Moonlight

8K 784 104
                                    

Malam itu, cuaca begitu beku hingga sensasi ngilunya serasa menusuk tulang belulang. Dalam hening yang mencekam, kakinya melangkah diantara berjuta-juta kepingan salju yang turun dari langit. Demi apapun, hawa dingin pada musim dingin pertengahan bulan Desember sungguh tak dapat ditawar.

Disana, anak laki-laki itu tak seharusnya berada didunia luar seperti ini. Ditengah malam, sendirian, tanpa menggunakan pakaian yang cukup tebal. Terlampau jelas terlihat, dirinya tidak berada dalam keadaan aman.

Bibirnya terlihat mulai membiru, jemari tangannya berkerut ngilu, suatu isyarat dirinya mulai beku. Ia berupaya menggosok kedua telapak tangannya, kemudian menempelkan pada kedua belah pipinya. Berharap tubuhnya dapat berkompromi untuk merasa cukup dengan kehangatan yang dibuat dari tangannya sendiri.


Dimalam yang larut itu, kakinya terus melangkah seiring kedua tangannya terus mencari kehangatan.

Hingga pada ratusan langkah yang telah ditempuhnya, ia memutuskan berhenti. Tatapan matanya tertuju pada sebuah kursi taman yang terlihat kosong. Hingga membawa kedua kaki melangkah mendekat, kemudian menyamankan dirinya sendiri disana.
Duduk meringkuk dengan kaki ditekuk, menyembunyikan wajahnya diantara lipatan lutut. Termenung sangat lama. Seolah sebuah beban berat tengah menimpanya.

Kepalanya terangkat, lantas mendongak. Menatap langit luas, dimana bulan tengah menampakkan cahaya nya. Memiliki bentuk yang bulat sempurna. Tanpa pamrih menunjukkan sinar benderangnya.

Sudut bibirnya terangkat menciptakan sebuah senyuman. Tatap matanya tak sedikitpun beralih dari indahnya langit malam. Pantulan sinar rembulan nampak kentara dikedua retina matanya, seiring dengan fikiran yang melanglang buana entah kemana.

Hingga satu keyakinan tercipta, bahwa sinar bulan purnama, senantiasa menjadi hal favorit dalam hidupnya.


Hari-harinya begitu suram. Hidupnya penuh tekanan. Keluarganya hancur berantakan. Sang ibu yang kabur dari rumah demi mengikuti si pria selingkuhan. Meninggalkan dirinya bersama sang ayah yang tak sedikitpun memperhatikan.

Setiap harinya hanya dihabiskan untuk membawa para jalang.

Tak cukup sampai disana. Dirinya semakin menderita, kala sang ayah memutuskan menikahi seorang wanita elegan, berselera tinggi. Pemilik perusahaan besar yang memiliki hubungan kerja sama dengan perusahaan besar sang ayah. Dan lagi, gila akan kedisiplinan.

Seolah menjadikannya sebagai sasaran kelinci percobaan. Menuntut kesempurnaan. Membatasi pergaulan. Menjadikan dirinya tumbuh sebagai sosok pendiam dan jauh dari seorang teman. Hidupnya selalu kesepian. Hanya dituntut belajar untuk terus mencari kepintaran.



Hingga pada suatu malam, tubuhnya sedikit terjingkat. Merasakan tepukan pelan pada bahu kanan. Menjadikan kepalanya bergerak perlahan ketika benaknya dirundung rasa penasaran. Hingga sorot matanya menangkap sebuah tangan yang lebih lebar tak beralih dari bahunya. Perlahan, pandangannya merangkak naik. Menelusuri tangan kekar berbalut jaket tebal. Dan kedua matanya menangkap pemandangan, seorang pemuda yang lebih tua tengah tersenyum menawan.

"S–siapa?"


"Aku Kim Taehyung. Dan kau bisa memanggilku hyung, jika usiamu lebih muda. Siapa namamu?"           Nada suaranya ketika bertanya begitu halus. Memberikan sensasi menenangkan bagi siapapun pendengarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In Love nothing impossible [vk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang