~1999• berubah

19 0 0
                                    

"Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya."
_____________________________________

"Assalamualaikum Dhea? "
"wa'alaikumsalam ma"
"Dheaa kamu udah ya jangan nangis mulu. Malu tahu udah besar"
"yaa mama sok tahu sih, aku ngga nangis ma" aku sedih ma, aku ngga tau kenapa aku ngga bisa nerima pilihan papa ujar Dhea dalam hati
"Dhea gimanapun juga papa kamu pasti udah milih calon yang terbaik untukmu nak"
"tapi maa.. Aku masih mau sekolah. Aku belum siap jadi istri orang sekarang"
"hahaha dhea dheaa jadi itu alasan kamu pergi ke kampung tanpa izin mama? kamu marah ya sama mama papa? "
"ngga ma, aku kan tetep izin juga walaupun sama"
"sama adik kamu? " pernyataan mama nya membuat Dhea tak kuasa menahan tangis, air mata nya jatuh. Lagi. Dhea sendiri tak tahu apa yang membuatnya menangis. Kalian tahu bukan ada kalanya kita ingin menangis tanpa alasan yang jelas, alias samar.
"udah-udah nanti mama jemput kamu ya disana"
"iya ma" apa boleh buat, kalo mama udah nyuruh ya harus dituruti kan?
"assalamualaikum "
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh mama. Dhea sayang mama." sementara di sana bu Fatma heran karena tak biasanya Dhea mengucapkan sayang kepadanya

"mama kamu ya? "
"iya nih"
Yana hanya mengangguk, karena dia ada disebelah dhea jadi dia tidak sengaja mendengar percakapan ibu dan anak tadi jadi tak perlulah menanyakan apa yang sudah diketahuinya
.
.
.
Dhea prov
Setelah selesai menelfon mama aku diajak yana untuk nenginap dirumahnya, tentunya dengan izin papa yang memang peraturan di rumah kami wajib lapor hehe :)
Disinilah aku sekarang dikamar Adriana. Jangan tanyakan dimana anak itu karena aku yakin dia sudah memiliki dunianya sendiri, mimpi ya benar mimpi. Anak ini senang sekali bermimpi tetapi ia tidak mau melanjutkan kuliah nya ntahlah kurasa ia tak mau meninggalkan bu Siti sendirian. Tetapi jangan salah sangka walaupun dia tidak mau sekolah setidaknya dia sangat tekun mengelola warisan ayahnya. Kebun, berkebun adalah kesukaan yana sejak kecil doakan saja semoga ia bisa sukses dengan kebunnya.

Entah mengapa tiba-tiba tubuhku terasa sangat tidak enak. Lebih baik aku tidur. Aku merebahkan diriku di kasur, berdoa, memejamkan mata dan tak kunjung tertidur. Haa mau dibilang "percuma saja" tetapi ini juga usaha. Lebih baik aku duduk saja ditepi jendela mungkin rasa kantuk akan segera datang padaku.

Author prov
Jangan salahkan siapapun saat tak bisa tidur. Maklum saja ini baru pukul 8 malam dan Adriana telah tidur seusai sholat Isya namun Dhea yang terbiasa tidur pukul 10 malam itupun untung-untungan mana bisa dia tidur secepat yang dia inginkan

.
.
Aku tak mengerti apa yang terjadi, kenapa aku ada disini? Ruangan ini gelap, hanya cahaya dari ventilasi dan
Cela-cela antar dinding kayu yang sangat tinggi yang menerangi

Tanganku? Infus? Alat-alat diruangan ini bagai alat-alat rumah sakit, tetapi tidak mungkin ini rumah sakit
Ahh tubuhku. Tidak tidak. Ini ngga mungkin ini pasti mimpi

Bugh

"Aw" Dhea meringis, "kupikir ini mimpi" seketika saja wajahnya yang pucat semakin pucat

Dhea segera bangkit, dhea sadar ia harus cepat keluar dari sini. Segera ia merapikan pakaiannya namun baru saja ia hendak mengambil khimar sisi perutnya terasa sakit. Sangat sakit. Dhea menengok dan mendapati perut kirinya diberi perban yang sangat besar. "tidak. Jangan lemah. Kau harus pergi sekarang" dhea menguatkan dirinya sendiri, segera pergi dari ruangan ini lebih baik.

Sementara di tempat lain dirumah yang mewah lebih tepatnya mansion ini benar benar mansion yang indah. Kediaman yang diimpikan orang-orang diluaran sana, melewati mansion ini saja hampir semua mengaku tempat itu rumahnya. Halaman yang luas mungkin cukup untuk membuat lapangan sepakbola, air mancur yang berisi ikan koky, jangan bayangkan ada patung karena disini tak ada patung sama sekali, pagar rumah ini benar-benar tinggi, pagarnya pun menggunakan alat canggih. Dan disini ditinggali dua tokoh utama ayah dan anak.
"pa hari ini aku yang bawa mobil ya" Enu menuruni tangga sambil memakai jam ditangan kirinya, sangat tampan
"nak kita tak jadi pergi ke acara itu" ucap sang ayah
"lho kenapa pa? Tumben bener"
"papa ada yang mau diurus dulu nak. "
"iya. Papa hati-hati ya" Enu menyalami ayahnya "assalamualaikum " "Waalaikumsalam, pa besok aku mau pergi ke Ketapang ya sama temen-temen" "iya jaga diri kamu, hati-hati. Papa pergi dulu". Pintu lift dirumah itupun tertutup
"iya papa, aku pasti jaga diri kok"

Dengan langkah gontai Dhea terus mencari jalan keluar, cahaya ya cahaya diasana dhea melihat cahaya itu. Langkah nya semakin cepat menuju akses penyelamat itu.

Saya tak mau tahu. Kamu harus mengurus semuanya dengan baik

"..."

Jangan sampai ada bukti, saya yakin dia akan mengakui perbuatanya sendiri

"..."

Saya percaya kamu bisa melakukannya

"..."

"ayah.." Dhea terdiam sebentar di dekat tembok kayu itu, dia tahu benar itu suara ayahnya tapi tidak mungkin. Ayah sudah meninggal, aku pasti salah

Dhea terus berlari sampai menuju jalan besar, ia tak mendapat kendaraan apapun yang melintas. Kepalanya terasa sangat berat, mual, akhirnya ia muntah-muntah, tak ada air, kepalanya berkunang-kunang. Pandangannya meredup.

Bugh

Nadhea Rahmah pingsan direrumputan, jika seseorang lewat pasti tak ada yang melihatnya. Apalagi bulan telah menghampiri bumi

--@-@--
Kritik dan saran saya terima sepenuh hati :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

W? (innocent)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang