Bagian 1

2.7K 143 11
                                    

Uraraka Ochaco PoV

"Uravity-san ... ini gaji bulan ini."Kepala Yayasan Pahlawan Meguri memberikan amplop gaji kepadaku. Beliau terlihat sedikit terganggu."Anu ... Uravity-san memang pahlawan yang hebat. Maksudku, kekuatan untuk meringankan sesuatu atau membuatnya melayang memang langka, tetapi ..."

"Tetapi itu tidak terlalu dibutuhkan. Itu yang Bapak ingin katakan, bukan?"

"Ya, itu. Jadi, anu, umm ..."

Aku tersenyum. Senyum yang seperti biasa aku tampakkan ke orang lain, teman-temanku, ataupun Deku."Ya. Aku paham kok, Gokuro-san. Jangan terlalu memikirkannya, kalau itu yang memang seharusnya aku terima, maka akan aku terima."

Tapi aku tau persis. Itu adalah senyum yang palsu.

"B-Begitu, ya." Gokuro-san menyerahkan amplop itu kepadaku, lalu beralih tanpa mengatakan apa pun setelahnya.

Aku masih tersenyum.

Aku ambil sweater hijauku keluar, lalu syalku yang berwarna pink, dan berjalan pulang menuju rumah.

"Aku duluan."

***

"LIHAT ITU! Aksi dari Simbol Pahlawan baru, yang konon mampu menggantikan peran All Might dalam menumpas kejahatan! Si hijau dengan rambutnya yang berantakan dan tubuh yang pendek. Ya, dia tidak lain dan tidak bukan adalah DEKU. Wow, coba lihat pukulan itu tadi, Villain itu langsung roboh karenanya. Satu pukulan. Benar-benar satu pukulan persis seperti All Might." Reporter berbaju hitam melaporkan langsung dari tempat kejadian.

Pertarungan selesai dengan sangat cepat. Deku hanya memukulnya satu kali dan Villain yang dia kalahkan langsung Knock Out."HAHAHAHA."Deku tertawa. Nada yang benar-benar mirip dengan All Might walau tidak sama persis."Kalian tenang saja. Kenapa? Karena ada aku, DEKU, di sini. HAHAHAHA"

"Oh, lihat Pemirsa! Itu adalah tawa dan slogan khas simbol pahlawan kita, DEKU. Benar-benar luar biasa. Mendengarnya saja sudah membuat pembuluh darahku berdesir. Brrr."

Tak lama kemudian Deku melompat tinggi. Mungkin untuk mengatasi penjahat berikutnya. Entahlah. Tapi memang seperti itu Deku yang aku kenal.

"Ochaco-chan,"Ibu memanggilku. Aku segera mematikan televisi."Ibu dengar kamu sudah mendapat gaji hari ini. Jadi ... berapa?"

"50.000 ¥."Aku menjawab lesu. Putus asa. Bahkan aku sampai tidak berani sama sekali menatap wajah ibu.

*Trivia : Gaji minimum (UMR) orang jepang itu 200.000 ¥, alias sekitar 22 juta. Jadi gaji Urarata sebenarnya 5,5 Juta-an.

"B-Begitu ya. Tidak apa-apa kok, Ochaco-chan, kalau kita hemat, uang itu cukup untuk sebulan."Ibu pergi, lalu tak lama kemudian kembali lagi."Oh iya, makan malam hampir siap. Kalau Ibu panggil segera datang ya."

Aku tidak membalas. Hanya berbaring di sofa entah untuk tujuan apa. Mungkin untuk menenangkan diriku sendiri. Mungkin pula untuk pelampiasan diri. Entah pula apa yang ingin kulampiaskan sebenarnya.

***

"Ah, astaga, Ibu lupa."Tanpa sengaja, Ibu menyiapkan tiga piring di meja kami."Ayahmu sudah ..."

"Haha ..."Aku tertawa hambar."Ibu aneh sekali. Padahal sudah tiga bulan yang lalu."

"Betul juga, Ochaco-chan. Haha. Ya ampun, apa yang sebenarnya terjadi kepada Ibu?"Ibu mengembalikan nasi di mangkuk Ayah ke dalam penanak nasi, melap mangkuk tersebut lalu meletakkannya di rak piring.

Makan malam kami berlanjut tanpa pembicaraan selama beberapa saat, lalu Ibu mulai mengambil topik yang, mungkin, sebenarnya sudah Ibu hendak tanyakan sejak dulu."Anu, Ochaco-chan, saat kamu menjadi Pahlawan dua tahun yang lalu, kamu tahu, Ibu masih ingat dengan jelas bagaimana senyum yang kamu ada di mukamu. Begitu terang dan hangat. Mungkin laki-laki manapun yang melihatnya pasti jatuh cinta. Tapi, kamu tahu, sejak itu pula, lama-kelamaan senyum itu mulai pudar." Ibu menelan ludah."Apakah ... apakah Ochaco-chan mau menceritakannya ke Ibu?"

Aku sedikit terkejut, lalu tertawa hambar (seperti yang biasa aku lakukan akhir-akhir ini)."Apa yang Ibu maksud? Haha. Ayolah, maksudku, senyumku masih sama seperti dulu. Dan yang lebih penting, aku juga bahagia, karena bisa mengejar mimpiku sebagai seorang Pahlawan. Jadi, mana mungkin senyumku memudar. Iya 'kan?"Aku tersenyum. Sekali lagi, senyum yang dipaksakan.

"B-Betul juga."Ibu mengalihkan ke topik yang lain."Bagaimana dengan Deku-kun."

"Deku? Ada apa dengan Deku?"

"Maksud Ibu, dia dulu sering datang ke sini. Entah untuk sekedar berkunjung atau minum teh. Tapi akhir-akhir ini dia jarang datang. Terlebih saat kematian All Might satu tahun yang lalu, dia..."

Aku memotong ucapan Ibu."Ya ampun, apa yang Ibu bicarakan. Dia adalah Deku, Bu, pahlawan terkenal. Seorang pahlawan super kuat yang bisa menggantikan posisi All Might sebagai Simbol Pahlawan. Dialah si nomor satu, Bu. Mana mungkin dia punya waktu untuk gadis desa seperti aku."

"Begitu ya. Maaf tiba-tiba Ibu mengambil topik pembicaraan seperti ini. Ibu tidak bermaksud jahat kok."

"Tidak apa, Bu. Memang tidak baik memendam sesuatu terlalu lama. Jadi membicarakan hal ini tidaklah terlalu buruk."

Ya,memendam sesuatu terlalu lama memang tidak baik. Mungkin itu akan membuat seseorang menjadi gila. Bukankah begitu, Deku?

=TAMAT= Forever With You (Deku x Uraraka fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang