Suara ayam jantan berkokok untuk pertanda hari baru sudah dimulai, burung-burungpun sudah memulai bernanyi disekitar jendela kamarku, dan sinar sang surya sudah memulai menerobos sela-sela jendela kamarku, kutarik selimut dikakiku sampai menutupi mukaku. Disaat aku ingin memperpanjang mimpiku tiba-tiba,
"PELANGI BANGUN! emangnya kamu tidak sekolah? Cepetan turun bunda sibuk ini" bunda menarik selimutku dan membuka hordeng hamarku yang sekarang sinar matahari sudah memenuhi kamarku.
"Iya, 5 menit lagi bun" dan aku mencoba memulai mimpiku lagi disaat aku sudah di depan pintu mimpi, seketika aku teringat kalau hari ini ada prakter olahraga, aku melempar guling yang kupeluk dan segera meluncur ke dalam kamar mandi.
Kalau bukan aku sekarang duduk di kelas 3 SMP atau sering disebut kelas 9, aku tidak akan bangun sepagi ini untuk menuju ke stadion yang bertujuan melaksanakan ujian peraktek olahraga.
Sekitar setengah jam aku beres-beres, aku turun ke bawah menuju ke ruang makan, "Selamat pagi yah, bun" aku menyapa kedua manusia yang telah menciptakanku dibumi ini, ya sapa lagi kalau bukan orang tuaku."Kamu gak shalat subuh pelangi?" bunda bertanya dengan nada suara mengintogasiku. Keluargaku memang sangat disiplin dan keras ajarannya jadi jangan kira kalau aku adalah wanita lenjeh ataupun menel.
"Anggi lagi tidak shalat bun. yah pelangi hari ini mau ujian perktek olahraga di stadion guntaro" aku berkata sambil memasukan makanan didalam mulutku, dan suasana menjadi sepi.
"Kenapa baru ngomong, ini lah yang ayah gak suka yaitu dadakan" saat ayah mulai meninggikan suaranya, aku menarok sendok yang kupegang dan aku mulai menundukan kepala merasa bersalah.
"Sa...Saat Anggi mau ngomong tadi malam, ayah kelihatan sangat lelah jadi Anggi gak berani ngomong" dan seketika aku berfikir bahwa tidak mengikuti ujian praktek dari pada memperpanjang masalah di pagi yang cerah ini.
"Ayah nggak bisa nganter, karna oma cici kamu meninggal dunia jadi ayah akan ngelayat pagi ini, sedangkan abangmu mau berangkat sekolah dan Dika sama abangmu, bunda mau dinas, dan tidak mungkin kamu bawa mobilmu sendiri karna kamu belum ada SIM (*surat Izin mengemudi)" aku terdiam dan berfikir bahwa akan mengganti baju tidur kembali.
"Ya udah yah biarin dia sama Ibang aja" Adiku yang tengil berkata dan seketika kepalaku terangkat dan mataku melotot kearahnya, seharusnya kan dia tau kalau aku sama Ibang tidak pernah damai dari SD emang cari gara-gara aja ni si Dika, aku melihat kearah kakakku dan dia mencetikan jari tengahnya dengan jempolnya menandakan kalau dia setuju, aku memutarkan bolamataku aku kesal kenapa gak ada yang tau situasi aku.
"Oh iya, sabar ayah telfon om Bombom dulu" tidak lama kemudian ayah kembali ke meja makan.
"Yaudah sama Ibang aja kamu, sebentar lagi dia nyampe, yaudah sana pakai lagi sepatu kamu" aku menuruti kata-kata ayah.
mau gimana lagi dari pada gak ada nilai peraktek dan nilai olahragaku akan kecil di lapor nantinya. Baru berapa menit dari memakai sepatu, suara kelakson mobil Ibang terdengar dan saat ini pula moodku redup.
"Pergi ya yah bun, assalamualaikum" aku berpamitan dan mulai masuk ke mobil Ibang.
"waalaikumsalam hati-hati ya nak. Makasih ya Bom" ayahku berterimakasih dengan om bombom.
"Ya sama-sama yah" om Bombompun membalas terimkasih dari ayah.
setelah masuk kedalam mobil dan menjauh dari rumah aku hanya melihat keadaan diluar yang sangat ramai dari balik kaca mobil, sedangkan Ibang mana kutahu dia sedang ngapain aku tidak memperhatikannya dan ngapain juga memperhatikannya, sedangkan om Bombom ya you know lah dia sedang menyetir bukan sedang baca koran maupun catokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor Dan Mutiara
Novela JuvenilMeteor dan mutiara adalah benda yang tinggal dari tatasurya yang berbeda, mempunya sifat yang berbeda, dan masing masing dari kedua benda ini mempunyai keistimewaan yang berbeda. Dan seperti itulah julukan antara Mutiara dan si meteor. Siapasih si...