Theme 1 : Lunar Eclipse
Bloody Heart
~KyuMin~
~Dia yang terkutuk. Dia yang terbuang. Dia sang pendosa. Dia yang dipuja oleh Raja Iblis. Menatap dunia tanpa belas kasih. Setiap ruaman langkah dan desiran angin membawa turut serta jeritan pesakitan yang terpilih. Tidak pernah mengira dalam kesendiriannya akan bertemu dengan sebuah bintang. Secercah kilauan tulus yang telah dia hempaskan ke dasar lembah neraka, kini tampak mengokohkan kehidupannya~
'Kau adalah alasan terbesarku untuk tetap hidup.'
*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~~*~~*
Tidak pernah terbayang sebelumnya di dalam pikiran serta benaknya bila malam ini kunjungan terhormat dari petinggi lembah kegelapan menapaki wilayah kekuasaannya. Kerajaan Necromancer, malam ini terlihat lebih pekat dari biasanya. Awan kelabu yang memang senantiasa melindungi negara iblis bangsa opast tersebut kini terlihat semakin mengepul gelap dengan iringan kilat guntur yang menyambar hingga menyentuh tanah.
Rakyat Necromancer berbondong menghentikan aktivitas mereka ketika mendapati situasi pekat yang mengiris hati, mereka sang duras yang tidak terbiasa bergidik ngeri, entah mengapa malam ini seakan ingin bergegas melenyapkan diri. Situasi yang tidak berbanding jauh dari pihak kerajaan.
Raja Necromancer dengan sigap menitahkan ajudan serta pengawal-pengawalnya untuk bergegas bersiaga di setiap sudut kerajaan. Para cenayan kerajaanpun tidak turut berpangku tangan, mereka berbondong tergopoh, bergilir menyiapkan berbagai sesaji maupun barang sesembahan untuk menyambut serta menghalau kemarahan sang petinggi yang bagai hendak meruntuhkan wilayah mereka barang sekejap.
Desauan angin semakin pekat berputar membentuk sebuah gulungan tornado yang tampak begitu menakjubkan serta mengerikan, di saat yang bersamaan gelombang guntur tiba-tiba menyengat sisi sang Ratu Necromancer yang tengah berlindung di samping Raja sambil mengusap perut buncitnya. Mereka termangu, termenung dengan tindakan tersebut.
Sang Ratu menahan napas sejenak, sepasang iris kelam berbaur pekat darah bergelirya di sepanjang tubuh berniat menelisik kondisinya, beruntung kilatan tajam tersebut sama sekali tidak menyentuh kulitnya.
Perlahan seruan dalam dari suara tidak bertuan mendengung di telinga mereka, suara tersebut seolah hendak memberitahu mereka atas kehadiran sang penguasa kegelapan. Selaras gulungan tornado kemudian berputar semakin lambat, awan kelabu serta gerungan halilintar tersapu desauan angin yang mulai menampakkan wujudnya.
Dia yang bermata tajam, bertanduk, memiliki batu permata gelap di kening, berwarna merah menyala, dianugerahi enam tangan dan sebuah sayap api yang mengepak lambat serta memiliki sebuah senjata Tripsula. Tidak lupa raut wajah serta kilat tajam yang menguarkan kepemilikannya atas dunia kegelapan.
Dialah sang Lucifer, raja tertinggi kaum iblis. Raja tertinggi dari kaum duras. Sang pendosa, sang pendusta, sang pengkhianat serta sang penakluk bara api hingga kilauan neraka yang terlihat membara, menjilat penuh kemurkaan tidak mampu membakar tubuhnya.
Berdiri kokoh menantang langit dengan segala macam keangkuhannya. Setiap pasang mata yang menyambut kehadirannya bergerak merunduk, bersimpuh mengagungkan keberadaannya. Dia menyeringai, kilatan tajam yang tertuang di mata beralih ke perut si Ratu.
"Abderus Crodenza." Suaranya mengaum menggetarkan nyali sang guntur untuk kembali menggaungkan kuasanya. Raja Abderus perlahan mendongak menatap si pemimpin tertinggi.
"Aku memilihnya, calon putra yang masih berada di dalam kandungan Labinza. Tepat disaat gerhana bulan berwarna merah pekat ketika usianya genap 100 tahun, persembahkan dia untukku. Dialah calon abdi terkuatku. Tanpa kau sadari darahku mengalir di dalam tubuhnya. Bloody Cross. Hanya dia pemilik tanda terkutuk itu. Hamba iblis yang begitu dipuja Lucifer."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Heart
FantasyDia yang terkutuk. Dia yang terbuang. Dia sang pendosa. Dia yang dipuja oleh Raja Iblis. Menatap dunia tanpa belas kasih. Setiap ruaman langkah dan desiran angin membawa turut serta jeritan pesakitan yang terpilih. Tidak pernah mengira dalam kesendi...