Chapter 1

10.5K 447 11
                                    


Prilly POV

     Aku tak dapat menahan perasaan bahagia saat menginjakan kaki di gelora bung karno, tempat konser The Freaks diselenggarakan. Rasa lelah tak lagi sempat menghampiriku walau telah mengantri sejak pukul enam pagi bersama fans The Freaks lainnya.

    Memilih posisi free standing yang dekat dengan panggung, selain dengan harga yang tidak murah, kami juga harus memperebutkan posisi terdepan untuk bisa melihat para member The Freaks lainnya dari dekat.

   Bagi orang yang tidak mengerti esensi menonton konser, mungkin akan menilai kami lebay karena rela mengantri dari pagi hingga sore demi sang idola. Tetapi bagi kami sangatlah bangga.
Selama sepuluh jam mengantri, aku berkenalan dengan banyak fans lainnya disekitarku.

    Sekarang pukul lima sore beberapa menit lagi konser akan segera dimulai. Tak lama kemudian semua berfokus pada layar besar di depan kami yang kini tengah menampilkan member The Freaks dalam balutan yang berbeda-beda. Persis seperti para dewa yunani. Aku ikut bernyanyi berteriak histeris saat satu persatu member The Freaks muncul. Lagu Let Me Love You membuat kami bersemangat bernyanyi dan meneriaki idola nya masing-masing.

    Aku menganga saat tiba-tiba saja Ali muncul tepat didepanku. Jantungku hampir berhenti berdetak saat tatapan mata kami bertemu. Ya tuhan, walau aku sebagai fans Verrel tapi jika pria berwajah seperti dewa ini menatapku, rasanya tubuhku meleleh seketika. Berlebihan memang, tapi beginilah seorang fans. Rasanya seperti terbang ke angkasa walau hanya tak sengaja mata sang idola menangkap wajahku.

    Karena terpesona dengan Ali, tapi mataku tak berpaling dari Verrel. Selama dua jam konser, mataku tak lepas dari sosok itu. Namun tak dapat dipungkiri, kadang keningku berkerut ketika merasa Ali sering berlari mengelilingi panggung dan berhenti di area tempat aku berdiri.

Dan....

    Aku menahan napas saat diakhir lagu Let me love you, Ali mencium punggung tanganku. Ia membuatku mendapat predikat fans paling beruntung malam ini. Seluruh fans The Freaks segera berteriak histeris saat kulirik dua layar besar di depan kami ternyata sedang menayangkan sorotan kamera yang mengarah pada kami. Ali kemudian berlari menuju panggung utama, bergabung dengan member lainnya.

    Jemariku lemas seketika. Mataku terus mengerjap. Masih tak percaya dengan apa yang baru saja kualami.
Namun tiba-tiba alisku berkerut saat menyadari sesuatu.
Secarik kertas kecil menyalip ditanganku.
Ditengah cahaya yang minim, kubaca pesan singkat itu.

       "Temui aku di backstage❤"

Deg.

    Dengan perasaan campur aduk, aku berlari kecil menuju backstage.
Tapi seperti yang sudah ku prediksi, tak mudah untuk masuk ke area itu. Berkali-kali aku dicegat oleh security dan staff The Freaks. Untunglah Ali memberikan tanda tangannya di memo tersebut sehingga aku dapat lolos.
    
    Aku tersenyum sumingrah saat seorang staff menunjukan ruangan The Freaks. Jantungku berpacu tak karuan. Beberapa kali aku menarik napas lalu menghembusnya kuat demi meredam degup jantung, sementara tanganku masih mengambang pada knop pintu.

"Nanti aku akan mengenalkan kalian dengan gadis yang baru kutemui"

    Terdengar suara Ali dari balik pintu. Sebagai fans The Freaks yang selalu mendengar lagu, sinetron, dan lainnya aku sangat menghafal suara-suara mereka.

    Aku mengerut dahi. Mendengar seperinya aku lah yang sedang dibicarakan, aku memilih untuk menguping dulu.

"Maksud mu li?" Tanya sebuah suara, yang ku yakin adalah milik Kevin.

"Dikonser tadi aku tertarik dengan seorang gadis. Aku mengundangnya ke backstage. Aku ingin mengenalnya" jawab Ali.

"Kau gila?! Kenapa sembarangan mengundang fans kesini? Dia bisa dicegat security!" Seru Rasya

"Tenang saja, aku sudah memberinya memo dengan tanda tanganku. Seharusnya dia bisa lolos"

    Aku tersenyum. Merasa makin gugup untuk memutar knop. Ku kuatkan hati untuk membuka pintu, namun sebuah suara terdengar lagi.

"Ali, aku iri padamu" terdengar suara Rasya.

"Kenapa sya?" Tanya Verrel

"Tidak seperti Ali yang bisa bebas memilih gadis yang disukainya, aku malah harus dijodohkan oleh Ayahku" jawab Rasya

"Tidak apa-apa, siapa tau kau akan menyukai gadis itu" kata Verrel membesarkan hati Rasya

"Benar juga, hahaha. Dari fotonya kurasa dia seorang wanita yang sangat cantik" kata Rasya sambil tertawa

  Sebuah tepukan yang mengagetkanku. Dengan cepat kuputar tubuh lalu mematung. Rizky berada dalam jarak kurang dari satu meter dariku, sedang tersenyum bingung. Mungkin berpikir siapa aku hingga bisa berada disini.

"Mencari siapa?" Tanya nya hati-hati

"ahh..ituuu eumm akuu diminta menemui Ali" kataku sambil menunjukan memo itu

"Ohh, masuklah" katanya sambil membuka pintu

"Ahh sudah datang rupanya" tanya Ali terlihat seperti salah tingkah

Aku mengangguk canggung sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, memperhatikan setiap member. Mataku berhenti pada Verrel yang tersenyum ramah.

Rasanya dadaku akan meledak jika terlalu lama di ruangan ini.

"Kau..." suara Rasya mengalihkan pandanganku dari Verrel

"Kauu Prilly Kamelita George?" Tanya Rasya ragu

"Kau anak dari tuan Adam george?" Tanya nya sekali lagi

Ku kerutkan dahi. Dimana ia tau namaku dan juga nama papaku?

"Kau tau darimana?" Tanyaku bingung sekaligus bangga atau apalah sensasi aneh ini.

    Kini semua mata memandang Rasya yang dengan cepat membongkar tasnya. Ia kemudian mengeluarkan selembar foto lalu memperhatikan wajahku dan foto itu bergantian.

"Tidak salah lagi, kau pasti Prilly Kamelita George kan?"

Aku tak dapat berkata-kata. Lidahku kelu.

Jangan-jangan...

"Apa maksud mu sya?" Tanya Rizky dan Kevin bersamaan.

"Dia yang kuceritakan tadi. Gadis yang dijodohkan Ayah padaku" jelas Rasya sambil melirik tak enak pada Ali.

Deg. Aku tak bisa berkata-kata lagi.

"Rasya..." ucap Ali kehabisan kata-kata sambil manatap tajam Rasya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

VOTE AND COMMENT❤





𝐓𝐡𝐞 𝐀𝐫𝐭𝐢𝐬𝐭 𝐈𝐬 𝐌𝐲 𝐁𝐨𝐲𝐟𝐫𝐢𝐞𝐧𝐝 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang