The Last Letter from Forgotten Diamond

1.9K 207 47
                                    

Disclaimer Masashi Kishimoto

[perubahan dari Forgotten Diamond di FFN]

___

"Otou-sama, Okaa-sama, lihat! Aku mendapatkan peringkat pertama," Naruto berseru riang sambil menunjukkan rapornya dengan penuh semangat pada kedua orang tuanya yang baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya. Gadis berusia 15 tahun itu tampak begitu ceria, dengan binar mata secerah langit musim panas pada sepasang sapphire miliknya.

Sesaat, keduanya bertukar pandang dengan kedua sudut bibir yang melengkungkan seulas senyum lembut. Ada binar bangga dalam kedua mata sepasang suami istri yang masih terlihat muda itu,yang tidak sempat Naruto lihat. Karena sekejap kemudian, keduanya memalingkan pandangan mereka darinya. Tidak mampu melihat sosoknya. Karena di saat keduanya menatap putri mereka itu, ada bayangan sosok lain, yang muncul dalam benak mereka. Sosok lain yang sama, serupa, seperti beberapa tahun yang lalu ketika keduanya kehilangannya. Kehilangan salah satu permata berharga mereka.

"Otou-sama,"

"Kami lelah, Naru," potong Minato cepat, diikuti Kushina yang segera beranjak pergi dari ruang tamu. Pergi meninggalkan gadis kecil mereka sendiri, di tempatnya menunggu mereka sejak pulang sekolah hingga kedatangan mereka barusan. Melupakan makan siang dan makan malam, yang seharusnya telah dilakukannya sejak tadi. Melupakan perutnya yang lapar, lagi perih karena lambungnya yang kembali bermasalah. Dan yang gadis kecil itu dapatkan, hanya sebuah luka dan kecewa. Sang permata yang terlupakan, kembali tergores oleh rasa kehilangan orang tuanya.

"Otou-sama, Okaa-sama..." lirih gadis kecil itu dengan berlinang air mata. Ini memang bukan penolakan pertama yang diterimanya, namun hatinya telah mulai lelah. Hatinya sakit. Apa yang bisa gadis remaja sepertinya lakukan, jika mengalami penolakan sekian tahun? Bukan hanya mereka yang terluka. Gadis itu juga merasakannya, bahkan mungkin, jauh lebih pedih dari yang orang tuanya rasakan. Karena dialah belahan jiwanya.

____


"Ohayou," sapa Naruto begitu sampai ruang makan, yang sama sekali tidak mendapatkan balasan dari ketiga orang yang telah duduk dan menikmati sarapan pagi mereka, keluarganya.

Tersenyum miris dalam hati, gadis berusia 19 tahun itu hanya bisa menghela nafas perlahan, menahan rasa sesak di dalam dadanya. Sudah biasa. Seharusnya ia tidak perlu lagi merasa terkejut, tidak perlu lagi mengeluh. Ini belum seberapa, karena sebentar lagi hal menyesakkan lainnya, pasti akan diterimanya. Dan itu semua, sudah biasa terjadi dan ditanggung hatinya.

Dengan senyuman, Naruto mulai mengambil nasi dan lauk untuk sarapannya. Sesekali, tanpa gadis itu sadari, sang kakak, Kurama, menatapnya sendu. Dia juga merasakannya sakit seperti kedua orang tuanya, namun ia juga tidak mampu berinteraksi dengan adiknya seperti dulu, sebelum semuanya terjadi. Hingga ia pun mengabaikan gadis itu, meski selalu memantaunya diam-diam.

Maafkan aku, Naru-chan, bisik hatinya sendu

Melihat senyum yang tak sampai ke mata adiknya, membuat dadanya terasa sesak, hingga membuatnya memilih untuk mengakhiri sarapan paginya dan berangkat ke kantor.

"Aku berangkat," pamitnya.

"Hati-hati di jalan," balas kedua orang tuanya bersamaan. Membuat gerakan menyendok gadis pirang di seberang meja makan itu berhenti, merasakan sengatan menyakitkan dalam hatinya. Melanjutkan acara sarapannya senormal mungkin, gadis itu mencoba mengabaikan kedua orang tuanya yang tergesa menyelesaikan acara sarapan paginya. Seolah gadis itu memiliki wabah mematikan, yang bisa menular, dan harus dijauhi.

The Last Letter from Forgotten DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang