Chapter 02

43 4 0
                                    

Aku menelan ludah. Mataku membulat dan detak jantungku terasa memburu dengan cepat.

Sekarang aku sendirian di luar kelas, ingin rasa aku tidak masuk saja tapi aba-aba dari Della di dalam mengharuskan aku untuk masuk dan memberanikan diri.

Lagi-lagi aku menelan ludah, keringatku mulai bercucuran walaupun tidak deras.

Aku harus apa sekarang?
Masuk atau tidak?

Aku menyilangkan tangan ke Della, yang berarti tidak.

Ternyata, rasa malu aku lebih besar di banding keinginanku untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Dan akhirnya, aku hanya menunggu di luar menunggu orang-orang selesai rapat sembari memperhatikan murid-murid lain yang lalu lalang.

Aku menghela nafas, "Dan akhirnya aku tidak masuk ke dalam." lirihku.

Dasar pemalu! batinku lalu memukul kepala sendiri dengan ringan.

Aku sungguh bodoh tidak masuk tadi jadi sekarang aku tidak tahu sama sekali tentang apa yang akan di persiapkan nanti.

Tapi satu hal saja yang aku ingat, yaitu '2 Kenangan Indah.

Memangnya aku punya kenangan indah selama hidup, ya? Sepertinya tidak.

Aku terus merenung dan mencari-cari apa kenangan indah yang aku miliki dan bertanya-tanya apakah aku punya kenangan indah.

Aku menyilangkan kedua tanganku sembari otakku berpikir dengan keras tapi nihil. Aku tak menemukan apapun selain kenangan buruk.

Lantas, karena ingin tak mengingat lebih panjang lagi, aku menengadahkan kepalaku lalu menatap ke arah langit biru.

Burung-burung nampak bebas terbang di udara, awan-awan menari-nari dengan tenangnya dan langit biru yang setia menemani sang awan.

Ahh... terkadang aku berharap menjadi sang langit, yang tetap berani tanpa takut di cibir oleh yang lain. Terkadang juga aku ingin menjadi sang burung yang terbang dengan gagahnya tanpa takut terjatuh.

Aku menghela nafas panjang.

Tapi aku ditakdirkan menjadi manusia lemah, fisik dan mental. Semua lemah.

Hanya semangatku saja yang tinggi, itupun terkadang lemah juga karena pengaruh orang lain.

Sungguh makhluk lemah.

Aku terus menggerutu akan diriku yang lemah hingga tak sadar ada suara yang berdehem dari tadi.

"Ehem.." Tepatnya dari samping kiriku.

Aku menoleh refleks ke hadap kiri.

Della tersenyum, "Apa yang kau pikirkan dari tadi, huh?" Nampaknya ada senyum terpaksa yang ia perlihatkan.

Aku kembali menelan ludah dan mengalihkan pandangan ke arah lain, "Se-sejak kapan kau ada di sampingku?" Tanyaku gugup.

Dia terlihat sedang berpikir, sesekali mengernyitkan dahi.

"Sejak kau bilang 'Dan akhirnya aku tidak masuk ke dalam kelas'?" Ia tersenyum polos dan berhasil meniru diriku kembali-lagi.

Aku tertegun, sejak itukah? batinku.

Della kemudian bangkit dan melangkah ke sebelah kananku lalu bersandar di dinding yang dingin karena pengaruh cuaca.

"Sepertinya akan mendung." Della menunjuk ke arah langit.

Aku yang sedari tadi menatapnya langsung menoleh ke arah langit.

Tanpa sengaja aku bertatapan mata dengan orang-orang yang mencibirku tadi.

My Destroyer✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang