Chapter 2 : (Fake) Meeting

88 4 2
                                    

Chapter 2

(c) Acacia_Leaf

===

"Chika, lo udah siap belum?"

Chika enggak langsung menjawab pertanyaan kakaknya dari luar kamarnya, soalnya dia lagi asyik beres-beres sambil memasang earphone di kupingnya dengan volume musiknya disetel hingga full. Ya gimana mau kedengaran?

"Chika, oi! Udah siap belum?"

Chika masih enggak jawab. Cewek itu sibuk mindah-mindahin baju dan barang-barangnya ke dalam koper super besar yang dikasih mama kemarin. Dia juga memasukkan boneka mungilnya di ujung koper, soalnya dia enggak bisa tidur nyenyak kalau enggak meluk itu boneka mungil.

BRAK!

"Eh copot,copot! Iih kakak! Ngapain nendang pintu gitu sih?" seru Chika sambil ngelus-ngelus dada. tanpa sadar dia jadi latah karena kaget banget. Rupanya pintu kamarnya ditendang dari luar oleh kakaknya yang tampangnya udah kusut banget kayak pakaian belum di setrika.

"Lo lagian! Dipanggil nggak nyahut-nyahut!" seru kakaknya balik, "abis suara gue, tau."

Chika cuma bisa nyengir melihat kakaknya ngos-ngosan begitu. Dia mencabut earphone nya sebelah dan melanjutkan kegiatan beres-beresnya.

"Santai aja sih Kak. Gue juga perginya enggak lama kok." ujar Chika, "enggak usah kangen gitu lagi."

"Siapa yang kangen? Ge-er bener sih." sungut kakaknya bete.

Chika nyengir sebelum dia melanjutkan lagi kegiatannya. Setelah sejam berberes, akhirnya koper super gedenya sudah penuh dan siap untuk dibawa ke Indonesia sampe dua bulan ke depan.

"Lo berangkat jam berapa nanti?" tanya kakaknya Chika, masih nyender di pintu sambil menyilangkan tangan di dadanya.

"Ngg .. kayaknya jam 2-an deh Kak," jawab Chika sambil meringis mengingat jadwal kerjanya yang super padat itu, "soalnya gue masih ada sesi pemotretan nanti jam 12."

"Duh, adek gue yang centil satu ini .. udah mau liburan masih aja kerja." kakaknya cuma bisa geleng-geleng kepala, "anyway, nanti abis itu gue langsung jemput ke Narita deh. Bawa aja koper lo ke studio, biar pulangnya bisa langsung bersngkat."

Chika cuma bisa nyengir asem. Bawa koper sebesar gorilla itu ke studio? Bisa-bisa dia dikira astronot salah jalan lagi. Aktris terkenal kok bawa-bawa koper gede kayak mau naik gunung aja.

"Ng .. bisa nggak kakak bawa koper ini di bagasi mobil aja?" tanya Chika, "bisa-bisa tangan gue mendadak kekar kalau bawa-bawa koper segede barbel gini."

Kakaknya cuma bisa nyengir mendengar keluhan Chika.

"Oke, gue bawa deh koper lo." jawab kakaknya, "oh ya, nanti yang jemput lo di bandara siapa? Di Indonesia, maksud gue."

Saat mendengar kakaknya bertanya gitu, ekspresi Chika langsung berubah sebal. Dia malah menggertakkan gigi kayak singa lagi mau nerkam orang. Melihat ekspresi adeknya yang begitu, kakaknya itu cuma bisa nyengir lagi. Ya, cuma ada satu orang yang bisa membuat Chika bersikap begitu.

Orang itu, tak lain tak bukan adalah sepupu mereka, Dio Mahaputra. Cuma cowok itu yang bisa bikin Chika sebal sejadi-jadinya, meskipun kakaknya tau kalau Chika itu benci-benci suka sama Dio. Dia enggak mungkin bilang begitu ke Chika, 'kan? Bisa-bisa Chika ngambil sarung tinjunya dan meninju wajah kakaknya.

"Err oke, jadi 'dia' yang bakal jemput lo."

Chika mendengus sambil mendepak kopernya pakai kakinya sendiri. Chika memang bisa berubah jadi kayak singa lapar kalau lagi PMS atau lagi marah, eh kayaknya sereman Chika deh daripada singa lapar. Chika mengambil ponselnya yang masih berbentuk flip dan membuka e-mail. Dia mengangkat alis, lalu tersenyum kecil. Dia ingat, kalau bukan hanya Dio yang jemput dia di bandara nanti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Fake) Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang