"Kalau kalian memang suka anak-anak, kenapa nggak kolaborasi aja bikin sana!" bentak Anna yang sukses membuatku melongo.
"Apa sih lo?! Sirik aja! Bener deh kata Anna mending lo nikah sono sama Jeje. Biar bisa rasain punya suami, nggak ngangguin yang udah nikah!" cibir Zia yang otomatis membuatku bungkam.
"Iya Ta, ya udah kita nikah aja nyok! Mama juga pasti seneng punya mantu kaya lo, lucu katanya." Kutu kupret Jeje ikutan bersuara.
Aku menutup telingaku kuat-kuat agar suara-suara itu tak lagi terdengar, namun seperti kaset rusak. Tiga kalimat itu selalu mengulang di otaku seperti sebuah program yang tak habis-habis.
"Nggakk... Gue nggak mau nikah sama kunyuk Jeje!" teriakku sudah dalam posisi... duduk?
Tunggu!
Di mana ini?!
Kuperhatikan sekeliling, seperti kamarku... Dan akhirnya aku mengelus dada sambil mengeluarkan nafas lega. Ternyata memang kamarku, fiuhhhh. Jadi tadi cuma mimpi?! Apa coba mimpiin para kacrut yang ngomongnya nggak bisa disaring itu??? Dasar! Liat aja nanti aku mintain pajak udah nongol dimimpiku dengan seenaknya!
Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, adik tengilku Citra berhambur masuk kamarku tanpa merasa perlu mengetuk terlebih dulu.
"Napa Mbak? Mana pencurinya? Mana yang mau perkosa Mbak? Mana? Biar aku hajar itu orang?!" katanya histeris.
Pencuri? Pemerkosa? Dih kenapa lagi nih anak? Kesambet setan subuh kali yak?! Kuraup wajahnya yang berada tepat di depan wajahku.
"Issshhh apaan sih?! Orang mau nolongin malah diperlakuin kaya gini" keluhnya mengelus wajahnya yang barusan kuraup.
"Lagian kamu ngomongnya sembarangan! Kagak ada tuh pencuri sama pemerkosa! Ih amit-amit jabang bayi deh!" kataku bergidik.
Citra menghela nafas lega, duduk di sisi ranjang masih menatapku.
"Lah terus kenapa tadi Mbak teriak?" tanyanya heran.
Aku memutar bola mata malas.
"Mimpi buruk!"
Tiba-tiba sebuah bantal mendarat di wajahku. Siapa lagi kalau bukan cicit-cicit melati ali baba pelakunya!
"Ih apaan sih kamu de! Gak sopan banget tau!"
"Lagian mimpi aja sampe ngerusuhnya di dunia nyata! Teriakan Mbak itu bisa bangunin saur se-RT tau gak!"
"Lebay!"
Citra malah meleletkan lidahnya ke arahku sambil berlalu.
"Disuruh Bunda turun tuh! Cepetan sholat subuh dulu!" sambungnya sebelum menutup pintu.
Kulirik alarm jamku di atas nakas. WHAT?! HAMPIR JAM 6? Aku belum sholah subuh! Tanpa banyak berpikir aku turun dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi.
***
"Itu Bun, masa Jeje ngelamar aku kaya gitu? Mana mau aku nikah sama dia 'kan?!" sungutku sebal ketika cerita pada Bunda apa yang membuatku bermimpi histeris pagi-pagi buta.
"Lah.. memangnya kenapa kalau Jeje melamarmu dengan cara seperti itu? Masih untung ada yang mau melamarmu, Nak. Bunda malah khawatir anak Bunda ini nggak nikah-nikah karena sikapmu yang seperti ini" kata Bunda masih sibuk dengan adonan kuenya.
Ih Bunda nyebelinnnnnn.... Masa malah ngebelain anak orang dibanding anaknya sendiri?! Jeje koplak! Ini semua salah kunyuk Anna yang ngomong sembarangan!
Aku cemberut memasukan potongan kue yang baru kuangkat kedalam mulutku dengan seenaknya. Sampai aksiku dihentikan Bunda yang memukul punggung tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Driving Me Crazy [END]
Romance[Cerita ketiga yang Saki buat di Wattpad, tahun 2014, masih sangat belajar waktu itu. Maka dari itu maaf kalau alay dan gaje. Manusia hidup nggak langsung dewasa, kan?] ??? Meta itu sudah kenal Jeje sejak anak itu masih ingusan. Meta itu kenal Jeje...