PROLOG

153 13 0
                                    

Alden mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya yang sobek. Kemeja putihnya kusut dan sangat kotor, wajahnya penuh dengan lebam serta rambutnya yang kini sudah tidak rapih lagi. Kacau, mungkin itulah yang menggambarkan keadaan Alden saat ini.

"Bangsat!" teriak Alden sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya yang sobek.

Mata hitam elang milik Alden menatap tajam kearah Kevin, mereka berdua memang sudah dikenal saling membenci sejak keduanya masih duduk dibangku sekolah menengah pertama. Kevin tersenyum sinis kearah Alden, tangannya memegangi perutnya yang terasa sakit akibat mandapat pukulan keras dari Alden.

"Anak gak jelas kek lo itu, gak pantes buat Athala" kata Kevin sambil tersenyum sinis melihat tatapan tajam Alden pada dirinya, "Nyokap sama Bokap lo aja ga mau hidup sama lo, gimana Athala?"

Habis. Habis sudah kesabaran Alden hingga ia harus mengeluarkan satu pukulan keras yang mendarat di pipi mulus Kevin. Bukannya merasa kesakitan, Kevin malah tertawa sambil memegangi pipinya yang lebam, "Ada yang salah dari omongang gue?, bukannya bener ya omongan gue?"

Alden memajukan tubuhnya, ia lalu meraih kerah kemeja Kevin dan mencengkramnya dengan sangat erat "Cukup. Lo udah banyak omong Vin, gue gak bakalan maafin lo"

Kevin terkekeh mendengarnya "Gue gak takut. Lo bukan Tuhan gue. Lo cuman seorang anak yang dibuang"

Alden sudah bersiap memukul wajah Kevin, jika saja suara seseorang yang sangat ia hormati tidak menghentikannya, "STOP!"

"Alden! Kevin!" teriak Pak Marno yang membuat tinju Alden terhenti diudara, Pak Marno berjalan mendekati Alden yang masih mengunci tubuh Kevin "Apa-apaan ini?! Berkelahi lagi?!, Kalian pikir kalian ini jagoan apa?!"

Alden mengangkat tubuhnya dan dengan cepat menyeka darah yang masih kekuar dari sudut bibirnya. Mata hitam elangnya menatap wajah marah Pak Marno, sementara Kevin ia harus bersusah payah agar mampu berdiri dengan kakinya sendiri.

"Obati luka-luka kalian, setelah itu temui saya di ruang Wakasek" kata Pak Marno dengan tegas yang hanya mendapatkan keheningan sebagai jawaban atas perintahnya.

Alden hendak melangkahkan kakinya ketika Kevin kembali berkata "Orang tua lo aja gak mau hidup sama lo, gimana sama Athala?. Emang bener kata orang, kalo anak yang orang tuanya berpisah memang ga bener"

Alden mengurungkan niatnya untuk berbalik dan memukul wajah Kevin yang kini sudah penuh dengan luka lebam. Alden memejamkan matanya, menarik nafas panjang sebelum terkekeh menanggapi ucapan Kevin yang membuatnya tersulut amarah "Hehehe, orangtua gue mungkin berpisah untuk alasan yang jelas. Seenggaknya orangtua gue gak pernah melakukan hal memalukan dengan mempunyai hubungan gelap"

Kevin mengepalkan tangannya dan hendak memukul Alden dari belakang, jika saja Alden tidak melanjutkan perkataannya "Lo temen gue sejak kecil, harusnya lo tau kalo apa yang kita lakukan hari ini tindakan seorang pecundang".

Kevin diam, sementara Alden mulai berjalan menjauh. Alden tahu apa yang baru saja ia katakan pastilah membuat hati Kevin terluka. Bagaimanapun mereka saat ini, Alden tetap menganggap bahwa persahabatan mereka tetaplah hidup.

Alden selalu percaya bahwa persahabatan mereka bakalan seperti dulu lagi. Karena di dunia ini tidak pernah ada yang namanya mantan sahabat.

More ThanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang