BAGIAN TIGA
Hati ini masih tertuju padamu, walau aku sudah jauh berlari.
- Senja
Saat ingin menuju rumah sakit, Senja tersadar dari pingsan nya. Jingga langsung menepikan mobil Senja untuk melihat kondisi Senja."Ssshhh..." erang Senj sambil memegang kepalanya yang pening.
Jingga mengubah posisinya menjadi menghadap Senja. Mengusap kepala Senja seraya mengurangi rasa sakit walupun itu tidak berpengaruh sama sekali.
Senja melihat Jingga yang sedang mengkhawatirkan dirinya, tak lama mata mereka bertemu. Tapi Senja membuang muka agar tatapan itu tidak berlanjut.
Jingga tersenyum tulus di tengah kekhawatirannya, sambil memegang erat tanga Senja.
" Kita kerumah sakit ya Ja , sekarang " ujar Jingga tiba-tiba dan ingin melanjutkan perjalanan kembali.
Tapi itu semua di tahan oleh Senja.
" gak usah Ga, gua udah gakpp kok. Kita pulang ya. " Pinta Senja.
"Tapi lo kan sak--" perkataan Jingga terpotong setelah melihat Senja melotot seolah berkata ' Gua-gak-mau-di-bantah '.
Jingga mengangguk lemah dan Senja tersenyum puas.
Di dalam mobil hening, Senja dan Jingga sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Suasana ini memang cukup canggung dan membuat resah keduanya.
Tanpa terasa mobil sudah berada di depan gerbang rumah Senja yang sudah dibukakan oleh Satpam rumah Senja.
Jingga turun dari mobil terlebih dahulu dari Senja dan membukaan pintu untuk Senja.
Jingga menggendong Senja. Dan dihadiahi cubitan-cubitan kecil dari Senja dan sukses membuat Jingga meringis.
Tapi seolah Jingga kebal, dan membuat Senja kesal.
" Jingga turunin gua cepetan " pinta Senja
Jingga diam saja dan berjalan ke arah kamar Senja dan menidurkan Senja lembut sambil tersenyum dan meninggalkan Senja.
Senja diam saja dan menenangkan detak jantungnya yang tidak karuan saat Jingga bersikap seperti itu.
Tiba-tiba Jingga datang dengan membawa nampan yang berisi Coklat panas, bubur ayam, air putih dan Kompresan.
Jingga yang melihat Senja tertidur dengan kaos putih polos yang sudah ia ganti saat Jingga keluar kamarnya hanya tersenyum.
Senja adalah alasan Jingga tersenyum.
Senja adalah alasan Jingga tertawa.
Senja adalah sebagian diri Jingga.Begitupun sebaliknya.
" Senja, bangun Ja. "
"Kenapa Ga?" Ujar Senja serak khas bangun tidur sambil mengucek matanya.
" Makan dulu. Terus minum obat" pinta Jingga.
Senja mengangguk patuh dan duduk di ranjangnya.
" gua suapin ya, lo pegang gelasnya " ucap Jingga sambil mengambil bubur ayam yang dibuatya.
Jingga menyuapi Senja dengan telaten. Sesekali menjahili Senja dengan cara memakan bubur yang Jingga berikan pada Senja.
" Jingga, ihhhh buburnya jangan lo makan " pekik Senja.
" bodo. Gua juga laper ujan-ujan tadi" bela Jingga
" lo bikin lagi sono, kan lo jago masak. Ya walaupun masih liat google Hahahaha " ejek Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Dan Senja
Teen Fiction' Seharusnya aku mengerti, bahwa dia memang sudah berubah. Hanya saja aku sulit merelakan. Sulit memberitahu diri , bahwa dia sudah jauh pergi. Namun yang menyakitkan ternyata bukan kenyataan yang mengharuskan aku melupakannya tapi mendengar dari mu...