"Kak apa-apaan sih. Bukain ah penutup matanya". Cecar Nara pada Daniel.
"Kamu lupa, pikun atau amnesia sih Na? Kan aku bilang aku mau ngasih kejutan sama kamu!" Ketus Daniel yang merasa kesal pada Nara.
"Yaelah gitu aja ngambek, yaudah cepet jalannya dong" Ujar Nara.
Daniel mempercepat jalannya sambil menuntun Nara. Mungkin karena terlalu cepat kaki Nara terkilir dan mengaduh kesakitan.
"Danielll.... Pelan-pelan bisa gak sih? Tuh kan kaki aku jadi terkilir gini, sakit tahu gak!" Cibir Nara sambil memonyongkan bibirnya. Daniel yang mendengar perkataan Nara, mengacak rambutnya frustasi.
"Lah kan kata kamu tadi cepet jalannya, udah cepet kok aku yang disalahkan sih Na? Ya sudah, jangan manyun-manyun gitu bibirnya ntar gue cium, mana yang sakit?"
"Ya inilah yang sakit, masa jidat yang sakit" Ketus Nara sambil menunjuk kakinya. Tanpa banyak bicara Daniel pun memangku Nara, layaknya seorang raja kepada permaisurinya. Nara yang mendapat perlakuan tersebut terkejut dan meronta-ronta ingin diturunkan.
"Diam napa sih Na.."
"Turunin gak, kaya anak kecil tau ih.."
"Lo tuh ya, gak bisa bedain mana romantis mana yang bukan.."
"Tapi aku malu diliatin banyak orang.."
"Sip, bego lo kumat. Disini sepi yaelah. Diem aja napa sih na." Setelah Daniel bicara seperti itu Nara terdiam. Langkah Daniel semakin cepat, hingga akhirnya mereka sampai disebuah tepian danau. Daniel menurunkan Nara.
"Udah nyampe ya kak.." Tanya Nara sambil perlahan membuka penutup matanya.
"Iya, ehhh biar aku yang buka." Jawab Daniel. Setelah Nara membuka penutup matanya, ia menatap lekat kedua mata hazel Daniel, yang membuat kecanggungan tersendiri bagi mereka.
"Ekhem.. Mana kejutannya kak?" Tanya Nara, yang sebenarnya hanya untuk mengatur detak jantungnya.
"Tuh dibelakang lo.." Ujar Daniel ketus, bagaimana ia tak kesal moment sweetnya jadi terhenti. (Oke ini alay-_)
Nara membalikan badannya, dan betapa terkejutnya ia melihat sebuah danau yang indah disertai warna jingga dikala senja. Nara pun berlari mendekat ke arah danau, kemudian terduduk untuk menikmati senja.
"Kak Daniel sini, kok diem aja sih.."
"Iya tunggu.." Daniel melangkah kan kakinya menyusul Nara. Keduanya terdiam, terhanyut pada pikirannya masing-masing.
"Nara.."
"Kak Daniel.."
Kata mereka berbarengan, keduanya tersenyum dan menunduk. Daniel menatap kekasihnya itu, dan menggenggam tangannya.
"Nara..."
"Iya kak?"
"Em.. Aku pengen ngomong sesuatu..."
"Ngomong aja kak.."
"Nara..... Gue sebenernya tuh mo ngomong.Emm.... Gue pengen boker anjayy..."
Nara yang mendengar itu langsung geram dan melepaskan genggaman tangan mereka. Bagaimana ia tidak kesal, ia pikir Daniel akan mengucapkan happy anivv lalu memberinya bunga seperti halnya cerita dalam novel novel yang pernah ia baca. Huft... Yang namanya Daniel, tidak akan pernah romantis-,-. Daniel pun tertawa terbahak-bahak melihat wajah kekasihnya yang kesal itu. Baginya, Nara akan semakin cantik ketika ia sedang marah. Daniel berhenti tertawa, ia melirik ke arah Nara yang sudah sangat kesal dibuatnya. Daniel meraih kedua tangan Nara, dan kembali digenggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bimbang
Teen FictionKatakan pada hati bahwa ia pernah bimbang.. Mencintai dua orang sekaligus itu mustahil.. Ini bukan cinta melainkan sebuah ego.. Tapi inilah adanya... katakan pada hati bahwa ia sempat lelah... Menyukai orang yang tak pernah peduli... Mengabaikan ora...