Griffith kembali melempar batu-batu kecil kearah dinding yang rapuh. Dalam satu bulan ini Griffith mampu menghancurkan dua puluh lima persen ketebalan dinding rapuh tersebut. Itu pun dinding tersebut masih dapat bertahan.
"Masih mencoba melempar dinding itu?"
Griffith tersenyum mendengar perkataan itu. Di balik tubuh Griffith terdapat gadis berambut hitam panjang menutupi sebelah matanya. Bola matanya yang berwarna hijau terus menatap ke pundak Griffith.
"Selamat pagi Area. Kau tahu kan kalau aku ingin sekali menghancurkan dinding ini. Lalu, melempari mereka yang ada di sana dengan sepuas hati."
Gadis yang bernama Area itu mengambil puluhan batu lainnya. Dia lalu memberikan separuhnya kepada Griffith yang telah kehabisan batu.
Area tertawa kecil dan melempar batu pertama ke arah dinding. "Ku rasa jika hanya dirimu, tidaklah cukup."
Griffith tersenyum lebar sembari terus melempar batu ke arah dinding. Tak sebatas batu, kini kakinya ikut menendang retakan tersebut.
"Ini dia yang kita tunggu. Hancurlah kau dinding lemah!" suaranya mendadak kuat, nyaris menembus dinding tersebut.
Keduanya menatap penuh harapan ke arah dinding. Namun, dinding tak kunjung roboh. Hingga hilanglah harapan mereka berdua.
"Ahhhh, kelihatan sia-sia." ujar Area, ia kemudian berbaring di atas rumput hijau dibawahnya.
"Yah, sepertinya begitu."
Griffith termangu menatap dinding tersebut. Segala kecurangan yang dibuat oleh orang-orang di balik dinding yang meminta untuk di hakimi tak membuat semangatnya padam. Griffith sering membayangkan kehidupan disana, penuh akan kenikmatan. Sungguh berbeda dengan disini yang penuh kekacauan. Setiap hari, selalu saja ada pembantaian yang dilakukan oleh para penindas berkostum hitam.
"Grif, kamu tahu rahasia dinding ini?" tanya Area sambil menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipinya sendiri.
Griffith menggeleng. "Tidak, namun jika kau tahu sesuatu beritahukan padaku."
Hampir sepanjang hari Griffith berada di samping dinding. Berada di samping dinding, merupakan pekerjaan sampingan selain berburu kkerc bagi Griffith. Namun, tidak pernah sekalipun ada hal yang aneh dari dinsing-dinding itu.
Gadis berjaket merah itu tersenyum lebar. Dia kemudian berjalan ke arah dinding dengan merangkak. Dia memukul sisi bawah dinding dengan tiga buah batu yang dipakai tadi. Tidak lama kemudian terbukalah pintu kecil dari tempat ketukan tadi.
Pintu itu amat kecil, hanya muat untuk tubuh dewasa awal seperti mereka. "Ini dia rahasianya."
Griffith menganga lebar melihat sesuatu yang berada di depan matanya itu. Dia beranjak dari tempatnya, lalu merangkak memasuki lubang tersebut yang tertutupi ilalang yang tak terlalu tinggi. Beberapa ilalang yang tumbuh langsung saja rusak karena ditimpa tubuh Griffith. Grifgith meninggalkan Area yang telah memberikannya ilmu, sungguh tidak tau terima kasih. Area mengikuti temannya dari belakang dengan merapikan kembali tempat mereka masuk.
Griffith diam terbisu, apa yang dia lihat adalah suatu ketidak mungkinan yang akan dia dapatkan jika terus berada di luar dinding. Di dalam dinding suasananya jauh beda dengan diluar dinding. Orang-orang di dalam sini kelihatan berkelas dengan puluhan kuda besi mereka. Dinding adalah pembatas antata kaum miskin dan kaum kaya di dunia yang saat ini. Area menampar pelan wajah Griffith untuk membuatnya sadar. Griffith tersadar dari lamunannya dan mulai berjalan sendiri meninggalkan Area yang masih heran meratapi temannya itu.
Dinding membuat perbedaan pendapatan, antara kaummu dan kaumku.
Griffith sangat bahagia melihat keadaan kota, perisi seperti yang dikatakan ibunya tentang kota New York di jamannya. Bedanya, ini adalah kota New York di jaman mereka. Dan baginya, saat ini merupakan saat yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Griffith ingin banyak belajar di sini hari ini karena kebetulan hari masih cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extracta Elenin
Science FictionBenturan komet Elenin telah merusak 50% bahagian bumi sehingga punahlah ribuan peradaban di bumi. Namun suatu terobosan baru dari pemerintah yaitu dengan memanfaatkan bangkai komet halley yang berisi ribuan sumber daya untuk membangkitkan kembali bu...