Hujan masih turun dengan derasnya. Embun sudah terbentuk di jendela kamar bagian dalam akibat dinginnya suhu udara di luar.
Sebagian butiran air hujan dengan kerasnya menghantam kaca jendela kamarku—yang lebar. Aku berdiri menghadap kaca melihat rumahku yang sepenuhnya basah.
Tanganku menggenggam erat bintang laut yang kudapatkan hari itu. Aku tersenyum lirih saat mengingatnya.
Tak kusangka, waktu berlalu sangat cepat. Secepat perasaanku yang semakin tumbuh untuk dirinya. Waktu dengan cepat merenggut ia dariku, meski kuyakin tak akan lama.
Tapi, dengan adanya waktu, aku diizinkan untuk bertemu dengannya.
Lagi, aku tak menyangka, rasa yang baru muncul hanya dalam tiga hari itu mampu bertahan selama ini. Dua tahun belakangan ini. Kuharap tak akan berubah sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Feelings
Teen FictionKegiatan tahunan ekskul KIR dari sekolah menjadikan Ariel memiliki segudang cerita yang kapan saja bisa ia tuliskan di buku harian miliknya. Berbagai kejadian yang tak pernah terbayangkan olehnya secara beruntun menghampiri. Ariel, gadis pintar yang...