Tobio berbaring lelah di atas lantai ruang olahraga sekolahnya. Peluh membasahinya, membuat lantai di bawahnya sedikit lembab dan dingin. Botol-botol air mineral yang kini sudah tidak berisi apa-apa terserak di bawah net. Sama juga halnya dengan bola-bola voli yang berhamburan di segala penjuru ruang itu.
Latihan klub memang sudah berakhir dari tadi, mengingat mentari sudah sejak lama terlelap di peraduannya, meninggalkan emas senja dilahap jelaga malam. Rekan-rekan setimnya sudah lama pulang-mungkin sejak sejam yang lalu?-meninggalkan pemuda berhelaikan langit malam itu di sana sendirian.
'Ingin menyempurnakan toss,' alasannya. Padahal semua tahu kalau toss pemuda itu sudah sempurna tanpa perlu dilatih lagi. Namun semua diam, bahkan partner combo freak-nya yang biasanya berisik kini pergi meninggalkannya tanpa tanya. Ketua dan wakil ketua klub volinya bahkan tidak memaksa Tobio pulang, mengingat ujian semester akan tiba dalam hitungan minggu.
Mereka diam, pergi tanpa tanya dengan sorot mata penuh simpati. Sadar bahwa setter jenius mereka sedang butuh waktu sendiri-untuk menata perasaannya.
Tobio melompat duduk. Ingin rasanya dia berteriak sekeras mungkin, bahkan sampai pita suaranya rusak kalau bisa, untuk menyalurkan segala emosinya saat itu. Namun, tidak. Alih-alih berteriak, meraung dengan menyedihkan, Tobio yang napasnya masih tidak beraturan karena aktivitasnya menyalurkan emosi memilih diam. Pemuda itu mendesah lelah, memaksa kelopaknya menutup, mengistirahatkan sepasang iris seiras biru tengah malamnya.
Masih Tobio ingat konservasi partner dengan rambut oranye terangnya dengan pemuda kelas satu dengan bintik di muka saat mereka latihan pagi itu.
.
"Kau tahu, Kuroo-san sudah punya pacar, lho!" Shouyo berseru, sesekali menggesturkan tangannya dengan antusias.
"Kuroo-san dari Nekoma?" Tanya Tadashi menanggapi keantusiasan Shouyo-karena pemuda itu adalah teman yang baik. Shouyo mengangguk cepat. "Kuroo-san memang terlihat seperti tipe yang populer, kan? Tidak aneh kalau dia punya pacar."
"Memangnya kau tahu dari mana?" Kei yang sedari tadi diam di antara mereka bertanya, suaranya tidak terdengar senang. "Apapun itu, kenapa kau senang sekali mencampuri urusan orang lain?" Lanjut pemuda itu sebelum pemain dengan posisi yang sama dengannya itu sempat menjawab petanyaannya sebelumnya.
Kei menyandarkan punggungnya ke dinding di samping dua pemuda yang lebih pendek darinya dengan tangan dilipat di dada. Dia menatap iris cokelat Shouyo dengan malas, berusaha memberinya tanda untuk menghentikan konservasi tidak bermutu ini. Firasatnya mengatakan kalau hal yang merepotkan akan terjadi jika Shouyo tetap membuka mulutnya dan melanjutkan dialog tentang kapten klub voli Nekoma dan pacarnya.
Shouyo mengerucutkan bibirnya kesal, sama sekali tidak awas dengan tanda yang diberikan Kei agar dia menutup mulutnya. "Kenma yang cerita padaku! Lagipula, kalau kau tidak suka, ya, jangan dengar! Dasar Stingyshima!"
Tadashi tertawa kaku, berusaha mencarikan ketegangan di antara dua temannya itu. "Memangnya pacar Kuroo-san itu siapa, Hinata? Sampai kau seheboh ini."
Kei mendengus keras. Bola matanya mengelilingi ruangan. Pandangannya jatuh pada pemuda dengan mahkota gelap dan iris gelap dengan kilasan biru yang sedang menatap ke arah mereka bertiga dengan bola voli di tangan. Mulut Tobio sedikit terbuka, dan Kei menduga kalau Raja Lapangan itu akan memarahi Shouyo dan menyuruhnya untuk kembali melanjutkan latihan mereka-meski waktu istirahat belum berakhir.
Kei sudah siap menghabiskan waktu istirahat dengan menyaksikan pertengkaran dua idiot voli itu hingga Shouyo kembali membuka mulutnya. "Pacarnya itu Grand King!" pemuda itu berucap, cukup keras untuk ditangkap oleh telinga setter jenius mereka yang berdiri sejauh dua meter dari pemuda pendek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Haikyuu!! Fanfiction] Humour Me (TsukkiKage)
ФанфикKali itu, hanya satu kali itu, Tobio membiarkan Kei mencercanya semau hati. . . Haikyuu!! © Furudate Haruichi Humour Me © Kuroyuki Alice Cover is not mine.