Namjoon menguap beberapa kali, fokusnya sudah tidak bisa ia atensikan pada dosen yang tengah mendemonstrasikan percobaan didepan kelas.
Tangannya beberapa kali menggoda untuk meletakkan dagunya disana. Tak sampai semenit Namjoon menyerah dan memutuskan untuk bertopang dagu saking lelahnya.
Irisnya sesekali melirik jam dinding yang terpasang apik didinding kelas. Mendengus, karena jarum jam tersebut masih menunjukkan pukul 9 pagi.
Ditengah acara menahan kantuk, pintu kelasnya tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok bersurai cokelat yang diajaknya menonton kemarin, tapi langsung ditolak pemuda itu mentah-mentah. "Maaf aku terlambat," Ucapnya, kemudian buru-buru mengambil duduk disalah satu kursi yang kosong.
Dosen yang tengah mengajar mengendikkan bahu cuek, karena pada dasarnya dosen tersebut masa bodoh dengan mahasiswa yang terlambat atau tidak datang dalam kelasnya.
Pemuda tersebut kemudian memperhatikan penjelasan dari dosen. Tak sampai sepuluh menit, pemuda bersurai cokelat kembali mengintrupsi. "Ssaem, ini kelas sejarah kan?" Tanyanya memastikan. Namjoon langsung terkekeh dimejanya, jangan bilang pemuda bersurai cokelat itu salah masuk kelas.
Sekali melihat apa yang dilakukan dosen didepan kelas pun tahu jika ini bukan kelas sejarah, tapi pemuda bersurai cokelat tersebut membutuhkan waktu lebih dari lima menit untuk menyadari jika ini bukan kelas sejarah.
Dosen didepan memandang pemuda itu sekilas, kemudian menghela nafas. "Ini kelas Fisika nak." Pemuda bersurai cokelat langsung menepuk dahi, menyambar tasnya sembarangan. Kemudian pemuda tersebut beranjak dari kursinya dan membungkuk meminta maaf. "Aku sepertinya salah masuk kelas, maafkan aku." Kemudian melenggang pergi, meninggalkan keheningan didalam kelas yang rata-rata speechless dengan kelakuan pemuda tersebut.
Apa-apaan.
Namjoon hampir tertawa keras melihat kepergian pemuda tadi, rasa kantuk yang dirasakanya tiba-tiba menghilang, tak berapa lama handphonenya bergetar menandakan adanya pesan masuk.
Aku ada urusan, lain kali saja ya kita pergi keluar.
Membuatnya mengusap wajah, ketika membaca balasan pesan dari pemuda yang dipanggilnya Jin kemarin. "Apa aku menyerah saja?"
.
.
.
BTS - Milik Bighit
.
Kim Namjoon x Kim Taehyung
.
.
.
Menutup laptop dimejanya, Namjoon menghela nafas. Menjadi staff administrator dikampusnya membuat kesibukannya semakin bertambah.
"Aku meminta waktu seminggu lagi ssaem." Telinganya menangkap suara dibelakangnya, Namjoon tidak menyadari jika masih ada orang di kantor administratif tersebut, kepalanya menoleh kebelakang, irisnya mendapati pemuda bersurai cokelat tengah memohon pada orang yang Namjoon kenal sebagai staff administrasi bagian pendaftaran.
"Dia lagi." Gumannya, karena lagi-lagi bertemu dengan pemuda bersurai cokelat. Staff didepan pemuda tersebut mengurut keningnya, kemudian menghela nafas. "Tiga hari lagi Taehyung-ah, jika dalam tiga hari tidak kau bayar, kau harus keluar dari kampus ini." Katanya, menimbulkan senyuman lebar pada wajah pemuda bersurai cokelat yang dipanggil Taehyung tersebut.
"Terima kasih." Pemuda tersebut tanpa aba-aba memeluk staff didepannya sebagai ucapan terima kasih lalu melenggang pergi.
Namjoon beranjak dari kursinya kemudian mendekati staff yang tadi berbicara dengan pemuda bersurai cokelat.
"Ssaem, ada yang ingin kubicarakan."
[...]
Namjoon menyodorkan kaki yang terbungkus sepatu untuk mengecek apakah hujan yang mengguyur bumi malam itu lebat atau tidak.
Helaan nafas meluncur dari bibirnya begitu hujan semakin lebat, kakinya mundur dua langkah untuk menghindari percikan hujan yang berbenturan dengan lantai.
Brak
Namjoon langsung mendengus ditempatnya, irisnya melihat punggung pemuda lain yang memakai jacket menutupi kepala. "Hati-hatilah." Peringatnya. Membuat pemuda yang menabraknya menoleh. Namjoon hampir berdecak karena bertemu kembali dengan pemuda bersurai cokelat.
Pemuda bersurai cokelat menyipitkan iris cokelatnya kemudian ganti mendengus, dan melengos pergi menerobos hujan lebat dengan tangan merapatkan jacket.
Namjoon yang melihatnya hanya menggeleng, tak habis pikir dengan jalan pikiran pemuda tersebut, melirik arlojinya. Irisnya melebar begitu jarum jam pendek menunjukkan pukul 9 malam.
Tak memperdulikan hujan yang masih lebat mengguyur, Namjoon menerobos hujan tersebut hingga menuju mobilnya.
Sampai didalam mobil Namjoon tertawa sendiri, karena mengikuti hal yang dilakukan pemuda bersurai cokelat sebelumnya.
Melepas dua kancing kemejanya, jemarinya mengambil tisu di dashboard mobil dan mengelap tubuhnya yang basah. Selesai mengelap tubuhnya yang setengah basah, Namjoon menghidupkan mesin mobilnya.
Sayang sekali, ketika lampu mobilnya menyala. Irisnya langsung melihat pemandangan tak mengenakkan pada mobil didepannya yang menampilkan Jin, orang yang disukainya tengah mendekatkan wajahnya pada perempuan didepannya.
Namjon membuang muka, pegangan pada kemudi mobil mengerat. Kemudian melajukan mobilnya tak sabaran.
Dari awal Jin memang hanya menganggapnya sebagai adik, tidak lebih. Seharusnya Namjoon tahu itu.
Dia menyerah.
.
Tbc