prolog

26 5 2
                                    

"AADEEK!!" Aku berteriak dari dalam kamarku.

"Anggi ada apa?" Abangku masuk kamarku dengan disusul bunda dibelakangnya.

"Dika bang, nyoret-nyoret buku Anggi" aku berkata dengan nada kesal sambil mataku melotot ke arah Dika, san mengambil bukuku yang sudah dicoret coret oleh Dika.

"Dika sayang jangan nakal gitu dong sama uni" bunda menasehati Dika supaya tidak nakal lagi denganku dan menggendong Dika dari meja belajarku pergi meninggalkan kamarku.

"Yaudah jangan kesel gitu geh nanti tambah jelek muka Uni" abangku berkata sambil mencubit pipiku.

"Hmm" aku berdehem.

"Yaudah nanti abang beliin es yaa" abangku membujukku untuk meninggalkan kekesalanku dan meninggalkan kamarku sambil menutup pintu kamarku.

Umurku sekarang 8 tahun atau lebih tepatnya aku duduk di kelas 2 SD. 6 tahun yang lalu adekku lahir setelah 2 hari dari ulang tahunku yang berumur 2 tahun, awalnya aku sangat senang mempunyai adek, aku berpikir bahwa bisa bermain dengannya tetapi dia selalu membuatku seperti singa yang kelaparan yaitu selalu marah dan selalu masang mata tajam kepada mangsanya.

"Anggi bangun, Pelangi Kusuma Frageta kalo kamu gak mau bangun, bunda tinggal kamu" seperti ada yang memanggilku dari luar mimpiku, dan ternyata benar bunda lah yang memanggilku.

"bunda... Anggi ngantuuk" aku duduk di atas kasurku masih dengan selimut di kakiku dan sambil mengucek-ngucek kedua mataku.

"kok kamar anggi jadi kosong gini?" Aku celingak-celinguk melihat sekeliling kamarku yang telah kosong melompong yang tersisa hanyalah tempat tidur yang sedang aku tiduri sekarang ini dan sudah tidak ada lagi foto-foto Idolku di penjuru dinding.

"Kita mau pindah kerumah oma" ibuku menutup jendela kamarku.

"Lah kok tiba-tiba bun, kenapa sangat cepat bun untuk kita pindah, aku kan masih mau main sama kaka Azil, apakah kita masih bisa kesini untuk main bun?" Aku terbangun dan segera mencuci mukaku dan memakai jaket yang telah disiapin bunda.

"Simpan dulu pertanyaanmu sekarang ayo kita turun ayah udah nunggu dibawah" bunda berkata sambil membawa selimut yang kupakai tidur tadi.

aku dan bunda keluar dari kamarku dan menemui ayah, Dika, dan abang di teras. keluargaku sore ini berpindah rumah kerumah nenek (ibu dari ibuku) karna nenekku terkena penyakit Artritis (radang sendi) dan tidak ada yang merawatnya sedangkan kakekku telah meninggal 9 tahun yang lalu, ibuku anak pertama dari 8 saudara dan hanya ibuku yang satu kota dengan nenekku jadi mau tidak mau harus mau untuk mengurus nenek dan tinggal di rumah nenek.

Saat aku dan bunda sampai di teras ternyata keluarga om Agus udah ada di depan rumah kami untuk mengucapkan salam perpisahan.

"Dadah om, tante, Agail, meteor, dan kak Azil, Anggi pergi ya" aku melambaikan tangan dari dalam mobilku untuk berpamitan dengan tetangga yang sangat dekat dan telah menjalin persaudaraan walau tak ada darah yang terjalin antara kami.

"Siapa Meteor?" ibuku bertanya kepadaku. Aku menunjuk kearah laki-laki yang disebelah kak Agail dan sontak mereka semua tersenyum dan tertawa kecuali dia yang memasang muka kesal.

______________________________________
Dari sini lah cerita meteor dan mutiara dimulai jangan lupa vote ya teman karna vote kalian sangatlah berharga untuk melanjutkan ceritanya and comment ya manteman. Salam A😉

21/12/17

Meteor Dan MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang