Chapter 1

3.5K 92 17
                                    



Hari ini cuaca lumayan cerah, tapi sayang aku tak bisa menghabiskan hari yang cerah ini dengan bersenang-senang. Hari ini adalah jadwalku untuk menemui Dokter Mir, berkenaan dengan kecelakaan yang terjadi padaku beberapa waktu yang lalu. Menyebalkan sekali harusnya aku bisa lebih berhati-hati dalam latihan di dirty track kemarin sehingga bisa menjalani sesi latihan di Sepang dan Piliph Island.

Akibat dari kecerobohanku itu, aku harus merelakan untuk absen dalam dua sesi latihan yang sangat penting untuk race musim ini. Dalam latihan itu sebenarnya kami harus menguji ban baru untuk race musim ini. Dari berita yang aku dapatkan Lorenzo, saingan terberatku tahun lalu kurang bagus di Sepang tapi dia dapat menutupnya dengan baik di Piliph Island.

Sedang Dani, rekan setimku memperoleh hasil yang baik dari dua sesi tersebut, begitu juga dengan Rossi. Dani berbaik hati membagi data-data hasil tes denganku, sebenarnya aku masih tak enak hati dengan Dani, bagaimanapun juga aku masih baru di tim ini. Tapi satu yang ku tau pasti, Dani seorang yang profesional, dia bisa memilah-milah antara urusan pribadi dan pekerjaan. Kedewasaan dan ketenangannya benar-benar aku kagumi, membuatku salut padanya.

"Marc, kau sudah siap?" tanya Alex mengejutkanku.

"Sudah."

"Ayo, kita berangkat sekarang jangan sampai Dr. Mir menunggu kita," sahut Padre sambil berlalu ke garasi untuk mengeluarkan mobil.

Ya hari ini aku mengunjungi dokter Mir, untuk memeriksa kaki kananku yang cedera ditemani oleh adikku dan ayahku. Dalam karir balapku selain orangtua, Alex adalah penyemangat terbesarku. Dia juga pembalap sepertiku hanya saja dia masih di kelas Moto3, aku berharap karirnya juga cemerlang dan bisa naik kelas ke Moto2.

Kami masih berkendara ke Rumah Sakit Universitario Quirón Dexeus dimana Dr. Xavier Mir yang menangani keadaanku praktek. Pasca kecelakaan, aku langsung dilarikan ke Rumah Sakit Universitario Quirón Dexeus. Dr. Xavier Mir yang menangani aku menyatakan bahwa tulang betis kaki kananku retak dan harus mendapat perawatan intensif. Aku segera mendapat penanganan medis dan untungnya tidak ada masalah dengan ligamenku.

Menurut Dr. Mir, cedera yang aku alami ini tidak membutuhkan operasi. Pasalnya, tidak ada kerusakan atau pergeseran pada ligamennya. Namun, aku harus beristirahat total setidaknya 3-4 pekan, menyebalkan! Aku mulai menjalani terapi magnetik, tidak boleh membawa beban terlalu berat setidaknya selama dua pekan. Itu berarti dipastikan akan absen di Sepang dan mungkin juga di Phillip Island, Australia fiuhh. Keputusan tim Repsol adalah final dan aku juga harus berpikir dewasa untuk lebih mengutamakan kesehatanku, agar dapat fit ketika race pertama di Qatar.

"Marc, mengapa kau diam saja," celetuk Alex kembali mengagetkanku, aku hanya tersenyum memandangnya.

"Marc, Padre yakin semua akan baik-baik saja. Percayakan pada Dr. Mir dan jangan lupa berdoa, kami pastikan akan selalu mendukungmu," sahut Padre sambil tersenyum bijak.

Senyum di wajahnya begitu menentramkan hatiku, entah bagaimana aku tanpa orang-orang terpenting dalam hidupku ini, Padre, Madre dan adikku Alex. Selama ini mereka pensupport nomor satu dalam karir balapku. Padre memang bukan seorang pembalap, beliau hanya suka nonton balapan. Tapi kedua putranya malah menjadi pembalap profesional, mungkin kami berdua, aku dan Alex adalah refleksi dari keinginan ayahku.

"Aku tak apa-apa, hanya aku malas saja ke rumah sakit," kilahku menenangkan mereka.

"Apa maksudmu?" tanya Alex kebingungan.

"Bukan apa-apa, hanya aku berpikir kalau saat-saat seperti ini harusnya kita sedang liburan sebelum musim race." Aku menerawang membuat Alex tertawa.

I Love You Mr. RiderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang