two

6 1 0
                                    

'Tin' suara kelakson dari mobil yang berada di hadapanku "lo cepet masuk! Mau balik apa kagak?" Suara orang yang ada di dalam mobil dengan melihat kearahku.

"Ngapain orang ini sih" aku berkata dalam hati kecilku.

"Gak usah banyak berfikir ayah lo lagi ngelayat dan gw disuruh sama Azil untuk jemput lo." dia berkata sambil melihat kearahku.

"Gak thank, gw bisa naik bus" Aku membalas berkata sambil melihat layar handphone.

"Ya udah terserah lo" diapun pergi dengan supirnya, pergi meninggalkankku.

"Dasar anak mami, ngapain dia sok baik sama gw ih bikin gw jijik aja liatnya, dan ngapain sih ayah gak bilang kalau gk bisa jemput kalau gitu kan aku bisa bareng viter" aku mengomel sendiri di halte dan menghiraukan banyak sepasang mata yang melihat kearahku.

Tak lama dari itu bus pun sudah ada dihadapanku. "Hai pelangi" ad seseorang yang memanggilku dari belakang punggungku.

"aduh suara siapa lagi sih yang ganggu aku" aku berkata dalam hatiku dan akupun segera melihat ke arah orang yang ada di sebelahku.

"Oo hai kk bin-" aku belum selesai berkata sepenuhnya kak bintang sudah menengok kearah wanita yang ada dibelakngnya dan menaiki bus yang sisa satu kursi yang seharusnya tempat aku berada, menyebalkan sekali.

"Aduh maaf ya pelangi gw harus cabut duluan adek gw udh nangis ini" kak Bintang memasuki bus dengan menuntun adeknya.

"Oiya kak gakpapa kok" aku tersenyum kepada adeknya kak Bintang yang gak sabar untuk pulang.
Setelah bus yang terkahir lewat sampai saat ini bus berikutnya belum datang juga dan aku disini sudah menunggu sekitar 1 jam

"aish kalau gini caranya gimana aku pulang, aku sangat lelah ya tuhan" aku frustasi karna bus yang kutunggu belum datang-datang.

"Ei pelangi mau bareng gak? Kita kan satu arah" Vino berhenti didepanku dengan membawa motor pespa kesayangannya.

Vino adalah tetangga yang selalu sok kenal dengan keluargaku, cari perhatian dari keluargaku dan oiya satu lagi vino itu orangnya terlalu baik jadi aku sangat gak suka dengan orang yang sangat baik karna biasanya fake. Setalah menunggu bus 1 jam aku gak ada pilihan lain selain menumpang vespanya Vino, aku berdiri dari dudukku dan berkata

"Hmm ya udh gw ma-" kata-kataku terputus dengan klakson mobil yang berhenti di depanku. Orang yang didalam mobil tersebut membuka pintu.

"Pelangi cepetan naik ayah lo nyariin" dia berkata sambil membukai pintu mobil mengisyaratkan aku masuk.

"AGAS" aku teriak dihalte dan tidak peduli lagi berapa banyak sepasang mata yang melihatku, ya karna aku kaget ternyata orang ini gak pulang dan ternyata masih nungguin aku sampai dapet bus.

"Emang dimana dia tadi menungguku, hebat juga ya tanggung jawabnya, eh gak ding biasa aja" aku berkata dalam hati dan celingak-celinguk mencari tempat persembunyiannya tadi.

"Cepetan masuk! udah mau hujan" tanpa berpikir panjang aku menuruti kata-kata Agas untuk masuk kedalam mobilnya dan walau dalam perasaan terpaksa dan gak enak kepada vino.

"Oiya untuk elo jangan ganggu orang ini karna dia berbahaya mengerti" dia berkata sambil menunjuk Vino.

"Pak jalan" perintah Agas kepada pak Ogun supirnya Agas.

Dari pagi tadi kenapa aku selalu sial sih, kenapa selalu bertemu sama orang-orang ngeselin tipe tipe dia gini ih, kenapa juga harus semobil sama orang yang mirip dengan meteor gini sifatnya nyebelin.

Dari awal jalan sampai tak terasa sekarang aku telah berada di depan rumahku kami hanya diam, sunyi, sepi tanpa bersuara sedikitpun di dalam perjalanan mengantarku pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meteor Dan MutiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang