Chapter 1 : (Fake) Chances

144 5 5
                                    

Chapter 1

(c) Acacia_Leaf

===

"Dio! Cepat bangun! Nanti terlambat ke sekolah, loh!"

Nayla hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kakak laki-lakinya yang beda umurnya cuma semenit dengannya itu masih memeluk guling dan meringkuk di atas tempat tidurnya dengan selimut yang letaknya udah nggak jelas lagi dimana. Bahkan bantal kepalanya sudah bertengger di daun jendela, nggak jelas gimana caranya itu bantal bergerak ke sana.

"Dio!" seru Nayla, kali ini menggoyang badan kakaknya. Masih nggak ngaruh.

"Dio!!"

Kakaknya malah semakin nyenyak tidurnya. Nayla akhirnya mengambil ponsel kakaknya dan memotret wajah tidur kakaknya yang super berantakan, tak hanya itu, dia juga mem-video-kan wajah kakaknya yang lagi 'ngorok-ngiler' itu sambil menahan tawa geli. Dia lalu menyudahi kegiatannya dan berbisik di telinga kakaknya.

"Dio, kalau lo enggak bangun sekarang, foto lo yang lagi ngiler ini gue kirim ke e-mail Kak Mala, ya~"

Dio langsung saja bangun, tanpa sadar menyundul hidung Nayla yang tadi berbisik di telinganya, sampai mereka berdua mengaduh kesakitan, memegang kepala dan hidung mereka sendiri.

"Nayla! Apaan sih? Ngganggu tidur aja."

"SEKARANG UDAH JAM SETENGAH 8 TAU! MASIH UNTUNG GUE BANGUNIN!"seru Nayla kesal sambil mengusap hidungnya yang merah, "pokoknya, gue nggak mau tau kalau lo telat!"

Nayla beranjak pergi dan membanting pintu kamar kakaknya, efeknya dahsyat, bahkan burung pipit yang tadinya bertengger dengan damai di jendela kamar Dio mendadak jatuh dari tempatnya. Dio menggerutu sambil melirik jam wekernya. Dio mengacak-acak rambutnya yang alakazam-berantakan-banget. Matanya masih sipit alias ngantuk, tapi dia mencoba melihat jam wekernya dengan baik dan benar(?)

"Oh, jam setengah 8 .." dia menggaruk rambutnya, "EH? JAM SETENGAH 8?!"

Tanpa banyak tingkah lagi, Dio segera bangun dari tempat tidurnya dan ngibrit ke kamar mandi. Suara langkah kakinya berisik banget, sampai-sampai Nayla dibuat kesal karenanya, dia yang lagi sibuk menyiapkan piring di atas meja sambil menyanyi-nyanyi ria, kan jadi terganggu.

Enggak sampai 5 menit, Dio udah memakai seragam. Tapi ya, namanya juga orang buru-buru, itu seragam gak rapi, malahan berantakan banget kayak abis dijambret plus 'diraba-raba' ama orang mesum di angkot--ujung seragamnya Dio keluar-keluar, ujung ikat pinggangnya nyasar di dalam celana, kerah baju kusut, kaus kaki warnanya beda sebelah, dan lain sebagainya. Nayla hanya bisa menghela nafas melihat penampilan kakaknya yang persis kayak zombie baru kesetrum listrik, apalagi rambutnya Dio, film horror aja nggak seserem penampilan Dio pagi itu!

"Sisir dulu rambut lo! Masa' lo mau ke sekolah wajahnya kayak zombie gitu?" keluh Nayla.

Dio cuma mengangguk dan nurut aja saat Nayla menyisir rambutnya. Lah, kok Dio disisirin? Dia enggak bisa nyisir kali ya? Hehehe, enggak lah, dia nyisir sendiri kok. Bisa-bisa nanti Nayla ngamuk lagi kalau Dio minta disisirin. Setelah acara marah-marahnya Nayla selesai,mereka akhirnya sarapan juga. sekolah Dio dan Nayla sama, makanya mereka selalu berangkat bareng, meskipun Dio sudah mau lulus SMA, tetap saja sifatnya lebih kekanakan daripada Nayla.

"Mama sama Papa mana?" tanya Dio sambil menggigit ayam goreng buatan Nayla.

"Udah berangkat kerja lah. Emangnya kayak lo, jam setengah 8 masih ngorok-ngiler." sahut Nayla, "kucing yang sifatnya pemales aja masih lebih rajin daripada lo."

Dio cuma bisa nyengir. Dia cepat-cepat menghabiskan sarapannya, soalnya dia belum ngambil tas dari kamarnya. Nanti berabe lagi deh kalau dia telat, ngebayangin muka guru paling galak se-SMA Kresna--sekolahnya Dio--bakal marahin dia lagi, udah bikin bulu kuduknya berdiri.

(Fake) Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang