan, tetapi entah bagaimana bentuk kamarnya. "Lo tinggal sendiri?" Tanya Alva.
"Hmm..." guman Farah setuju lalu sedikit membereskan sofa agar dapat di duduki oleh Alva. "Keliatan banget yaa, berantakkan gini." Lanjut Farah.
"Gue duduk di luar aja, deh." Ujar Alva sambil melangkah keluar.
"Lho, kenapa? Jijik lo sama rumah gue?" Tanya Farah sambil menatap penuh permusuhan ke arah alva.
"Gakk..bukan gitu, gue gak enak kalo berduaan aja sama cewek di rumah." Jawab Alva dengan penuh ke canggungan, lalu alva mendengar tawaan keras.
Farah tidak bisa menahan tawanya, bagaimana jawaban yang menurutnya tolol itu bisa keluar dari bibir manis Alva. Bingung harus menjawab apa, Farah malah mengapungkan lengannya di leher Alva.
"Kenapa lo? Takut tiba-tiba khilaf?" Canda Farah.
Fuck, fuck, dan fuck. Wajah Farah terlihat begitu dekat dan begitu cantik. Fuck, bibir merah yang terlihat lembab dan manis. Fuck, Gue horny?
"Gak! Gue keluar yaa.." Tanggap Alva seraya lepasnya kalungan tangan Farah yang di ikuti suara tawa Farah yang renyah.
Dengan cepat Alva melangkah keluar rumah lalu duduk di teras rumah. Tidak ada kursi atau meja, hanya lantai biasa yang berhadapan langsung dengan taman kecil berisi tumbuhan hijau. Tiba-tiba saja ia merasa tepukkan pelan di bahunya yang membuatnya menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Not Falling In Love
Short Story"What? Godaan?" "Yes," "Permainan macam apa ini?" "Permainan dimana aku menggodamu, sementara kamu menggodaku lalu kita tunggu siapa yang jatuh cinta lebih dahulu." "Ini gila," "Jadi kamu takut?" "..." "Dasar pengecut-" "Shut up, if this is what y...